Sabtu, 25 April 2020

Tepian Tanahair, 92 Pulau Terdepan Indonesia: Indonesia Bagian Tengah


Judul
:
Tepian Tanahair, 92 Pulau Terdepan Indonesia: Indonesia Bagian Tengah
Penyusun
:
Aat Soeratin dkk
Penerbit
:
PT. Kompas Media Nusantara
Tahun Cetak
:
2011
Halaman
:
416
ISBN
:
978-979-709-571-0
Harga
:
Rp. 165.000
Status

Ada


Mengenal Tanah air! Sudah selayaknya pemilik rumah mengenal tempat tinggalnya sampai batas pagar dengan tetangga sebelah.

Dengan 17.504 pulau, 1.608 suku bangsa yang berkomunikasi dengan 665 bahasa daerah di seluruh Nusantara, Indonesia adalah Negara kepulauan yang besar. Dikaruniai iklim yang bersahabat, tanah yang subur, kaya dengan spesies langkah flora dan fauna, mencakup mamalia, kupu-kupu, reptile, burung, unggas, hingga amfibi yang jumlahnya sekira 3.025 spesies. Juga sekitar 47.000 spesies tumbuhan.

Pustaka ini menyajikan foto-foto mempesona dengan narasi yang memikat perihal keindahan alam dan kehidupan anak bangsa pada pulau-pulau terdepan di Indonesia Bagian Tengah. Sepanjang Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur sampai Nusa Tenggara Barat. Wilayah yang dikenal dunia sebagai daerah Wallacea, tempat yang kaya dengan spesies endemik yang unik.

Semua terekam dalam kegiatan Ekspedisi Garis Depan Nusantara Wanadri – Rumah Nusantara. Suatu harta tak ternilai, dokumentasi kekayaan alam dan budaya Nusantara, untuk meningkatkan pemahaman wawasan kewilayahaan serta memacu perkembangan di pulau-pualu terdepan.

Pulau terdepan di Nusa Tenggara Timur termuat dalama Bab Nusa Selatan Nusa Antara yaitu Pulau Alor, Pulau Batek (Fatu Sinai), Pulau Dana Rote (Ndana), Pulau Dana Sawu dan Pulau Mangudu.

Sastra Lisan: Pemahaman dan Interpretasi

Judul
:
Sastra Lisan: Pemahaman dan Interpretasi (Pilihan Karangan dalam Basis 1987-1995)
Editor
:
B. Rahmanto & B. Kaswanti Purwo
Penerbit
:
Mega Media Abadi, Jakarta
Tahun Cetak
:
1999
Halaman
:
137
ISBN
:
979-8069-59-5
Harga
:
Rp. 65.000
Status

Kosong


Melalui buku ini dapat ditimba sebagian dari pengetahuan, warisan leluhur dari berbagai daerah di Nusantara. Mosaik-mosaik sastra lisan yang dihadirkan di sini menyingkapkan berbagai ihwal: dari sistem nilai yang turun-menurun dalam rentang waktu yang panjang antargenerasi, ke keanekaragaman cerita antardaerah pada sejumlah daun lontar, sampai ke perlawanan terhadap penguasa yang semena-mena. Buku ini tidak hanya berdaya pikat bagi mereka yang berminat memperakaya diri dengan harta karun Nusantara, tetapi juga dapat menjadi daya dorong bagi mereka yang berminat untuk merekam dan meneliti hal yang serupa, yang cenderung punah oleh benturan tata nilai baru dengan bendera “modernisasi”. Semoga bunga rampai ini dapat menjadi percikan api penyulut semangat di tengah-tengah proses pertumbuhan menuju suatu Indonesia baru, suatu Indonesia yang dapat menghayati dan menikmati kemajemukan sebagai kekayaan dan kekuatan, bukan sebagai titik yang dipeluangkan kea rah pemecahbelahan.

