Judul |
: |
Gereja
Protestan di Keresidenan Timor (1613-1901) |
Penulis |
: |
Fransisco de Kr. A. Jacob |
Penerbit |
: |
BPK Gunung Mulia |
Tahun Cetak |
: |
2024 |
Halaman |
: |
346 |
ISBN |
: |
978-623-415-229-6 |
Harga |
: |
Rp. 100.000 |
Status |
: |
Ada |
“Jangan sekali-kali melupakan sejarah” adalah salah satu
ungkapan Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, yang masih terus
dikenang hingga saat ini. Melalui ungkapan tersebut, Ir. Soekarno atau lebih
sering disapa Bung Karno, memberikan peringatan kepada orang-orang sezamannya
– dan tentu juga generasi mendatang – tentang pentingnya mempelajari sejarah.
Sejarah merupakan bagian utuh dari perjalanan umat manusia. Oleh karena itu,
mempelajari sejarah sama halnya dengan mempelajari perjalanan umat manusia
yang di dalamnya terdapat berbagai dinamika. |
Dalam
konteks bergereja, sejarah juga menjadi hal yang penting. Pasalnya, melalui
penelusuran sejarah yang benar maka gereja pada masa kini dan akan datang dapat
memahami masa lalu dan memakai pengetahuan tersebut untuk penatalayanannya.
Dari sudut pandang teologis, mempelajari sejarah gereja sama artinya dengan
mempelajari bagaimana Allah berkarya dalam dunia serta bagaimana dunia (gereja)
merespons karya Allah tersebut.
Di
Keresidenan Timor, usia gereja Protestan sudah cukup tua. Jika dihitung sejak
kapan ia pertama kali diperkenalkan oleh orang-orang Belanda maka usia Gereja
Protestan di Keresidenan Timor pada tahun ini (2024) sudah mencapai 411 tahun.
Sayangnya, terlepas dari usianya yang sudah cukup tua, kajian mengenai sejarah
gereja Protestan di Keresidenan Timor sendiri masih cukup terbatas, terutama
pada tahun-tahun 1600-an hingga 1800-an.
Buku ini hadir untuk
memperkaya literatur terkait sejarah gereja Protestan di Keresidenan Timor.
Buku yang lahir dari hasil pergumulan kurang lebih selama empat tahun ini
mencoba memperlihatkan sejarah gereja Protestan di Keresidenan Timor secara
lengkap. Karenanya, informasi-informasi yang terdapat dalam buku ini tidak
hanya merupakan suatu uraian kronologis dari perjalanan gereja, tetapi juga
informasi-informasi lain terkait dinamika pelayanan lainnya seperti model
pelayanan, model liturgi, pelayanan pendidikan, keterlibatan orang lokal dalam
pekerjaan pekabaran Injil (laki-laki dan perempuan), relasi gereja dengan
kebudayaan lokal, dan relasi gereja dengan pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar