Kamis, 27 Desember 2018

Ben Mboi Berpikir, Berbicara dan Berbuat untuk Rakyat dan Daerah Nusa Tenggara Timur

Judul
:
Ben Mboi Berpikir, Berbicara dan Berbuat untuk Rakyat dan Daerah Nusa Tenggara Timur, Himpunan Pidato Pilihan Selama 10 Tahun Menjadi Gubernur NTT
Editor
:
Frans X. Skera
Penerbit
:
Gita Kasih
Tahun Cetak
:
2007
Halaman
:
508
ISBN
:
979-3748-34-6
Harga
:
Rp. -
Status
:
Kosong


Manusia berbudaya adalah manusia yang tahu dan mau menghargai pikiran, gagasan, tindakan dan hasil karya orang lain. Pada dasarnya berbicara tentang kebudayaan, kita bicara tentang tiga aspek dasar dari pengalaman manusia yaitu apa yang dikerjakan (what people do), apa yang diketahui (what people know), dan benda apa yang digunakan dan dihasilkan (things people make and use), meminjam penjelasan James P. Spradley dalam bukunya “Participant Observation”.

Penghargaan dimaksud akan semakin bermakna social bilamana pikiran, gagasan, karya dan hasilnya yang bermutu dilestarikan dan disosialisasikan sehingga berguna sebagai bahan pembelajaran bagi generasi sekarang dan yang akan datang  untuk mengintepretasikan pengalaman (intepretexperience) dan menghasilkan tingkah laku (generate behavior).

Buku “Ben Mboi Berpikir, Berbicara dan Berbuat untuk Rakyat dan Daerah Nusa Tenggara Timur” merupakan Himpunan Pidato, Ceramah, Arahan pilihan yang hamper semuanya lisan (kecuali Pidato pada HUT Kemerdekaan Republik Indonesia) selama 10 tahun menjadi Gubernur.

Hari “H”: 7 Desember 1975 Reuni 40 Tahun Operasi Lintas Udara di Dili, Timor Portugis

Judul
:
Hari “H”: 7 Desember 1975 Reuni 40 Tahun Operasi Lintas Udara di Dili, Timor Portugis
Penyunting
:
Atmadji Sumarkidjo
Penerbit
:
Kata Hasta Pustaka
Tahun Cetak
:
2015
Halaman
:
69
ISBN
:
978-979-1056-66-3
Harga
:
Rp. 115.000
Status
:
Kosong


6 Desember 1975 (Istana Merdeka, Jakarta)

Pukul 08.00 WIB. Presiden Soeharto mengadakan pertemuan resmi dengan Presiden Amerika Serikat Gerald Ford di Istana Merdeka, Jakarta. Pak Harto didampingi oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik sementara Presiden Ford didampingi oleh Menteri Luar Negeri Henry Kissinger. Selesai pertemuan itu, dikeluarkan sebuah komunike politik sebagai hasil pertemuan resmi tersebut, yang menyebutkan bahwa banyak masalah bilateral, regional maupun internasional telah dibicarakan dalam pertemuan tersebut. “Presiden Ford antara lain mengemukakan niat pemerintahnya untuk terus memberikan bantuan yang berarti bagi pembangunan Indonesia…,” demikian siaran tersebut.

Sesungguhnya topic yang dibicarakan secara serius dalam pertemuan tersebut adalah situasi di kawasan Asia Tenggara, setelah AS mengalami kekalahan di Vietnam Selatan pada April 1975. Teori “domino” yang menyatakan bahwa ‘bila ada satu Negara nonkomunis di Asia Tenggara jatuh ke tangan komunis, maka negara-negara lain akan jatuh pula’, semakin diyakini bias terjadi. Mulai dari Kamboja yang menyusul jatuh ke tangan Polpot, kemudian bias menyusul Thailand, Burma, Malaysia….

Presiden Soeharto secara khusus juga menjelaskan situasi di Timor Portugis di mana partai-partai kiri agaknya menguasai bekas jajahan Portugis itu sehingga membuat Indonesia tidak mungkin berdiam begitu saja. Tersirat bahwa Indonesia akan menggunakan kekuatan militernya untuk menguasai wilayah itu guna menghindarkan dibentuknya Negara berafiliasi komunis di sana. Kalau itu terjadi, maka bisa-bisa wilayah tersebut menjadi pangkalan Negara asing seperti Uni Sovyet yang sangat strategis karena akan mengubah perimbangan kekuatan di Asia Tenggara.