Antalogi penulisan buku ini terdiri dari: Sastra dan Bahasa Ritual dalam Tradisi Lisan Masyarakat Flores Timur (Yoseph Yapi Taum); Sastra Lisan Rote dan Kepercayaan Masyarakatnya (Tarno); Cerita Jowarsah dalam Sastra Sasak (Suripan Sadi Hutomo); Wajah Kesusastraan Madura (Suripan Sadi Hutomo); Legenda dan Mitos Kali Lusi di Blora (Suripan Sadi Hutomo); Maling Kentiri: Sebuah Legenda Rakyat Blora (Suripan Sadi Hutomo); “Kraman” Naya Gimbal di Blora (Suripan Sadi Hutomo); Mitos Dasar Kebudayaan Batak Toba (Hiddin Situmorang).

Rabu, 22 April 2020

Ruang Bagiku: Antologi Puisi 7 Penyair dari Sikka, NTT

Judul
:
Ruang Bagiku: Antologi Puisi 7 Penyair dari Sikka, NTT
Editor
:
Maria Matildis Banda & I Nyoman Weda Kusuma
Penerbit
:
Kosa Kata Kita (KKK), Jakarta
Tahun Cetak
:
2019
Halaman
:
159
ISBN
:
Harga
:
Rp.
Status

Kosong


Buku antologi "Ruang Bagiku" ini merupakan kumpulan puisi dari 7 penyair dari Sikka, NTT. Mereka adalah Maria Zemnia, Mario D. E. Kali, Virgilius Bere, Yohanis P. Sitinjak, F. Denis Hayon, Salestinus G. N. Botoor, dan Elton Subang Wada.

Maria Matildis Banda dan I Nyoman Weda Kusuma, keduanya dosen sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana, Denpasar, menulis Prolog untuk buku ini dengan cukup lengkap dan panjang 28 halaman. Penulis Prolog mengulas puisi-puisi 7 penyair dari Sikka ini dari sudut pemaknaan kosa kata dan pilihan kata (diksi).

Berikut dikutip bait ketiga dari tiga bait puisi Salestinus G. N. Botoor yang berjudul "Hujan Buat Mama" (halaman 122).
Seuntai doa kusematkan pada lelahmu,
sepenggal sajak kugoreskan pada dukamu.
biarlah hujan menenangkan mimpimu,
biarlah hujan menemani mimpi surgamu. * 
(Yohanes Sehandi)

The Anatomy of Travel. Genre

Judul
:
The Anatomy of Travel. Genre
Penulis
:
Gerson Poyk
Penerjemah
:
Gill Westaway
Penerbit
:
The Lontar Foundation, Jakarta
Bahasa
:
Inggris
Tahun Cetak
:
2019
Halaman
:
158
ISBN
:

Harga
:
Rp.
Status
:
Kosong


Buku ini merupakan kumpulan 19 cerita pendek (cerpen) karya sastrawan Indonesia kelahiran NTT (Rote) pada 16 Juni 1931. Ke-19 cerpen ini diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam bahasa Inggris oleh Yayasan Lontar, Jakarta, pimpinan Mr. John H. McGlynn. Judul dalam bahasa Indonesia "Anatomi Perjalanan" menjadi "The Anatomy of Travel."

Yayasan Lontar adalah sebuah lembaga yang sangat peduli terhadap pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia. Telah banyak menerjemah dan menerbitkan karya-karya sastra Indonesia bermutu ke dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Salah satu karya Gerson Poyk ini.

Cerpen-cerpen yang terhimpun dalam buku ini, antara lain berjudul The Anatomy of Travel (Anatomi Perjalanan), The Water Buffalo Sellers (Penjual Kerbau), Woven Cloth (Kain Tenun), Sandalwood Fans (Kipas Cendana), An Aria to Travel (Nyanyian Perjalanan), Sesandu (Sesandu), Reconciliation (Perdamaian), December Floods (Banjir Bulan Desember).

