Kamis, 29 Februari 2024

Dalam Pelukan Rahim Tanah

Judul

:

Dalam Pelukan Rahim Tanah

Penulis

:

Jemmy Piran

Penerbit

:

Basa Basi

Tahun Cetak

:

2021

Halaman

:

164

ISBN

:

978-623-305-200-9

Harga

:

Rp. 60.000

Status

:

Ada

 

Wungo Bango berbicara tentang sehari sebelum dirinya mati. Di rumah majikannya ia mengalami penyiksaan sampai kemudian sebih demam yang amat tinggi memungkasi hidupnya. Sejak usia 15 tahun perempuan desa ini sudah putus sekolah dan dijual ke Malaysia. Bango melihat segala hal menjadi lebih jelas setelah kematiannya. Ia menarasikan dirinya yang masih hidup, kondisi kampung halamannya, keluarganya dan orang tuanya yang adalah seorang penjaga sebua (rumah adat) di Larantuka.

Ia adalah korban human trafficking yang terus mencari jalan pulang sekalipun tak ada lagi yang melekat dengan tubuhnya. Selagi menunggu tubuhnya dikebumikan, ia bertemu dengan leluhurnya yang meminta aba (bapak) untuk memperbaiki rumah adat. Sayangnya, permintaan itu tidak terpenuhi, dan ini seolah menjadi gambaran betapa sukarnya jalan kehidupan dan kematian bagi orang-orang desa sepertinya. 


Senin, 12 Februari 2024

Menyilam Kemarau: Upaya perempuan Timor Loro Sae menyudahi kekerasan, sebuah awal

Judul

:

Menyilam Kemarau: Upaya perempuan Timor Loro Sae menyudahi kekerasan, sebuah awal

Editor

:

Pantoro Tri Kuswardono & Rosa M do R de Sousa

Penerbit

:

Forum Komunikasi untuk Perempuan Loro Sae (FOKUPERS)

Tahun Cetak

:

1999

Halaman

:

128

ISBN

:

979-95690-1-X

Harga

:

Rp. 85.000

Status

:

Ada

 

Forum Komunikasi untuk Perempuan Loro Sae (Fokupers) adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap masalah ketidakadilan dan kekerasan terhadap perempuan. Fokupers didirikan pada bulan Juni 1997 oleh 15 orang perempuan dan laki-laki dari berbagai latar belakang status sosial yang berbeda, yaitu aktivis LSM, mahasiswa, pekerja sosial, pegawai negeri sipil, dan perempuan korban kekerasan.

Kepedulian Fokupers tersebut diwujudkan dengan upaya pemberdayaan terhadap perempuan. Upaya pemberdayaan terhadap perempuan dilakukan melalui program pendampingan terhadap perempuan korban kekerasan, pendidikan dan pelatihan bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan diseminasi informasi secara berkala melalui penerbitan buletin dan brosur. 


Indonesia Revival Focus on Timor

Judul

:

Indonesia Revival Focus on Timor

Penulis

:

George W. Peters

Penerbit

:

The Zondervan Corporation Grand Rapids, Michigan

Bahasa

:

Inggris

Tahun Cetak

:

1973

Halaman

:

120

ISBN

:

-

Harga

:

Rp. 110.000

Status

:

Ada


An In-depth study of Revival in Indonesia. A real revival has been taking place in Timor, Indonesia! Here is the truth about what has happened-separating fact from fabrication, accuracy from exaggeration. Dr. George W. Peters, professor of World Missions at Dallas Theological Seminary and a recognized authority in his field, has completed one of the most exhaustive studies ever made of spiritual revival in a foreign setting. He has sought for facts – in the framework of the Bible, the Christian experiences and the prevailing culture. In his inquiry he incorporates the tools of history, religion, psychology, sociology and anthropology – which sheds light on the narrative, supernatural phenomena, and abiding fruit of God’s work among the people of Indonesia. Truly a remarkable account of Indonesia’s revival! 


