Jumat, 29 Desember 2023

Faktor-Faktor yang dibutuhkan Orang Kupang untuk Memimpin Industri Bisnis dan Meraih Posisi Strategis

Judul

:

Faktor-Faktor yang dibutuhkan Orang Kupang untuk Memimpin Industri Bisnis dan Meraih Posisi Strategis

Penulis

:

Dr. Franky, M.M.

Penerbit

:

Universitas Profesor Doktor Moestopo (Beragama)

Tahun Cetak

:

2019

Halaman

:

160

ISBN

:

978-602-53299-8-2

Harga

:

Rp. 50.000

Status

:

Ada


Buku referensi ini ditulis dalam kaitannya untuk memberikan wawasan dan informasi yang bermanfaat bagi perkembangan serta pertumbuhan kualitas manusia Indonesia, khususnya di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Berisikan data, informasi dan makna yang akan memberikan gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang harus dipenuhi oleh orang Kupang untuk dapat memimpin dan meraih posisi yang strategis di organisasi bisnis. Tentunya, informasi ini masih bersifat data dan makna. Untuk dapat mewujudkan atau mengaplikasikan data dan informasi ini menjadi sesuatu yang konkrit maka dibutuhakan usaha serta kerja keras dari masyarakat Kupang sendiri. Selain itu buku ini dapat digunakan sebagai referensi yang akan memperkaya khazanah keilmuan dan ketrampilan khususnya bagi orang Kupang serta penduduk Indonesia secara umum. Kiranya, buku referensi ini dapat menjadi pijakan bagi perkembangan keilmuan dan ketrampilanbagi kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang, khususnya di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. 


Jumat, 22 Desember 2023

Involusi Politik: Esai-Esai Transisi Indonesia

Judul

:

Involusi Politik: Esai-Esai Transisi Indonesia

Penulis

:

Cornelis Lay

Penerbit

:

Program Pascasarjana (S2) Politik Lokal dan Otonomi Daerah
Universitas Gadjah Mada

Tahun Cetak

:

2006

Halaman

:

347

ISBN

:

979-9815-03-7

Sumber

:

https://polgov.fisipol.ugm.ac.id/

Download

:

Di Sini


Buku ini adalah buku tentang keterjebakan, keterpenjaraan, tentang involusi Indonesia dalam tahun-tahun pertama Reformasi. Pada fase inilah penulis buku ini, Cornelis Lay, teringat pada penggambaran Geertz yang suram mengenai petani Jawa dan Bali yang terjebak dalam involusi tanpa berkesudahan. Pengalaman tahun-tahun awal transisi kita mengungkapkan, lebih luas dari yang digambarkan Geertz, Indonesia sedang menghadapi involusi di sembarang sektor dan di sembarang ruang di republik ini. Dan hasilnya pun sangat nyata, “kemiskinan” dan “distribusi kemiskinan” di berbagai sektor. Di ranah politik, ia menjadi kemiskinan politik. Namun, apakah keterjebakan ini akan berlangsung terus selamanya? Buku ini akan menggiring pembaca untuk berefleksi lebih dalam menyelami involusi politik melalui esai-esainya dengan bahasa tajam dan bernas. 


Kamis, 14 Desember 2023

Di Atas Bumi Seperti di Dalam Langit: Mempertimbangkan Astronomi Budaya Reba Ngada

Judul

:

Di Atas Bumi Seperti di Dalam Langit: Mempertimbangkan Astronomi Budaya Reba Ngada

Penulis

:

Josef San Dou

Penerbit

:

Ledalero

Tahun Cetak

:

2023

Halaman

:

240

ISBN

:

978-623-6724-30-9

Harga

:

Rp. 125.000

Status

:

Ada

 

Ritus perayaan Reba masyarakat Ngada tidak berlangsung dalam suatu kevakuman, tetapi dalam suatu kerangka waktu, ruang, kosmos dan arsitektur tertentu. Buku ini mencoba melihat konteks waktu, ruang, kosmos dan arsitektur tersebut – khususnya dari perspektif astronomi budaya Ngada – bukan saja menyangkut kaitan antara pelaksanaan ritus perayaan Reba dengan perubahan bentuk dan letak benda-benda langit, tetapi juga proses pembumian kosmos dan benda-benda langit tersebut ke dalam elemen-elemen budaya Ngada yang pada gilirannya menjadi ruang dan waktu perayaan Reba tersebut seperti arsitektur rumah adat, kampung adat, pakaian adat, ritus-ritus dan mitos-mitos mereka.