Dalam Prolog buku (halaman x-xi)) Yohanes Sehandi menyatakan, ada tiga tema besar yang diangkat Gerson Poyk lewat 19 cerpen yang terhimpun dalam buku ini. Berikut kutipannya:
The nineteen short stories in this collection can be grouped into several different thematic isues. First, the theme related to the spiritual and social issues of rural society. Second, the theme related to the difficulties experienced by those living in urban societies. Third, the theme related to intercourse with foreigners. * (Yohanes Sehandi)

Dua Mata yang Digelari Berkat

Judul
:
Dua Mata yang Digelari Berkat
Editor
:
Oriol Dampuk
Penerbit
:
PCM (Penerbit Carol Maumere) Maumere
Tahun Cetak
:
2018
Halaman
:
152
ISBN
:
Harga
:
Rp.
Status

Kosong


Buku antologi puisi ini berisi 127 judul puisi karya penyair Oriol Dampuk. Semua puisi tidak ada kolofonnya. Kolofon adalah keterangan tempat, hari, tanggal, dan waktu penciptaan atau kelahiran sebuah puisi. Ada puisi yang pendek, ada yang sedang, ada yang panjang.

Puisi-puisi yang terhimpun dalam buku ini, menurut pembacaan saya, merupakan hasil dari proses permenungan dan komtemplasi penyairnya, baik secara mendalam maupun tidak. Tema dan realitas pengalaman yang diangkat dalam puisi sebagian besar berkaitan manusia dan eksistensinya. Tidak heran kalau ada banyak puisi yang terasa berat bagi pembaca, terutama pembaca awam. Perlu upaya keras untuk menyelami puisi-puisi penyair ini. Itulah resiko puisi yang dilahirkan dari hasil permenungan dan komtemplasi.

Alexander Aur dan Usman D. Ganggang yang menulis Prolog dan Epilog buku puisi ini, sepertinya enggan memberi jalan setapak kepada para pembaca untuk menelusuri jalan yang dilewati penyair ini. Alexander Aur hanya mengulas satu puisi yang dipakai menjadi judul buku "Dua Mata yang Digelari Berkat" (halaman 19), puisi yang lain tidak disinggung. Usman Ganggang hanya menyinggung sekilas puisi "Vakum" (halaman 97), yang lain tidak. Meskipun demikian, kedua penyair ini memberikan banyak wawasan kepada pembaca tentang puisi khususnya dan sastra umumnya.

Oriol Dampuk lahir di Ruteng, Manggarai, pada 23 Maret 1993. Menyelesaikan TK dan SD di Ruteng, SMP/SMA di Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur, Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret dan STFK Ledalero, Maumere. Telah ditahbiskan menjadi pastor Katolik dan kini bertugas sebagai gembala umat di Paroki St. Gregorius Borong, Manggsrai Timur.

"Menulis puisi bagi saya adalah pekerjaan agung nan mulia," tulis penyair Oriol Dampuk pada pengantar bukunya dengan judul yang bersifat kontemplatif: "Kata Menjadi Cahaya" (halaman iii). *(Yohanes Sehandi)

Di Kaki Ina Bo'i

Judul
:
Di Kaki Ina Bo'i
Penulis
:
Sipri Senda
Penerbit
:
Perkumpulan Komunitas Sastra Dusun Flobamora Kupang
Tahun Cetak
:
2019
Halaman
:
83
ISBN
:
Harga
:
Rp.
Status

Kosong


Buku antologi puisi karya penyair Sipri Senda ini berisi 62 judul puisi. Ada puisi yang pendek, ada yang sedang, ada pula yang panjang. Ada puisi yang disusun dalam bentuk bait, ada yang disusun dalam bentuk narasi yang tidak terikat pada bait. Sebagian besar baris puisi dimulai dengan huruf besar (kapital), tetapi ada terselip beberapa puisi yang ditulis dengan huruf kecil semua (halaman 56-59). Variasi-variasi penyusunan bentuk puisi ini, sepertinya bukan kesengajaan untuk menunjukkan kekhasan, tetapi karena disusun begitu saja. Terselip juga kesalahan ejaan.

