Senin, 19 Maret 2018

Kepemimpinan dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Nusa Tenggara Timur


Judul
:
Kepemimpinan dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Nusa Tenggara Timur
Penulis
:
Drs. B. K. Kotten dkk
Penerbit
:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Cetak
:
1990
Halaman
:
130
ISBN
:
-
Harga
:
NFS
Status
:
Kosong


Pada hakekatnya seluruh wilayah pedesaan di Indonesia, dewasa ini telah berada di bawah kontrol administrasi pemerintah Indonesia. Bahkan kelompok-kelompok komoniti kecil setelah mengembara yang biasanya digolongkan sebagai kelompok-kelompok suku bangsa terasing, dengan berbagai cara telah berada dalam kontrol administrasi pemerintah.

Keanekaragaman corak pedesaan di Indonesia terwujud dalam bentuk-bentuk antara lain: (1) Tingkat kebudayaannya, (2) Sistem ekonominya, (3) Corak masyarakatnya, (4) Kesukubangsaannya, serta (5) Prinsip-prinsip yang melandasi sistem-sistem sosial sebagaimana nampak dalam hukum adat dan adat istiadat yang berlaku, yaitu yang berdasarkan pada ikatan kekerabatan, teritorial, atau kombinasi dari keduanya.

Adanya keanekaragaman corak kebudayaan, sistem ekonomi maupun sistem sosial pada masyarakat pedesaan di Indonesia mejadi landasan dari adanya keanekaragaman sistem politik yang berlaku di masing-masing masyarakat desa. Walaupun secara tipologi keanekaragaman sistem politik yang berlaku di masing-masing masyarakat pedesaan tersebut telah menjadi lebih sederhana, karena adanya pengaruh kekuatan politik dari sistem administrasi politik nasional. Akan tetapi keanekaragaman tersebut tetap ada karena: (1) Awal masuknya pengaruh kekuatan politik nasional ke pedesaan Indonesia tidak sama; (2) Orientasi dan kekuatan politik pada sistem kepemimpinan dan pemimpin di desa yang bersangkutan; dan (3) Besarnya pengaruh kebudayaan atas sistem politik setempat juga terhadap sistem kepemimpinan, yang sangat beragam di seluruh pedesaan Indonesia, ikut memberi warna dalam menanggapi masuknya pengaruh kekuatan sistem nasional.

Tujuan khusus adalah membuat satu deskripsi dan analisa mengenai sistem kepemimpinan dalam masyarakat pedesaan di Desa Kalembu Ndaramane dan Desa Lombu dalam wilayah Kecamatan Wewewa Timur kabupaten Sumba Barat yang telah ditetapkan sebagai desa sampel yang mewakili desa-desa yang ada di Pulau Sumba maupun seluruh desa yang terdapat dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Serta mengetahui corak dan dinamika sistem kepemimpinan dalam masyarakat pedesaan di Desa Kalembu Ndaramane dan Desa Lombu sebagai salah satu perwujudan dari sistem politik, ekonomi, sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat pedesaan di Pulau Sumba maupun seluruh masyarakat pedesaan yang terdapat dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.


Selasa, 13 Maret 2018

Tradisi Tenun Ikat Nusantara


Judul
:
Tradisi Tenun Ikat Nusantara
Penyunting
:
Benny Gratha & Judi Achjadi
Penerbit
:
Bab Publishing Indonesia
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
152
ISBN
:
978-979-8926-33-4
Harga
:
Rp. 130.000
Status
:
Ada


Budaya wastra Indonesia mencakup teknik yang sangat beragam. Teknik rintang warna yang secara universal mengacu pada tenun ikat mungkin adalah teknik yang paling dikenal. Kata ‘ikat’ berasal dari Bahasa Melayu yang berarti mengikat. Pada proses ini, bagian benang yang tidak ingin dikenai warna tertentu pada proses pencelupan, diikat kuat-kuat dengan serat alam yang dapat menahan pewarna agar tidak dapat menembus ke dalam sserat benang. Hasil akhirnya berupa sepotong wastra dengan ragam hias yang rumit dan kompleks yang memiliki kualitas tinggi dan proses pengerjaannya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Ikat lungsi ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, diantaranya di tanah Batak di Sumatra Utara. Pulau Flores, Sumba, Roti, Sawu dan Timor di Nusa Tenggara Timur, di Kalimantan, terutama di daerah pedalaman, di Sulawesi, di daerah Rongkong dan Galumpang, dan di kepulauan Maluku, terutama di Pulau Tanimbar dan Kisar.