Berupaya menggali kearifan dan kebijaksanaan lokal untuk mengkontribusi terhadap gerakan global pelestarian alam, buku ini mencoba melihat bagaimana pengamatan yang cermat atas perubahan bentuk dan letak benda-benda langit menjadi referensi bagi penyelenggaraan dan perayaan kehidupan bersama, termasuk perayaan Reba. Secara khusus buku ini mengedepankan beberapa kajian berikut: Pertama, perayaan Reba sangat erat berkaitan dengan fase-fase bulan, khususnya fase-fase bulan dalam kurun waktu yang disebut Repa yakni dari bulan baru (wula mata/wula mese/wula seli) di mana bulan tidak kelihatan selama dua atau tiga malam, sampai ke bulan purnama (wula gili, wula gili moli, wula pepe li’e, wula dara gesa); kedua, seperti dikemukakan oleh Paul Arndt, SVD, perayaan Reba Ngada berkaitan dengan kurun waktu “ketika matahari berada dalam posisi paling selatan dalam bulan Desember sampai saat matahari berada pada posisi paling tinggi dalam bulan Maret”; dan ketiga, perayaan Reba Ngada berkaitan dengan kembalinya atau terbitnya bintang Dala Ko (Pleiades) pada sekitar solstice Desember yang bertepatan dengan tenggelamnya bintang Wawi Toro (Antares) di rasi bintang Scorpio juga bertepatan dengan kedatangan angin barat yang mengawali musim hujan (wula rute) di wilayah Ngada. Konjungsi benda-benda langit di atas pada awal bulan Desember menjadi konteks waktu perayaan Reba Ngada.

Pembumian benda-benda langit tersebut nampak dalam penataan elemen-elemen kosmos tersebut ke dalam elemen-elemen budaya Ngada seperti arsitektur rumah adat, kampung adat, pakaian adat, ritus-ritus dan mitos-mitos mereka yang pada gilirannya membentuk ruang di mana perayaan Reba tersebut dilaksanakan setiap tahun. Pembumian tersebut nampak pula dalam enam wilayah geografis adat atau geomitologis perayaan Reba Ngada. Menurut Mircea Eliade penataan elemen-elemen kosmos sekitar pusat atau tiang poros tertentu, seperti Ngadhu, adalah proses kosmotisasi dan konsekrasi sesuai dengan kehendak Wujud Tertinggi. Dalam perayaan Reba, manusia dan kosmos semesta menyatu dalam irama yang sama. Di Atas Bumi Seperti Di Dalam Langit. 


Hermeneutika Tradisi Ngada, Mitos-Logos-Anthropos

Judul

:

Hermeneutika Tradisi Ngada, Mitos-Logos-Anthropos (Penghormatan untuk Hubertus Muda, SVD)

Penulis

:

Felix Baghi, SVD, dkk.

Penerbit

:

Ledalero

Tahun Cetak

:

2023

Halaman

:

281

ISBN

:

978-623-6724-25-5

Harga

:

Rp. 155.000

Status

:

Ada

 

Hermeneutika tradisi Ngada menafsir tradisi, warisan budaya dan pentingnya warisan itu untuk masa depan etnis Ngada…Persoalan tentang masa depan suatu tradisi sebaiknya dilihat dalam hubungan dengan kekuatannya lewat kritik atas mitos. Persoalan ini juga dapat dilihat melalui kajian tentang kesadaran religiositas suatu kelompok etnis, dan bagaimana kritik dan kajian itu membentuk ‘pemahaman diri’ (self understanding) suatu kelompok etnis demi menata masa depannya yang lebih baik.