Sebagian besar puisi dalam buku ini ada kolofonnya, namun ada pula yang tidak. Kolofon adalah keterangan tempat, hari, tanggal, waktu penciptaan atau kelahiran sebuah puisi. Biasanya dicantumkan di bagian akhir puisi. Sayangnya, penulisan sejumlah kolofon itu tidak seragam. Misalnya keterangan tentang bulan, ada yang ditulis dengan huruf, misalnya April, ada yang ditulis angka 4.

Puisi-puisi yang ada dalam buku ini mengangkat beragam tema atau topik. Kalau tema yang diangkat yang berkaitan dengan masalah-masalah keseharian, makna puisi gampang ditangkap. Juga puisi yang disusun mirip doa, gampang ditangkap maksudnya. Namun, kalau tema yang diangkat bersifat abstrak, misalnya tentang kemanusiaa, keadilan, keilahian, isi puisi agak berat ditelisik maknanya. Ini kesan pembacaan saya.

Atas dasar kesan pembacaan tersebut, saya setuju dengan pendapat Yasintus Runesi di bagian akhir Prolognya. Yasintus menulis: "... seperti apa kekuatan perubahan yang ditawarkan oleh puisi-puisi dalam kumpulan ini, tidak bisa dipastikan di sini. Mengapa? Karena membaca puisi dan menemukan makna di baliknya adalah pengalaman subjektif" (halaman 20).

Penyair Sipri Senda adalah seorang imam Katolik di Keuskupan Agung Kupang, NTT. Ditahbiskan pada 4 Oktober 1999. Di samping sebagai dosen di Fakultas Filsafat Unwira Kupang, juga menjadi pembina para frater di Seminari Tinggi St. Mikhael Kupang. Sipri juga sebagai pembina Komunitas Sastra Filokalia Seminari Tinggi St. Mikhael Kupang. Karya sastra yang telah diterbitkan menjadi buku adalah "Fatamorgana Langit Sabana" (puisi) dan "Katuas Gaspar" (cerpen). * (Yohanes Sehandi)

Kepada Pedang dan Nyala Api: Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 2

Judul
:
Kepada Pedang dan Nyala Api: Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 2
Editor
:
Julia Daniel Kotan
Penerbit
:
Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT Kerja Sama dengan Penerbit Kosa Kata Kita (KKK) Jakarta
Tahun Cetak
:
2020
Halaman
:
333
ISBN
:
Harga
:
Rp.
Status

Kosong


Buku antologi puisi "Kepada Pedang dan Nyala Api" (2020) ini merupakan kelanjutan dari antologi puisi perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 1, yang berjudul "Bulan Peredam Prahara" (2018). Kedua buku antologi puisi perdamaian ini berisi semacam "seruan" atau "seruling" perdamain dari para penyair Flobamora (NTT) kepada Ibu Pertiwi (Indonesia) dalam tahun politik 2018-2019. Sama halnya dengan Seri 1, Seri 2 ini juga didominasi oleh puisi-puisi perdamaian.

Dalam buku ini terhimpun 217 puisi perdamaian karya 74 penyair NTT. Ada penyair yang sudah dikenal luas di tingkat nasional dan regional NTT. Ada yang dikenal di tingkat regional. Ada pula yang baru muncul ke permukaan, belum banyak dikenal. Tentu saja nama-nama penyair yang lolos dan masuk dalam buku ini bukan berdasarkan pertimbangan nama penyair, tetapi pertimbangan pada mutu puisi yang ada. Itulah dasar pertimbangan tiga kurator yang menyeleksi puisi-puisi yang masuk buku ini.

Sejumlah nama penyair NTT yang tampil dalam buku ini, antara lain (untuk sebut beberapa, seturut abjad) Agust Dapa Loka, Agust G. Thuru, Alfred G. Jogo Ena, Beni Wego, Bruno Dasion, Deodatus D. Parera, Elvira Hamapati, Fian N., Fian Watu, Frid da Costa, Hardy Sungkang, Ian CK, Ignas Kaha, Ivan Nestorman, John Tubani, John Tanouf, Lidia Tokan, Mario Bojano Sogen, Mario D. Kali, Marsel Robot, Mezra E. Pellondou, Milla Lolong, Nikolaus Loy, Nikolaus Tolentino Kengko, Paulus Heri Hala, Petrus Nandi, Paskalis Bataona, Robert Fahik, Tonce Lebuan, Veran Making, Wilhelmus Berybe, Yandris Tolan, Yoseph Yapi Taum, Yoseph Yoneta Motong Wuwur, dan lain-lain.