Ragam hias ikat pada wastra Indonesia sering menampilkan pengaruh asing, diantaranya pengaruh wastra dari India yang sangat populer di seluruh kepulauan Nusantara, yang oleh penduduk setempat ditafsirkan dengan caranya sendiri sehingga menghasilkan wastra yang mengagumkan, dan kadang-kadang lebih indah dari aslinya. Hal inilah yang menjadikan budaya wastra Indonesia saat ini dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Wastra tradisional memiliki fungsi khusus dalam kehidupan sosial, agama, estetika, dan ekonomi masyarakat di Indonesia. Tenun ikat sudah sejak lama diketahui memiliki fungsi khusus tersebut. Berdasarkan catatan sejarah, ikat lungsi dan ikat pakan telah meresap ke dalam budaya setempat pada waktu dan dengan cara yang berbeda, di mana ikat lungsi dikenal lebih dahulu daripada ikat pakan.

Di Kalimantan, ikat lungsi yang disebut Pua Kumbu, yang ditenun oleh masyarakat Dayak di pedalaman, digunakan pada berbagai upacara adat di rumah panjang. Di Sulawesi, masyarakat Toraja yang menempati daerah pegunungan di bagian utara Sulawesi Selatan, membuat selimut ikat lungsi yang memiliki fungsi penting pada upacara penguburan. Sedangkan tradisi ikat lungsi di Jawa berpusat di sekitar Troso di daerah pesisir Jawa Tengah dan ikat pakan di Gresik dan juga Lamongan di seberangan perbatasan di Jawa Timur. Para penenun di daerah tersebut membuat tenun dengan teknik ikat menggunakan ragam hias tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, terutama dari daerah Indonesia Timur. Masyarakat Jawa menggunakan wastra tersebut untuk berbagai keperluan, baik untuk tradisional maupun modern, juga untuk diekspor ke berbagai negara.

Buku ini bertujuan untuk mengeksplorasi budaya tenun ikat di Indonesia yang rumit. Budaya tenun ikat di setiap daerah akan dibahas secara menyeluruh. Setiap perbedaan disebutkan dan diberi penjelasan yang memadai, dan perkembangannya juga dianalisa. Buku ini dimaksudkan untuk menjadi pengantar yang seksama tentang kekayaan tenun ikat di Indonesia. 

Senin, 12 Maret 2018

From The Place of The Dead, Bishop Belo and the Struggle for East Timor

Judul
:
From The Place of The Dead, Bishop Belo and the Struggle for East Timor
Penulis
:
Arnold S. Kohen
Penerbit
:
Lion Publishing plc
Bahasa
:
Inggris
Tahun Cetak
:
1999
Halaman
:
398
ISBN
:
0 7459 5010 8
Harga
:
Rp. 160.000
Status
:
Kosong


East Timor has been one of the world’s forgotten tragedies, scandalously ignored and even abetted by the Western powers. Since 1975, when Indonesian troops invaded the former Portuguese colony, nearly one third of the country’s population has died as a result of war, famine and killings.

No one has done more to enable the East Timorese to survive this most brutal of regimes than Bishop Carlos Belo, the first Catholic bishop ever to win the Nobel Peace Prize. In the face of assassination threats and excruciating pressure, he has been an unflinching defender of his martyred people in their fight for justice and freedom.

Journalist Arnold Kohen has had unrivalled access to Bishop Belo, visiting and reporting on the country many times. He portrays the man’s profound spirituality, his warm and spontaneous sense of humour, his sophisticated though seemingly effortless handling of politically sensitive issues, and his disinclination to suffer fools gladly, a combination which has provided Belo with the strenght to persevere againts overwhelming odds.

