Senin, 12 Juli 2021

Raja Yoseph Malo of Sumba

Judul

:

Raja Yoseph Malo of Sumba

Penulis

:

Cornelius Malo Djakababa

Penerbit

:

-

Bahasa

:

Inggris

Tahun Cetak

:

2002

Halaman

:

199

ISBN

:

978-623-02-2320-4

Harga

:

Rp. 200.000

Status

:

Kosong


The story of Yoseph Malo’s life has impressed many pople through the years. His extraordinary accomplishments and the anecdotes about his wisdom and diplomacy have made him a mythological fugure of his time (1881-1960) throughout the Western part of Sumba.

Yoseph Malo did not put his biography in writing. He, instead,left the colorful chapters of his life story in the monuments and villages that he build, in his verses and ritual speeches, and in the often re-told stories of his life, that he handed down to the generations after him.

This book is primarily a family record for Yoseph Malo’s descendants to know, for example, that the magnificient megalithical tombstone by-the-road in Rara, is not like any others, and that Yoseph Malo was an extraordinary person with an extraordinary life story. 


Otak Rote, Perspektif Kehidupan Sosial Politik Orang Rote

Judul

:

Otak Rote, Perspektif Kehidupan Sosial Politik Orang Rote

Penulis

:

Leksi S. Y. Ingguoe

Penerbit

:

Deepublish

Tahun Cetak

:

2021

Halaman

:

139

ISBN

:

978-623-02-2320-4

Harga

:

Rp. 85.000

Status

:

Ada


“Jika bertemu orang Rote dan ular, maka bunuhlah dahulu orang Rote karena mereka lebih kejam dari ular”. Hal ini merujuk pada anggapan terhadap sifat orang Rote yang suka menipu. Bahkan dalam hal-hal tertentu, orang Rote dianggap memiliki tiga bagian otak, yaitu otak kiri, otak kanan, dan di tengah-tengahnya ada otak Rote. Benarkan orang Rote suka menipu? Ataukah orang Rote memiliki tiga bagian otak? Semuanya itu hanya suatu asumsi yang tidak berdasar pada fakta empiris dan menjadi imajinasi belaka bagi suatu kelompok dengan kepentingan tertentu.

Otak Rote bukan sebuah trepanasi manual tentang Orang Rote. Tetapi merupakan fakta publik yang mungkin menjadi fenomena sosial ketika munculnya banyak pemikiran tentang Orang Rote yang terus membudaya tanpa mengenal tempat. Bukan juga sebuah desepsi publik tentang orang Rote, tetapi adalah suatu kajian klasik yang berkaitan dengan perilaku sosial orang Rote yang selalu ada dalam segala situasi. 


Selasa, 06 Juli 2021

Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores: Eksistensi, Sejarah, dan Transformasinya

Judul

:

Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores: Eksistensi, Sejarah, dan Transformasinya

Penulis

:

Dr. Yohanes S. Lon, M.A., dan Dr. Fransiska Widyawati, M.Hum.

Penerbit

:

Kanisius

Tahun Cetak

:

2020

Halaman

:

290

ISBN

:

 

Harga

:

Rp. 85.000

Status

:

Kosong

 

Buku ini mengupas hakikat dan makna mbaru gendang serta perubahan dan transformasi fungsi, peran, dan kedudukannya dari masa ke masa. Buku ini buah dari penelitian etnografis mendalam, panjang, dan lama yang dilakukan oleh dua akademisi yang juga adalah orang Manggarai. Buku ini cocok menjadi referensi bagi mereka yang belajar budaya pada umumnya dan etnografi orang Manggarai di NTT khususnya.