Tradisi anthropos di dalam SVD bukan hanya soal mengajar dan belajar antropologi, bukan pula sekadar memiliki lembaga antropologis, membuat penerbitan dan menerbitkan jurnal atau buku. Tradisi anthropos adalah persoalan jati diri, soal watak misionaris SVD yang menghargai kebudayaan. Atau, dengan kata-kata Antonio Pernia, tradisi anthropos adalah “sikap terbuka untuk menghormati kebudayaan orang lain dalam keyakinan bahwa evangelisasi yang benar bukanlah pemaksaan yang kasar dari warta Injil melainkan penemuan kembali warta ini dari dalam kebudayaan bangsa-bangsa.” Para anggota SVD seperti P. Hubert Muda, dengan penelitian kebudayaan dan refleksi misiologisnya, telah dan akan terus berkontribusi bagi bertumbuhnya tradisi anthropos tersebut, terutama di kalangan para anggota SVD Indonesia. Komitmen dan karya penelitian dan publikasi P. Hubert Muda semestinya mendorong dan menginspirasi semakin banyak anggota SVD Indonesia untuk menekuni jalan yang sama.

Budaya Ngada mengandung nilai-nilai yang kaya, tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakatnya sehingga memegang peranan penting dalam pembentukan watak sosial masyarakat pendukungnya. Di dalam masyarakat Ngada tidak dapat disangka hadirnya tradisi lisan yang mengandung makna dan nilai kehidupan. Tradisi lisan yang sebagian terungkap dalam bentuk narasi lisan pata dela, lese dhe peda pawe, su’i uwi yang akrab ritual adat reba mengajarkan banyak nilai fundamental kehidupan, mengandung moral agar menyadari citra kehidupan dengan baik dalam relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama dan relasi dengan lingkungan hidup. Citra imagined personality dan imagined community orang Ngada dapat dibaca dalam narasi-narasi tradisi lisan mereka. Harus kita sadar sejak awal bahwa budaya Ngada memiliki simbol struktur bahkan strategi untuk menghayati nilai-nilai dan makna yang ada di dalamnya dan karena itu Ngada tidak pernah dilihat sebagai sebuah vacuum atau ruang kosong tanpa tata kelola kehidupan sosial mereka. Hampir semua pakar berkeyakinan bahwa orang Ngadha memiliki kepercayaan asli akan “The Supreme Being” (Wujud Tertinggi) yang disebut dengan nama Dewa Zeta, Nitu Zale atau Wujud Tertinggi yang Jauh diatas, tapi dekat dibawah. Hal itu dirumuskan oleh Bader dengan jelas bahwa The Ngadha people’s God is an idle or remote and inactive God. No prayers and sacrifices are made directly to him. Untuk lebih memahami pergumulan itu, Hubert mengajukan beberapa pertanyaan dasar berikut: Pertama, apakah pandangan orang Ngadha tentang Wujud Tertinggi itu adalah salah satu dari Allah yang hidup? Kedua, apakah norma- norma moral kehidupan mereka merujuk pada Allah itu sebagai sumber dan acuan hukum mereka yang terakhir? Ketiga, bagaimana Allah menentukan harapan dan aspirasi manusia dalam kehidupan akhiratnya? keempat, apakah bisa diterima pandangan Bader bahwa konsep tentang Wujud Tertinggi yang ada di kalangan orang Ngadha itu adalah karena dipengaruhi oleh ajaran Kristen? 

Pastor(al) Gila, dari Altar ke Pasar

Judul

:

Pastor(al) Gila, dari Altar ke Pasar

Penulis

:

P. Yohanes Kopong Tuan, MSF

Penerbit

:

PT. Kanisius

Tahun Cetak

:

2016

Halaman

:

96

ISBN

:

978-979-21-4555-7

Harga

:

Rp. 40.000

Status

:

Ada

 

Gereja peziarah sejatinya bersifat misioner yang hadir bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk mengemban Missio Dei yang telah dilaksanakan Yesus Kristus dan dipercayakan kepada Gereja untuk dilanjutkan seiring dengan perubahan ruang dan waktu. Maka seiring perkembangan zaman, misi Gereja niscaya bermakna sebagai “Mission in Contexts” sehingga akan bersentuhan dengan dimensi “Perutusan Gereja Dewasa Ini.”

