Kamis, 25 Januari 2018

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Nusa Tenggara Timur Tahun 2015

Judul
:
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Nusa Tenggara Timur Tahun 2015
Penerbit
:
Pemerintah Provinsi NTT, DKP Kementerian Pertanian & WFP
Tahun Cetak
:
2015
Halaman
:
174
ISBN
:
-
Sumber
:
Download
:

Pemerintah Indonesia dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah memprioritaskan penanganan masalah kurang gizi dan ketahanan pangan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT. Untuk mendukung pemerintah NTT dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur 2015 (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA NTT 2015) telah mengidentifikasi kecamatan-kecamatan yang paling rentan terhadap kerawanan pangan dan gizi. Peta ini merupakan alat yang sangat baik untuk memastikan bahwa kebijakan dan sumber daya yang dikeluarkan dapat memberikan dampak yang maksimal.

FSVA NTT 2015 ini tidak akan mungkin diselesaikan tanpa kerjasama antara anggota Dewan Ketahanan Pangan NTT, Kelompok Kerja FSVA, dan staff dari Badan Ketahanan Pangan, Kantor/Dinas lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten. Atlas ini merupakan hasil investasi dari Pemerintah Indonesia serta bantuan dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia.

Sejak Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Provinsi NTT pertama diluncurkan pada tahun 2010, telah terjadi peningkatan signifikan pada seluruh aspek ketahanan pangan. Tidak ada lagi kecamatan yang di klasifikasikan sebagai kecamatan sangat rentan terhadap rawan pangan (atau Prioritas I), dibandingkan 38 kecamatan pada tahun 2010. Tiga dari empat kecamatan meningkat status ketahanan pangannya sejak tahun 2010. Telah terjadi peningkatan signifikan pada aspek ketersediaan pangan di tingkat provinsi. Pendapatan dan angka harapan hidup meningkat. Listrik dan jalan telah menjangkau wilayah yang lebih luas. Meskipun demikian, resiko untuk ketahanan pangan masih ada. Walaupun kemiskinan berkurang, tetapi penurunannya makin melambat dan NTT masih tergolong sebagai salah satu provinsi termiskin di Indonesia.

Angka malnutrisi kronis dan akut yang sangat tinggi merupakan salah satu dari tantangan utama. Pada tahun 2013, laporan resmi Kementerian Kesehatan mengindikasikan bahwa lebih dari separuh (51,73 persen) anak usia di bawah lima tahun (balita) di NTT mengalami stunting - pendek untuk usia mereka. Angka stunting ini merupakan angka tertinggi di Indonesia dan jauh di atas angka nasional yang juga tinggi sebesar 37,20 persen. Laporan ini juga mengindikasikan angka wasting atau anak kurus (malnutrisi akut) mencapai 15,44 persen, dan berada pada situasi sangat buruk menurut kriteria dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization). Hal ini mungkin berhubungan dengan akses air bersih dan sanitasi yang rendah, dimana NTT cukup tertinggal dibandingkan provinsi lain di Indonesia.

World Food Programme dan Pemerintah Provinsi NTT telah bekerjasama untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi bagi masyarakat yang paling rentan di NTT selama bertahun-tahun. Dengan menggunakan data dari atlas ini dan bukti dari program yang dilaksanakan, jelas terlihat bahwa terjadi kemajuan situasi ketahanan pangan dan gizi masyarakat. WFP berharap dapat terus bekerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan memperbaiki gizi selaras dengan tujuan pemerintah dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan. (Anthea Webb, Perwakilan dan Direktur United Nations World Food Programme, Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...