Melangkah

Judul

:

Melangkah

Penulis

:

JS Khairen

Penerbit

:

Grasindo

Tahun Cetak

:

2020

Halaman

:

372

ISBN

:

 

Harga

:

Rp. 90.000

Status

:

Kosong


Listrik padam di seluruh Jawa dan Bali secara misterius! Ancaman nyata kekuatan baru yang hendak menaklukkan Nusantara. Saat yang sama, empat sahabat mendarat di Sumba, hanya untuk mendapati nasib ratusan juta manusia ada di tangan mereka! Empat mahasiswa ekonomi ini, harus bertarung melawan pasukan berkuda yang bisa melontarkan listrik! Semua dipersulit oleh seorang buronan tingkat tinggi bertopeng pahlawan yang punya rencana mengerikan. Ternyata pesan arwah nenek moyang itu benar-benar terwujud. “Akan datang kegelapan yang berderap, bersama ribuan kuda raksasa di kala malam. Mereka bangun setelah sekian lama, untuk menghancurkan Nusantara. Seorang lelaki dan seorang perempuan ditakdirkan membaurkan air di lautan dan api di pegunungan. Menyatukan tanah yang menghujam, dan udara yang terhampar.” Kisah tentang persahabatan, tentang jurang ego anak dan orangtua, tentang menyeimbangkan logika dan perasaan. Juga tentang melangkah menuju masa depan. Bahwa, apa pun yang menjadi luka masa lalu, biarlah mengering bersama waktu. 


Kamis, 01 Juli 2021

Etnomedisin: Pengobatan Tradisional Penyakit Malaria Masyarakat Tetun di Timor Barat

Judul

:

Etnomedisin: Pengobatan Tradisional Penyakit Malaria Masyarakat Tetun di Timor Barat

Penulis

:

Maximus M. Taek

Penerbit

:

LPHK & Unwira Press

Tahun Cetak

:

2020

Halaman

:

268

ISBN

:

978-623-94604-0-2

Harga

:

Rp. 100.000

Status

:

Ada

Setiap kelompok masyarakat etnik memiliki pengetahuan lokal mereka sendiri dalam hal pemanfaatan bahan alam untuk mendukung kehidupan mereka. Pengetahuan lokal ini berbeda-beda sesuai dengan tempat tinggal, etnisitas, kepercayaan asli, agama, hubungan atau interaksi mereka dengan kelompok masyarakat yang lain, dan faktor lingkungan seperti ketersediaan sumber daya alam. Masyarakat tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka terutama untuk memenuhi kenutuhan akan makanan dan pengobatan. Penggunaan bahan alam tumbuhan, hewan dan mineral dalam pengobatan sudah berlangsung sepanjang sejarah hidup manusia di bumi. Berbagai gangguan kesehatan yang menyerang fisik dan psikis yang membuat lemah dan sakit, telah memaksa manusia untuk berikhtiar, mencari cara-cara yang tepat untuk mengatasinya. Pengalaman sakit telah mendorong manusia untuk mengembangkan konsep atau filosofi tentang penyebab sakit dan tanda/gejala penyakit, yang selanjutnya memicu pembentukan konsep tentang cara mencegah dan mengobati penyakit tersebut. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit biasanya khas dan berbeda antara kelompok-kelompok etnik yang interaksi satu sama lainnya sangat terbatas, tergantung pada bagaimana setiap kelompok etnik itu mengembangkan konsep mereka tentang penyakit tersebut. Pengalaman panjang interaksi masyarakat Suku Tetun di Pulau Timor (di Kabupaten Belu dan Malaka) dengan penyakit malaria sejak jaman dahulu telah mendorong nenek moyang mereka menciptakan berbagai cara untuk mencegah dan mengobati penyakit ini. Sayangnya, kekayaan budaya pengobatan tradisional suku ini hanya diwariskan secara lisan antargenerasi, sehingga keberadaannya menjadi rentan hilang dan punah. Karena itu, buku ini dihadirkan sebagai upaya untuk mengumpulkan kembali serpihan-serpihan pengetahuan masyarakat Tetun tentang budaya pengobatan tradisional (etnomedisin) yang mereka warisi dari nenek moyang, sebelum semuanya hilang ditelan jaman. Buku ini merupakan buku pertama dari satu seri buku yang sedang ditulis tentang pengobatan tradisional masyarakat suku-suku asli di Pulau Timor. Buku ini membahas banyak hal terkait filosofi dan praktik etnomedisin masyarakat Tetun dalam hubungannya dengan penyakit malaria, mencakup konsep masyarakat Tetun tentang sehat-sakit, konsep tentang penyakit malaria dan penyebabnya, serta praktik pencegahan dan pengobatan tradisional atas penyakit tersebut. Dalam buku ini juga dibahas tentang penjelasan sains moderen atas filosofi dan praktik pencegahan dan pengobatan tradisional penyakit malaria yang dilakukan oleh masyarakat Tetun. Masyarakat Tetun mengenal penyakit malaria sebagai moras isin manas (demam), dan mereka menganggap penyakit malaria adalah penyakit yang ringan dan tidak berbahaya. Konsep seperti ini tampaknya telah mempengaruhi bagaimana mereka menyikapi penyakit malaria ini. Pengobatan tradisional yang dilakukan atas penyakit ini dengan demikian didominasi oleh tindakan-tindakan medis sederhana untuk menurunkan panas/demam. Masyarakat Tetun tradisional umumnya menganggap penyakit malaria disebabkan karena makan-minum manis, lama berada di bawah terik matahari, lama kehujanan atau berada di tempat berair dingin, dan akibat kelelahan. Mereka tidak memiliki konsep tentang nyamuk ber-Plasmodium sebagai penyebab penyakit malaria. Tampaknya konsep seperti ini telah ikut pula menyumbang pada masih belum berhasilnya pemberantasan malaria di Belu dan Malaka. Walaupun demikian, berdasarkan konsep tentang malaria yang mereka konstruksikan sendiri, masyarakat Tetun juga telah mengembangkan cara-cara yang menurut mereka efektif untuk mencegah dan mengobati penyakit ini. Cara tradisional pencegahan malaria yang utama adalah pantang dan menghindari faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab malaria: kurangi makan-minum manis, jangan terlalu lama terpapar panas atau hujan, jangan terlalu lelah. Makan makanan dari tumbuhan berasa pahit dianggap sangat berguna untuk mencegah malaria. Masyarakat Tetun menggunakan metode pengobatan luar dan dalam untuk menangani pasien malaria. Pengobatan luar terdiri atas metode pijat, mandi, tapel dan sunu kok (menyundut limpa dengan bara api). Pengobatan dalam meliputi minum ramuan obat dan hirup uap rebusan tumbuhan obat. Pengobatan luar dimaksudkan terutama untuk menurunkan panas/demam. Biasanya menggunakan tumbuhan obat yang dianggap bersifat “dingin” untuk menyerap kelebihan panas tubuh, atau tumbuhan “panas” untuk memaksa tubuh mengeluarkan keringat. Pengobatan dalam biasanya menggunakan tumbuhan yang berasa pahit, karena rasa pahit dianggap sebagai lawan atau penawar makanan-minuman manis yang mereka anggap sebagai penyebab malaria tersebut. Terdapat sekitar 96 jenis tumbuhan digunakan dalam pengobatan malaria, di antaranya ada 50 jenis yang digunakan dalam berbagai ramuan obat minum. Yang paling banyak digunakan dan dianggap lebih berkhasiat adalah kayu ular (Strychnos ligustrina), pule hitam (Alstonia spectabilis), pule (Alstonia scholaris), biduri (Calotropis gigantea), pepaya (Carica papaya), bobokan (Cleome rutidosperma), ceplukan (Physalis angulata), jarak pagar (Jatropha curcas), pare hutan (Momordica balsamina), kamboja (Plumeria alba), Fatuoa pilosa, dan Neoalsomitra podagrica. Kajian sains moderen berdasarkan hasil-hasil penelitian kandungan kimia tumbuhan dan eksperimen aktivitas farmakologi menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan itu terbukti mengandung senyawa-senyawa yang bersifat antimalaria, dari golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid, fenol, dan sebagainya. Hasil kajian ini bisa digunakan sebagai dasar untuk mengkombinasikan cara-cara pencegahan dan pengobatan konvensional (moderen) dan cara cara tradisional untuk meningkatkan efektivitas pemberantasan penyakit malaria. Buku ini berisi hasil penelitian tentang kearifan lokal pengobatan tradisional masyarakat Tetun, salah satu suku asli di Pulau Timor. Buku ini membahas tentang bagaimana orang Tetun mengobati penyakit malaria, dan tentang tumbuhan obat tradisional dan ramuan yang digunakan. Buku ini sangat menarik karena membahas pula bagaimana penjelasan ilmiah atas filosofi dan praktik pengobatan tradisional tersebut. Bagus sebagai bahan bacaan umum dan referensi bagi dosen/mahasiswa/peneliti bidang Biologi, Kimia, Farmasi, Kedokteran, Antropologi, Etnobotani, dll. 


Antologi Esei dan Kritik Sastra NTT

Judul

:

Antologi Esei dan Kritik Sastra NTT

Editor

:

Yohanes Sehandi

Penerbit

:

Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT Kerja Sama dengan Penerbit Kosa Kata Kita (KKK) Jakarta

Tahun Cetak

:

2021

Halaman

:

426

ISBN

:

-

Harga

:

Rp. 100.000

Status

:

Kosong


Buku Antologi Esai dan Kritik Sastra NTT dibagi dalam tiga bagian. Begian Pertama: Esai dan Kritik Puisi NTT, terdiri atas 21 artikel. Bagian Kedua: Esai dan Kritik Cerpen NTT, terdiri atas 16 artikel. Bagian Ketiga: Esai dan Kritik Novel dan Drama NTT, terdiri atas 13 artikel.

Seperti sudah disebutkan di atas, buku ini memuat 50 artikel esai dan kritik sastra NTT. Ke-50 artikel tersebut ditulis oleh 43 penulis, karena ada penulis yang menulis dua artikel. Penulis yang menulis dua artikel adalah Christian Dan Dadi, Imelda Oliva Wisang, JB Kleden, Maria Matildis Banda, Yohanes Sehandi, dan Yasintus Ratu. Dilihat dari riwayat hidup setiap penulis artikel, dari 43 penulis artikel tersebut, sebanyak 37 penulis adalah orang-orang NTT, baik yang tinggal di NTT maupun di luar NTT, sedangkan 6 penulis artikel berasal dari luar NTT.

Adapun ke-6 penulis artikel yang berasal dari luar NTT adalah (1) Agus Sri Danardana, lahir di Stragen, Jawa Tengah, pada 23 Oktober 1959, kini menjadi Peneliti Ahli Madya di Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI; (2) Ardi Wina Saputra, lahir di Malang, Jawa Timur, pada 17 Mei 1992, kini dosen di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Kampus Kota Madiun, Jawa Timur; (3) Bambang Widiatmoko, lahir di Yogyakarta,  kini dosen di Universitas Mercu Buana, Jakarta; (4) Fini Marjan, lahir di Pati, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1986, kini menjadi pengelola Toko Buku Sastra Online di Tangerang, Banten; (5) I Nyoman Suaka, lahir di Tabanan, Bali, pada 1962, kini Wakil Rektor I Bidang Akademik, IKIP Saraswati, Tabanan, Bali; (6) Lidwina Ika, lahir di Magelang, Jawa Tengah, pada 23 April 1968, kini dosen di Universitas Universal, Batam, Kepulauan Riau.

Sastrawan NTT yang karyanya diulas dalam buku ini sebanyak 37 sastrawan. Dari 37 sastrawan NTT itu, sastrawan yang karyanya banyak diulas adalah (1) Gerson, ada 6 artikel; (2) Imelda Oliva Wisang, ada 5 artikel (2 karya dalam nama Wilda, CIJ, 3 karya dalam nama Imelda Oliva Wisang); (3) Mezra E. Pellondou, ada 3 artikel; (4) Maria Matildis Banda, ada 2 artikel; (5) Aris Woghe, ada 2 artikel; (6) Mario F. Lawi, ada 2 artikel. Sedangkan 31 sastrawan NTT yang lain masing-masing diulas satu artikel.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...