Sejatinya kata “Perutusan” merujuk pada pemahaman mengenai apa iti perutusan, sumber perutusan, tujuan dan sasaran perutusan. Sementara, kata “Gereja” menegaskan bahwa subjek pelaksana karya perutusan bukanlah individu melainkan persekutuan umat Allah. Adapun kata “Dewasa ini” mengungkapkan tentang pelbagai konteks perutusan yang dalam Gaudium et Spes disebut “Tanda-tanda Zaman.” Konteks yang lazim bercitra plural menjadi tantangan bagi Gereja untuk menanggapinya dalam tindakan nyata, sehingga Gereja memiliki signifikansi sosial dan tidak terasing di masyarakat. Itulah yang dimaksud dengan “Gereja kontekstual.”


Selasa, 12 Desember 2023

Ikan Tidak Naik karena Hukuman Alam

Judul

:

Cerita Rakyat Flores Timur: Ikan Tidak Naik karena Hukuman Alam

Penulis

:

Didik Pradjoko

Ilustrasi

:

Iwan Gunawan

Penerbit

:

-

Tahun Cetak

:

-

Halaman

:

-

ISBN

:

-

Harga

:

Rp. -

Status

:

Kosong

 

Pada zaman dahulu pernah ada suatu konflik dalam masyarakat Lamalera yang membuat mereka mendapat hukuman dari alam sebagai tanda kecewa alam pada masyarakat Lamalera. Banyak dari masyarakat Lamalera bermata pencaharian sebagai nelayan, menangkapi ikan-ikan Laut Sawu. Suatu ketika, ikan-ikan besar yang biasanya diburu oleh para nelayan tidak muncul di permukaan Laut Sawu. Pada awalnya, masyarakat Lamalera menanggapi masalah tersebut dengan biasa, akan tetapi lama-kelamaan masyarakat Lamalera mulai menyadari akan peristiwa yang sedang menimpa mereka semua. Hal ini dikarenakan bahwa ikan-ikan besar yang biasanya muncul di Laut Sawu, kini tidak muncul lagi dalam beberapa hari terakhir.

Berbagai upacara telah dilakukan oleh masyarakat lamalera dengan memanggil bantuan Ata Molan (sebutan bagi pawang atau dukun di daerah Lamalera) yang dipanggil dari berbagai daerah untuk membantu mendoakan, tetapi ikan-ikan besar tidak muncul juga. Akhirnya, suatu hari satu perahu diutus ke Lodoblolo, untuk meminjam Ata Molan dari sana. Ata Molan itu kemudian datang ke Lamalera untuk membantu masalah yang sedang terjadi di tempat tersebut.


Rabu, 06 Desember 2023

Perkawinan Adat Tradisional di Wilayah Nusa Tenggara Timur

Judul

:

Perkawinan Adat Tradisional di Wilayah Nusa Tenggara Timur

Penulis

:

Wolfgang Ndouk, dkk

Editor

:

Andreas Tefa Sa’u, SVD

Penerbit

:

Nusa Indah

Tahun Cetak

:

2021

Halaman

:

479

ISBN

:

978-623-98435-1-9

Harga

:

Rp. 140.000

Status

:

Ada

 

Tradisi adat perkawinan setiap daerah di wilayah Nusa Tenggara Timur mempunyai ciri khas, istilah, bentuk, serta warnanya sendiri-sendiri. Ritual adat perkawinan ini pun sarat akan nilai-nilai filosofis. Masyarakatnya masih sangat menjunjung tinggi niai-nilai luhur adat perkawinan tradisional sebagai salah satu bagian penting di dalam kehidupan.

Buku Perkawinan Adat Tradisional di Wilayah Nusa Tenggara Timur ini berisi tentang tradisi adat perkawinan di wilayah Nusa Tenggara Timur, secara khusus menampilkan tradisi adat perkawinan dari masyarakat Cibal (Manggarai – Flores Barat), Keo (Flores Tengah), Sikka, Suku Nai-usu di Amanatun Utara (Timor Tengah Selatan), Buna Makir (Belu), dan masyarakat Loura (Sumba Barat).

Ada empat pokok penting yang diulas dalam buku ini. Pertama, perkawinan adalah tanggung jawab keluarga besar kedua belah pihak. Kedua, proses dan tahapan perkawinan. Ketiga, mas kawin atau belis sebagai aspek permanen dalam perkawinan tradisional. Keempat, tujuan perkawinan tradisional.