Kalau dicermati, mutu puisi yang termuat dalam buku ini bervariasi, ada yang bagus, ada yang belum, ada yang sudah matang, ada yang belum. Rasanya wajarlah untuk aebuah buku antologi yang berisi puisi dari berbagai kalangan yang luas. Memang tidak bisa mengharapkan agar semua puisi yang dimuat dalam satu buku antologi harus bermutu semuanya. Itulah resiko sebuah antologi.

Berikut dikutip salah satu contoh puisi dalam buku ini karya penyair muda NTT bernama Elvira Hamapati, berjudul "Nusaku Bercerita" (halaman 80):
Nusaku Bercerita
Tanah ini adalah hadiah
Maha Kuasa
Aneka raga dan rasa merangkai
Kisah dan kasih
Nusaku bercerita
Kedamaian akan
Kutawarkan
Jika hatimu
Tak tawar oleh kebencian. * 
(Yohanes Sehandi)

Bulan Peredam Prahara: Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 1

Judul
:
Bulan Peredam Prahara: Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 1
Editor
:
Alfred B. Jogo Ena
Penerbit
:
Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT Kerja Sama dengan Penerbit Kosa Kata Kita (KKK) Jakarta
Tahun Cetak
:
2018
Halaman
:
328
ISBN
:
Harga
:
Rp.
Status

Kosong


Buku antologi puisi ini diterbitkan sebagai upaya Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT dalam rangka menumbuh dan mengembangkan potensi anak tanah NTT dalam bidang sastra dan budaya. Komunitas RSK adalah komunitas sastra orang-orang NTT yang berganung dalam grup WA. Didirikan pada Januari 2018 dengan koordinator Dr. Yoseph Yapi Taum.

Mengambil anak judul: Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 1, bermaksud agar para penyair NTT dapat meniupkan "seruling perdamaian" dari NTT (Flobamora) untuk Indonesia (Nusantara) pada tahun politik 2018 dan 2019 yang penuh dengan persaingan tidak sehat, menghalalkan segala untuk memenangkan pertarungan, dan menyebarkan berita bohong. Itulah sebabnya buku antologi puisi ini didominasi oleh puisi-puisi seruan perdamaian. Inilah sumbangan dari NTT yang ditiupkan para penyair NTT.

Dalam buku Bulan Peredam Prahara ini terhimpun 217 judul puisi karya 74 penyair, sebagian besar penyair NTT. Ada nama penyair yang sudah malang melintang dalam panggung puisi, baik tingkat nasional maupun tingkat regional NTT. Ada pula penyair yang baru muncul. Sejunlah nama penyair dalam buku ini dapat disebutkan, antara lain: Aster Bili Bora, Agust G. Thuru, Ian CK, Ignas Kaha, Jhony Lae, Mario D. E. Kali, Milla Lolong, Nikolaus Loy, Paulus Heri Hala, Usman D. Ganggang, Veran Making, Walter Arryanto, Yandris Tolan, Yoseph Y. Motong Wuwur, dan lain-lain.

Di bagian akhir Prolog, Yoseph Yapi Taum, pengamat dan ilmuwan sastra dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, menulis: "Diksi-diksi puitik dalam antologi ini menekankan satu pesan penting bagi bangsa Indonesia: bahwa perdamaian, rasa damai, hidup penuh kedamaian di dalam perbedaan merupakan keutamaan yang harus diperjuangkan dan dipertahankan dari rongrongan para pemburu kekuasaan. Hanya perdamaianlah yang memampukan perahu Indonesia mencapai pulau kebahagiaan (halaman 25). * (Yohanes Sehandi)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...