Semana Santa di Larantuka

Judul
:
Semana Santa di Larantuka
Penulis
:
Bernard Tukan
Penerbit
:
Yayasan Masyarakat Mandiri Larantuka
Tahun Cetak
:
2011
Halaman
:
50
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 35.000
Status
:
Kosong


Buku ini memuat tulisan tentang tradisi keagamaan di Larantuka yang memuncak pada devosi selama pekan suci (Semana Santa). Menulis tentang tradisi keagamaan tidak dimaksudkan untuk “mengelus” warisan masa lampau, tidak sebatas membanggakan hal yang unik dan istimewa. Tradisi hendaknya dimaknai, dipertimbangkan untuk dapat melakukan transformasi, meneruskan nilai-nilai dalam kemasan baru sesuai konteks zaman.

Sepintas tampak beberapa judul tulisan dalam buku ini telah dimuat dalam buku “Hari Bae di Nagi Tana” yang diterbitkan Komisi Kateketik Keuskupan Larantuka. Sesungguhnya hanya kesamaan judul namun isinya berbeda. Dibaliknya terkandung maksud untuk mengakseskan berbagai versi dan beragam pandangan tentang hal yang sama. Dengan itu membaca memperoleh beragam informasi, kepelbagaian pandangan dan cara pemaknaannya.

Human Trafficking

Judul
:
Human Trafficking
Editor
:
Ryan Nabi dkk
Penerbit
:
STFK Ledalero
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
204
ISSN
:
0216-8804
Harga
:
Rp. 55.000
Status
:
Kosong


Human trafficking (perdagangan manusia) pada dasarnya merupakan praktik kejahatan atas kemanusiaan. Dalam seluruh proses praktik kejahatan yang bernama perdagangan manusia ini, manusia memperlakukan sesamanya seperti “barang” yang bias diperjualbelikan. Martabat manusia yang luhur dihancurkan dalam rupa-rupa bentuk eksploitasi dari kejahatan perdagangan manusia. Pengalaman penderitaan bahkan kematian tak terhindarkan bagi para korban. Di hadapan tragedy kemanusiaan ini, kita semestinya tidak menutup mata dan menurung diri dalam menara gading kemapanan.

Atoni Pah Meto Pertemuan Injil dan Kebudayaan di Kalangan Suku Timor Asli

Judul
:
Atoni Pah Meto Pertemuan Injil dan Kebudayaan di Kalangan Suku Timor Asli
Penulis
:
dr. P. Middelkoop
Penerbit
:
BPK Gunung Mulia
Tahun Cetak
:
1982
Halaman
:
233
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 150.000
Status
:
Kosong


Selama masa pelayanan kami dalam Gereja Masehi Injil di Timor, sebagai dosen pada Akademi Teologia Kupang, kami ‘terbentur’ kepada masalah pertemuan Injil dan kebudayaan orang Timor. Dalam hal menggumuli masalah itu kami memperoleh banyak bantuan dari bahan yang ditinggalkan oleh dr. P. Middlekoop dalam banyak artikel dalam majalah-majalah dan dalam sejumlah buku. Sayang sekali sebagian besar dari bahan tersebut tertulis dalam bahasa Belanda dan terdapat saja dalam perpustakaan tertentu di Belanda. Akibatnya perbendaharaan dengan keterangan tertulis yang utama tentang kebudayaan Timor dan pertemuannya dengan agama Kristen tertutup bagi calon pendeta dan rekan pelayan Firman Allah yang dalam pekerjaan sehari menghadapi masalah pertemuan itu. Buku ini menyediakan sejumlah karangan dari almarhum dr. P. Middelkoop, yang aslinya dikarang dalam bahasa Belanda dan kebanyakan diterbitkan dalam majalah-majalah zending di Belanda.

Selasa, 18 Desember 2018

Sparrow – A Chronicle of Defiance

Judul
:
Sparrow – A Chronicle of Defiance An epic account of The Sparrows – Bettle of Britain gunners who defended Timor as part of Sparrow Force in 1942
Penulis
:
Grant McLachlan
Penerbit
:
Createspace - United States
Bahasa
:
Inggris
Tahun Cetak
:
2012
Halaman
:
822
ISBN
:
9781481037518
Harga
:
-
Status
:
Kosong