Kohen’s book is not only a vivid portrait of the Timorese churchman, but also the defenitive account of a tortured country and the politics in which it is embroiled. A testament to the power of faith to influence the world, From the Place of the Dead is an essential biography of our time.

Adat Istiadat Masyarakat Nusa Tenggara Timur

Judul
:
Adat Istiadat Masyarakat Nusa Tenggara Timur
Penyusun
:
Yodi Kurniadi
Penerbit
:
PT. Sarana Panca Karya Nusa
Tahun Cetak
:
2009
Halaman
:
52
ISBN
:
978-979-678-527-8
Harga
:
Rp. 35.000
Status
:
Kosong


Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budayanya. Budaya yang ada pada setiap provinsi di Indonesia mempunyai ciri khas masing-masing. Ciri khas budaya tersebut di antaranya dapat dilihat dari perbedaan pakaian adat, senjata, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Buku berjudul “Adat Istiadat Masyarakat Nusa Tenggara Timur” ini menyajikan beberapa tradisi dan upacara adat yang menjadi ciri khas Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Jumat, 09 Maret 2018

Membangun Negara Baru Timor Lorosa’e

Judul
:
Membangun Negara Baru Timor Lorosa’e
Editor
:
Hal Hill & João Mariano Saldanha
Penerbit
:
Aksara Karunia
Tahun Cetak
:
2006
Halaman
:
570
ISBN
:
979-3851-08-2
Harga
:
Rp. 120.000
Status
:
Kosong


Beberapa cuplikan risensi atas buku yang telah diterbitkan dalam bahasa Inggris:

Para editor menguraikan secara singkat dan jelas masalah-masalah pokok yang diidentifikasi oleh para penulis dalam berbagai bidang di dalam buku ini. Mereka mengusulkan dua model pembangunan, masing-masing model ‘Asia Timur’ dan model ‘Pasifik Selatan’. Yang pertama adalah dinamika dan berpandangan keluar (outward looking) dan yang kedua stagnasi. Secara explicit mereka juga mengatakan bahwa pembangunan ekonomi Timor Lorosa’e akan sulit tetapi itu bukanlah tugas yang tidak mungkin. (Donald Weatherbee, University of South Carolina, USA di dalam Pacific Affairs: Volume 77, no. 1 – Spring 2004)

Buku penting ini menyajikan tulisan-tulisan hasil sebuah konferensi tahun 2001, di Dili. Buku ini berpandangan jauh ke depan tetapi sama sekali tidak menyentuh sejarah Timor Lorosa’e yang kontroversial. Buku ini mendiskusikan semua isu utama kebijakan pembangunan Timor Lorosa’e. Cukup sulit untuk mengagumi satu bagain saja dari buku ini. Kekayaan informasi yang disajikan, penilaian atas kondisi (Timor Lorosa’e) yang seimbang atas cepatnya penerbitan buku ini, edisi bahasa Inggris. (H. W. Arndt, Australia National University, Canberra, Australia di dalam Asia Pasific-Economic Literature)

Buku ini mengandung jawaban-jawaban yang bagus bagi pertanyaan-pertanyaan Xanana Gusmao di bagian pengantar. Sebagai negara yang baru (late corner). Timor Lorosa’e diuntungkan oleh pengalaman negara-negara lain. Buku ini penuh dengan saran yang sangat bagus bukan hanya bagi Timor Lorosa’e tetapi juga bagi negara-negara kecil di kawasan ini. Mari kita berharap agar saran-saran ini diikuti. (Ron Duncan, Australia National University, Canberra, Australia di dalam Bulletin of Indonesian Economic Studies)

