Selasa, 28 Maret 2017

Etika dan Moralitas dalam Budaya Sumba

Judul
:
Etika dan Moralitas dalam Budaya Sumba
Penulis
:
Nggodu Tunggul
Editor
:
Umbu Tamu Kalaway (Ketua Tim)
Penerbit
:
Pro Millenio Center & Bappeda Pemkab Sumba Timur
Tahun Cetak
:
2003
Halaman
:
157
ISBN
:
979-98581-0-0
Harga
:
Rp. 75.000
Status
:
Kosong

Di tengah maraknya karya-karya ilmiah populer dan fiksi dalam dunia media cetak yang hingar-bingar dengan nuansa global dewasa ini, kehadiran sebuah ketekunan dan keberanian melahirkan kembali sosok warisan budaya daerah lisan/tutur dalam aksara dan bahasa Indonesia, yang sarat dengan kompleksitas makna tetapi terasa telah tertinggal jauh dari perkembangan dunia yang semakin praktis, adalah kepedualian yang  langkah akan hal ‘menjadi’ (state of being) bagi eksistensi budaya tersebut. Penyusunan Etika dan Moralitas dalam Budaya Sumba (baca: Sumba Timur) bukanlah kelatahan dan kebangkitan optimisme kekuatan ras, etnik dan agama (bahkan fundamentalisme) sejak menjelang berakhirnya abad ke 20, namun lebih merupakan manifestasi tanggung jawab moral untuk mengabadikan sebagian dari identitas manusia Sumba Timur dan menyampaikan kepada dunia, lintas waktu dan ruang, bahkan batas-batas budaya itu sendiri.

Memahami etika dan moralitas Sumba memang tak mungkin lepas dari masalah budaya dan dimensi kesejarahan, yang erat dengan hubungan antara jagad imanen dan transenden. Manusia adalah mahluk historis dan kultural yang mempunyai pengetahuan. Sebagai mahluk historis, manusia bereksistensi dengan “menyejarahkan” dirinya. Sebagai mahluk budaya manusia berkehendak untuk selalu ‘mengenal dirinya sendiri’. Dengan demikian maka praktek kultural dari masa ke masa tak pernah tercerabut dari identitas diri dalam bingkai budaya, atau dari bagaimana cara manusia memaknai diri fan budayanya.

Budaya sumba yang eksis di tengah keberagaman budaya suku-suku bangsa di Indonesia, memiliki dasar-dasar konsep dan sistem nilai yang pasti, yang mendasari setiap perikehidupan sosial kemasyarakatan, dengan tanpa pernah terlepas dari kehendak akan harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan. Keseimbangan selalu diupayakan  bukan hanya antara kehidupan di alam fana dan di alam baka, tetapi juga antara makro kosmos dan miklro kosmos. Maka menjadi wajar bila  etika dan moralitas orang Sumba penuh dengan kompleks tata aturan, baik sosial maupun ritual yang terasa lebih menyudutkan manusia pada determinisme dan statis, ketimbang yang dinamis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...