Sparrow is a seldom-heard but uplifting story of The Sparrows - Battle of Britain gunners who defended Timor as part of Sparrow Force.
It is the story of Charlie McLachlan's war: a triumph of stubborn Scottish defiance and laconic Aussie genius over the relentless violence of man and nature.
From the Rudolph Hess crash-landing to the atom bomb, from history's last bayonet charge to the war's greatest aerial bombardment, Charlie McLachlan survives and bears witness to some of the landmark days of World War II.
At one time or other in a four year ordeal, he is fired upon by the armies, navies and/or air forces of Germany, Japan, Australia, the Netherlands, Great Britain and the United States of America - pretty much everyone but the Russians.
He defies or evades the ravages of tropical ulcers, tropical heat, alpine cold, gangrene, cholera, malaria, beriberi, dysentery, mosquitoes, crocodiles, snakes, sharks, scorpions, sadistic Sikhs, Japanese hellships, falling coconuts, flying shrapnel, beatings, beheadings, bullets, bombs, bayonets, torpedoes, a crushed leg, a fractured skull, malnutrition and premature cremation.
He's presumed dead by the British Army, left for dead by Japanese guards, and declared dead by a Dutch Javanese doctor.
Yet through it all, Charlie soldiers on.
Half a world away, his wife Mary, fashioned from the same mental granite, stoically awaits his return. Not even an official telegram confirming the near-certainty of Charlie's death, or later rumours of his torture, can shake her iron faith.
Sparrow Force - the force who defended Timor in 1942 - was one of Australia's most successful military units. At the lowest point in the Second World War, soldiers equipped with First World War weapons destroyed Japan's most successful and elite special force.
Cut off from Australia, a commando campaign held off a Japanese division for almost a year at the turning point of the war. Low in medicine and ammunition, they built an improvised radio that regained contact with their homeland. It was the first good news of the war for the Allies.
Sparrow Force was unique. They were the first force to defeat Japan in battle. They were the last to be captured. Those who escaped to pursue a guerrilla campaign spent more time in combat against the Japanese than any other Allied unit.
They were set up to fail. Instead, they endured, defied, and succeeded.
Newsreels were made, victories were recorded, medals were awarded, Australia's morale elevated. As Winston Churchill famously said, "They alone did not surrender."
Sparrow - A Chronicle of Defiance also contains:
·       The first complete nominal roll of each unit of Sparrow Force;
·       Unit photographs of Sparrow Force;
·       Profiles and photographs of Mitsushima and Kanose prisoners, guards, and the camps;
·       Yokohama, Darwin, and Singapore War Crimes Tribunal trial profiles of guards;
·       Over 100 pages of historiographical analysis of the Pacific War; and
·       A comprehensive bibliography for researchers, including online content.
Visit the official book website www.sparrowbook.com where you'll find interactive maps and a gallery of pictures and video clips. (www.sparrowbook.net)


Minggu, 16 Desember 2018

Divided Loyalties

Judul
:
Divided Loyalties, Displacement, belonging and citizenship among East Timorese in West Timor
Penulis
:
Andrey Damaledo
Penerbit
:
ANU Press The Australian National University
Bahasa
:
Inggris
Tahun Cetak
:
2018
Halaman
:
204
ISBN
:
9781760462376
Sumber
:
Download
:


Drawing on extensive ethnographic fieldwork, this study explores the ideas of belonging and citizenship among former pro-autonomy East Timorese who have elected to settle indefinitely in West Timor. The study follows different East Timorese groups and examines various ways they construct and negotiate their socio-political identities following the violent and destructive separation from their homeland. The East Timorese might have had Indonesia as their destination when they left the eastern half of the island in the aftermath of the referendum, but they have not relinquished their cultural identities as East Timorese. The study highlights the significance of the notions of origin, ancestry and alliance in our understanding of East Timorese place-making and belonging to a particular locality. Another feature of belonging that informs East Timorese identity is their narrative of sacrifice to maintain connections with their homeland and move on with their lives in Indonesia. These sacrificial narratives elaborate an East Timorese spirit of struggle and resilience, a feature further exemplified in the transformation of their political activities within the Indonesian political system.