Jumat, 09 Februari 2024

Si Buta dari Gua Hantu: Tragedi Larantuka Jilid 1-10

Judul

:

Si Buta dari Gua Hantu: Tragedi Larantuka Jilid 1-10

Penulis

:

Ganes TH

Penerbit

:

SBINMAS KODAK METRO

Tahun Cetak

:

1979-1980

Halaman

:

480

ISBN

:

-

Harga

:

Rp. 350.000

Status

:

Ada

 

Larantuka adalah sebuah desa di lereng gunung, di tepi sebuah teluk yang permai bagaikan sebutir mutiara di ujung timur Pulau Flores. Berabad-abad lamanya ia tetap indah dan cantik. Kaya raya dengan hasil bumi serta lautnya.

Sampai pada suatu saat. Para pengusaha asing mulai tergiur oleh alam floranya. Hutan-hutan subur dibabatnya hingga yang tertinggal hanya tanah-tanah kering dan gundul. Malapetakapun segera melanda desa ini. Gerombolan babi hutan turun mencari sumber air dan menyerbu sisa-sisa ladang yang ada. Menimbulkan kesengsaraan bagi penduduknya.

Tuan Dumas, seorang dokter kulit putih yang sudah lama bermukim di desa tersebut. Dengan dibantu para penduduk serta pemburu-pemburu asing, mengerahkan ratusan ekor anjing, berhasil menumpas hama satwa liar itu. Namun musibah lain muncul, ratusan ekor anjing telah berkembang biak tanpa terkendali. Sehingga seluruh desa seakan-akan sudah dikuasai oleh hewan ini. Dan berjangkit pulalah wabah penyakit anjing gila yang menyebar dengan ganasnya, menimbulkan kepanikan kepada segenap penduduknya korban-korban pun berjatuhan.

Si Buta dari Gua Hantu, episode 10 ini merupakan logi ke tiga/terakhir dari trilogi: Perjalanan ke Neraka, Kabut Tinombala dan Tragedi Larantuka. Kisah Tragedi Larantuka, dimulai dari akhir kisah Tinombala. ketika Barda Mandrawata atau Si Buta dari Goa Hantu, memiliki kesepakatan untuk mengantarkan Meinar seorang janda beserta anaknya bernama Tara untuk mengunjungi orang tuanya yang sudah lama ditinggalkan di Larantuka Flores.

Kejadian nyata berupa banjir bandang di Larantuka yang terjadi 27 Februari 1979, menjadi inspirasi penulis dalam menuliskan kisah ini. Namun yang menarik adalah kisah lainnya dalam komik ini yaitu tentang wabah anjing rabies, yang ditahun penulisan komik ini tidak ada atau sekedar fiksi namun justru menjadi kenyataan kemudian di tahun 1997! 


Jumat, 02 Februari 2024

Air di Atambua

Judul

:

Air di Atambua

Penulis

:

Sjarifudin & Justika Baharsjah

Penerbit

:

Galang Sinergi Nusa

Tahun Cetak

:

2006

Halaman

:

476

ISBN

:

979-15105-0-4

Harga

:

Rp. 180.000

Status

:

Ada

 

Pada tahun 1999 Menteri Sosial Justika bekerja keras untuk menyediakan air bagi para pengungsi dari Timor Timur di Atambua, daerah gersang di ujung timur NTT. Suatu pekerjaan yang penuh tantangan tetapi sangat penting untuk meringankan penderitaan mereka yang malang. “Air di Atambua” merupakan perlambang dari kisah hidup Justika dan Sjarifudin yang kulminasinya adalah penerimaan amanah untuk meringankan penderitaan dan meningkatkan kesejahteraan.

“Kalau adalah pasangan suami-isteri di Indonesia ini yang kedua-duanya Gurubesar, Doktor, Dekan, dua kali menjabat Menteri (portofolio sama, masa jabatan berbeda), Menteri Muda, pemegang Bintang Mahaputra, dengan kegiatan kemasyarakatan tetap padat selepas usia kerja, maka pasangan itu pastilah Kang Sjarifudin dan Ceu Justika Ubuh.