Buku ini disuguhkan sebagai pengingat agar kita sebagai pewaris mengetahui, mengenal, dan mau merawat kekayaan budaya tradisional yang sarat petuah kebajikan dan kearifan lokal. 


Selasa, 05 Desember 2023

Pasola dan Persahabatan

Judul

:

Pasola dan Persahabatan

Penulis

:

Dian Kristiani

Ilustrasi

:

Azisa Noor

Penerbit

:

PT. Provisi Mandiri Pratama

Tahun Cetak

:

2023

Halaman

:

28

ISBN

:

978-602-52774-2-9

Harga

:

Rp. 100.000

Status

:

Kosong

 

Cerita dan ilustrasinya bikin kita sangattt menikmati baca buku ini. Ilustrasinya ituu so warm, perpaduan warnanyaa bagus bgt, beneran menyajikan view yg indah, jadi feel Sumba nya dapet bangetttt. Plus ternyata authornya adalah bu Dian Kristiani. Author dari buku Krauk Krauk yg sukses menyajikan cerita yg luar biasa seru dan ga ketebak endingnya dengan alur cerita yang asik. Perfect.

Berlatar tempat dan budaya Sumba, NTT. Tokoh Aku di buku ini mengkhawatirkan Kakaknya yg akan bertanding Pasola dengan Kakak dari Obed, sahabatnya. *Pasola adalah sebuah pertandingan balap kuda dengan membawa tombak/lembing.

Ia takut persahabatannya dengan Obed terganggu jika kakaknya mengalahkan Kakak Obed. Ia berusaha menghalangi pertandingan itu, tetapi tidak berhasil.
Lalu bagaimana hasil pertandingannya? Apakah Kakak Obed berhasil dikalahkan? Bagaimana nasib persahabatan mereka. 

Buku ini mengajarkan nilai sportivitas dan persahabatan. Dalam kompetisi/permainan pasti akan ada yg kalah dan ada yg menang. Tidak perlu ada dendam, permusuhan/pertikaian karena sesungguhnya itu hanyalah sebuah permainan 


Senin, 04 Desember 2023

Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Nusa Tenggara Timur

Judul

:

Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Nusa Tenggara Timur

Penulis

:

Drs. M. Widiyatmika dkk

Penerbit

:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun Cetak

:

1983

Halaman

:

93

ISBN

:

-

Harga

:

Rp. 80.000

Status

:

Ada

 

Yang dimaksudkan dengan adat perkawinan ialah segala adat kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu masyarakat untuk mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan masyarakat, untuk mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan perkawinan. Masalah-masalah itu akan timbul sebelum ataupun sesudah suatu perkawinan dilaksanakan. Masalah yang timbul sebelum suatu perkawinan kita sebut Adat sebelum Perkawinan, sedangkan yang sesudah suatu perkawinan disebut Adat sesudah Perkawinan. Adat sebelum perkawinan mengandung unsur-unsur antara lain: tujuan perkawinan menurut adat, perkawinan ideal, pembatasan jodoh, bentuk-bentuk perkawinan, syarat-syarat untuk kawin dan cara memilih jodoh. Sedangkan adat sesudah perkawinan akan mengadung unsur-unsur: adat menetap sesudah kawin, adat mengenai perceraian dan kawin ulang, hukum waris, poligami, hal anak dan hubungan kekerabatan antara menantu dengan keluarga isteri atau suami.

Yang dimaksudkan dengan upacara perkawinan adalah kegiatan-kegiatan yang telah dilazimkan dalam usaha mematangka, melaksanakan dan menetapkan suatu perkawinan. Kegiatan-kegiatan yang mematangkan agar terjadi suatu perkawinan disebut upacara sebelum perkawinan dan kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan  suatu perkawinan disebut upacara pelaksanaan perkawinan,  sedangkan kegiatan-kegiatan untuk memantapkan suatu perkawinan di sebut upacara sesudah perkawinan. Setiap upacara baik sebelum pelaksanaan, maupun sesudah perkawinan akan mengadung unsur-unsur: tujuan, tempat, waktu, alat-alat, pelaksanaan dan jalannya upacara.

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...