Kamis, 13 Desember 2018

Kota-Kota Kecil, Kabupaten Urban di Indonesia, Garis Depan Tantangan-Tantangan Ketenagakerjaan, Migrasi dan Urbanisasi

Judul
:
Kota-Kota Kecil, Kabupaten Urban di Indonesia, Garis Depan Tantangan-Tantangan Ketenagakerjaan, Migrasi dan Urbanisasi (Laporan Kasus Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur)
Penulis
:
Gregory Randolph & Pantoro Tri Kuswardono
Penerbit
:
JustJobs Network & Perkumpulan Pikul
Tahun Cetak
:
2018
Halaman
:
34
ISBN
:
-   
Sumber
:
Download
:


Kota Kupang sedang berada pada sebuah persimpangan sejarah: kota ini memiliki potensi untuk bertumbuh menjadi sebuah sentra kemakmuran dan keragaman di Indonesia Timur, menciptakan kesempatan kerja berkualitas tinggi dan jalur mobilitas ekonomi bagi generasi muda di Nusa Tenggara Timur.
Di lain pihak, ada kemungkinan Kupang akan terjebak dalam bursa tenaga kerja yang memberikan sedikit kesempatan kerja berkualitas, gagal memanfaatkan pembangunan infrastruktur pemerintahan dan investasi. Berkembang menjadi ekonomi yang memberikan banyak lapangan kerja, namun tidak mampu membantu generasi muda asal Kupang dan migran untuk mewujudkan potensi mereka.
Pencapaian visi Kupang yang makmur akan tergantung pada mengakui migrasi sebagai sebuah potensi, bukan beban. Dengan memanfaatkan sinergi antara pembangunan desa dan kota; mendorong penciptaan lapangan kerja melalui dukungan usaha kecil dan sektor swasta yang hidup, ketimbang menambah banyak usaha perorangan; menyelaraskan program pemerintah dalam mengakses kesempatan kerja, pengembangan keahlian dan penciptaan lapangan kerja; memastikan pelaksanaan kebijakan yang ditujukan untuk mendukung pekerja, kaum muda yang rentan, serta para migran.
Jika diimplementasikan dengan kepemimpinan yang efektif diikuti kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta, pendekatan multi-dimensi ini bisa memastikan Kupang dapat mewujudkan ambisi dan aspirasi generasi mudanya.
Laporan ini merupakan tinjauan kritis PIKUL berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Mei 2017 hingga Mei 2018. Penelitian ini menggunakan metode campuran terdiri survey terhadap 500 pemuda migran dan non-migran, 12 diskusi terfokus, serta 14 wawancara terhadap aktor-aktor kunci dari pemerintah, masyarakat sipil, dan swasta.

Gemuruh Laut Timur, Seri Puisi Esai Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

Judul
:
Gemuruh Laut Timur, Seri Puisi Esai Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur
Penulis
:
Imelda Oliva Wissang dkk
Penerbit
:
Cerah Budaya Indonesia
Tahun Cetak
:
2018
Halaman
:
106
ISBN
:
978-602-5896-18-7    
Sumber
:
Download
:

                            
Sepenggal Potret Batin dan Isu Sosial NTT dalam Puisi Esai

Memotret batin dan isu sosial yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk diangkat menjadi tema dalam puisi esai, terasa gampang-gampang susah. Terasa gampang kalau puisi esai itu dipahami berdasarkan lima kriteria atau ciri khas puisi esai sebagaimana dirumuskan Denny J.A. sebagai penggagas puisi esai. Terasa susah kalau potret batin dan isu sosial masyarakat NTT itu dikemas dalam sebuah puisi (fiksi) yang ditulis dalam bentuk esai lengkap dengan catatan kaki (fakta) atau esai yang bercita- rasa puisi.

Kesan gampang-gampang susah itulah yang saya dapatkan pada waktu membaca lima puisi esai yang terdapat dalam Seri Buku Puisi Esai Provinsi Nusa Tenggara Timur ini. Meskipun demikian, kelima penyair NTT telah berusaha sekuat kemampuan yang dimilikinya untuk berpartisipasi dalam program nasional penulisan puisi esai yang cukup heboh secara nasional tahun 2018 ini. Lima puisi esai yang ada dalam buku ini tentu saja bukanlah contoh puisi esai yang ideal bila dibandingkan dengan puisi esai Denny J.A. yang terhimpun dalam buku Atas Nama Cinta (2012). Keberanian kelima penyair NTT ini patut diberi apresiasi, apalagi mereka untuk pertama kalinya menulis puisi esai. Secara pribadi saya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada kelima penyair NTT yang telah menulis puisi esai dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mengangkat citra Provinsi NTT di panggung puisi esai nasional Indonesia. Terima kasih kepada Ibu Sastri Sunarti yang memercayai saya menulis pengantar buku ini. (Yohanes Sehandi, Pengamat Sastra NTT Universitas Flores, Ende)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...