Kita beruntung karena kekayaan pengalaman hidup pasangan cendikiawan ini dituliskan di buku ini dalam gaya bercerita, yang didasari rasa syukur “atas curahan rahmat dari Yang Maha Kuasa yang senantiasa kami terima”, demikian pengantar Kang Sjarifudin. Sungguh kita akan mendapat manfaat besar membaca buku otobiografi ini, terutama bagi generasi muda sebagai teladan untuk dicontoh. (Taufiq Ismail, Juli 2006) 


Philipus Mengaku “Saya yang bersalah hukumlah saya. Jangan ganggu warga Flores.”

Majalah

:

GATRA

Judul

:

Philipus Mengaku “Saya yang bersalah hukumlah saya. Jangan ganggu warga Flores.”

No.

:

49 Tahun I

Tanggal Terbit

:

21 Oktober 1995

ISSN

:

0853-1706

Halaman

:

112

Harga

:

Rp. 75.000

Status

:

Ada

 

Pembantaian keluarga Rohadi di Bambu Apus, Jakarta Timur, melibatkan bocah ingusan. Polisi terperangah. Tiga bocah itu, sebut saja namanya Albo, Clay dan Lambo. Berusia antara 13 dan 15 tahun, mereka resmi dinyatakan oleh polisi jadi tersangka pembunuhan keluarga Rohadi. Otak pelakunya adalah Philipus Kia Ledjab alias Om Kia, tidak lain ayah Albo sekaligus paman Clay dan Lambo.

Philipus lahir di Watuwawar, Kecamatan Atadei, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. 46 tahun silam. Pada usia 15 tahun, Philipus yang mengenyam pendidikan kelas III SD ini merantau dan menetap di Tanjungpriok, Jakarta Utara. Ia menyunting Suparmi, gadis Jawa, yang memberinya empat anak. 


Ruang Hidup Orang Manggarai: Gendang One, Lingko Pe’ang

Judul

:

Ruang Hidup Orang Manggarai: Gendang One, Lingko Pe’ang

Penulis

:

Fransiska Widyawati dkk.

Penerbit

:

Penerbit Unika Santu Paulus Ruteng

Tahun Cetak

:

2021

Halaman

:

72

ISBN

:

-

Sumber

:

https://lppm.unikastpaulus.ac.id/

Download

:

Di Sini

 

Gendang one, lingko pe’ang adalah salah satu filosofi penting kehidupan orang Manggarai di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Manggarai di sini bukan menunjuk pada nama sebuah kabupaten, melainkan Manggarai dalam arti yang lebih luas, mencakup wilayah tiga kabupaten, Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur.

Secara literal, ungkapan gendang One, lingko pe’ang berarti 'rumah di dalam, kebun di luar'. Ungkapan ni adalah bagian filosofi dan kearifan lokal orang Manggarai. Ia menggambarkan ruang hidup yang mewakili keluasan ekologi kehidupan manusia. Rumah lebih luas dari sekadar sebagai bangunan fisik; kebun lebih dari hanya konsep tanah tempat manusia berkebun. Bagi orang Manggarai, rumah dan tanah memiliki makna sosial, religius, kultural dan politis (Lon, 2021; Lon dan Widyawati, 2020).

Selain itu, rumah dan kebun adalah kata yang menunjukkan suatu pasangan yang komplementer, saling melengkapi. Keduanya ditegaskan oleh kata “di dalam” dan “di luar”. Sifat komplementer menandakan karakter hidup orang Manggarai yang mempersatukan pelbagai aspek. Dalam budaya orang Manggarai, ruang hidup ini biasanya mencakup menjadi kampung (beo bate elor /natas bate labar), rumah adat (mbaru bate kaeng, mbaru gendang), altar persembahan/sesajian (compang bate takung), kebun (uma bate duat/lingko), dan sumber air (wae bate teku). 


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...