Para ekonomi jarang menyaksikan kelahiran sebuah negara. Jadi banyak sekali yang menarik dari koleksi paper-paper ini, bahkan bagi mereka yang tidak focus kepada Timor Lorosa’e. Dengan begitu banyaknya bahan di dalam buku ini sangat sulit untuk mengeluh mengenai siapa yang tidak masuk didalamnya. Tetapi cukup aneh bila melihat bahwa tidak ada satu bab pun mengenai tenaga kerja. Tetapi secara keseluruhan, para penulis dan editor perlu diberi selamat karena bisa menyediakan buku semacam ini yang sangat berguna dan bisa direkomendasikan kepada mereka yang tertarik pada negara-negara Asia dan Pasifik dan bagi mereka yang berminat pada masalah-masalah pembangunan ekonomi secara umum. (John Gibson, University of Waikato, Selandia Baru. Journal of Economic Literature, Vol. XLI)

Minggu, 04 Maret 2018

Jejak-Jejak Kaki Tuhan

Judul
:
Jejak-Jejak Kaki Tuhan, Kisah Kebangunan Rohani Terbesar dalam Sejarah Dunia yang Terjadi di So’e
Penulis
:
Jermia Manu
Penerbit
:
Metanoia Publishing
Tahun Cetak
:
2004
Halaman
:
152
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 75.000
Status
:
Ada


Saya percaya Roh Kudus. Tidak ada yang mustahil bagi Roh Kudus (termasuk melakukan mukjizat). Kebangunan rohani yang terjadi harus membangun masyarakat, secara batin maupun fisik. Kita perlu menindaklanjuti bagi kesejahteraan bersama dan bertanggung jawab kepada generasi mendatang. Kebangunan rohani tersebut harus memberi pencerahan dan menjadi daya dorong pada masyarakat untuk berprestasi dengan cara yang benar sehingga kemandirian lokal dan keunggulan lokal dapat terwujud dan bukan dengan cara saling mencemarkan atau sikut-sikutan. Jika ada perbedaan dialog, maka harus diutamakan. Ada tiga hal yang perlu dimiliki oleh umat Tuhan, yaitu: 1) kemampuan kemandirian, 2) kemampuan dialog, dan 3) kemampuan berprestasi dengan cara yang benar. (Piet A. Tallo SH/Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Kupang, Gubernur NTT 1998-2003, 2003-2008)

Kebangunan rohani yang terjadi di So’e merupakan pernyataan Tuhan bahwa Ia mengasihi umat Tuhan di Timor. Kebangunan rohani tersebut seperti angin yang berembus dari timur kemudian menuju ke arah barat dengan dashyatnya. Kebangunan rohani tersebut merupakan anugerah Tuhan semata-mata. “Api” tersebut harus dijaga dengan baik, supaya tidak padam dan beralih ke tempat yang lain. Kebangunan rohani tersebut juga merupakan suatu pernyataan bahwa Tuhan yang melakukan hal-hal besar di kalangan Pentakosta dan Karismatik, juga telah melakukan hal yang sama di kalangan Protestan (Tuhan tidak pilih kasih). (Pendeta Wiem Gaspersz, S. Th./Ketua Persekutuan Injili Indonesia NTT, Pimpinan Daerah Yayasan Ayub NTT)

Puji Tuhan, buku ini dapat diterbitkan. Saya sangat mengharapkannya. Terima kasih Jermia atas harga yang sudah kamu bayar untuk menuliskan buku ini. Saya anjurkan buku ini dibaca oleh siapa saja yang haus akan kegerakan dan lawatan Tuhan, terutama bagi kita orang Timur. sehingga kita tahu fakta dan kebenaran yang terjadi pada tahun 1965 ketika Tuhan melawat tanah Timor yang kita cintai ini, khususnya Kota So’e. Banyak dari mereka yang menjadi saksi hidup karena mengalami lawatan Tuhan pada waktu itu, masih hidup hingga kini sebagai sumber fakta untuk penulisan buku ini. Saya percaya Tuhan belum selesai. Mari harapkan sesuatu yang lebih besar lagi dari Tuhan, nantikan Dia. Lawatan yang lebih dashyat pasti terjadi…. Transformasi pasti terjadi! Tuhan memberkati. (Jonathan Ari A. Ndun/Pemimpin GAP Kupang, NTT)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...