Jumat, 13 September 2019

Masyarakat Nelayan Lamalera dan Tradisi Penangkapan Ikan Paus

Judul
:
Masyarakat Nelayan Lamalera dan Tradisi Penangkapan Ikan Paus
Penulis
:
Ambrosius Oleonâ & Pieter Tedu Bataonâ, S.H.
Penerbit
:
Lembaga Gelekat Lefo Tanah
Tahun Cetak
:
2001
Halaman
:
152
ISBN
:
979-96340-0-8
Harga
:
Rp. 140.000
Status
:
Kosong


Di atas bentangan Laut Sawu yang galak, di situlah ladang manusia Lamalera. Keganasan laut adalah santapan manusia Lamalera. Di dalam laut itu tersimpan rezeki harian mereka. Seperti Peledang, laut dan isinya adalah bagian dari diri mereka. Ikan buruanya diibaratkan seperti sesamanya. Ini terungkap dalam nyanyian untuk meminta ikan muncul ke permukaan air: sedo plau rubu puke, ruate soba te perefo, barek lau veran langu, rata losu ula doro (hai gadis yang berdiam di pokok karang, bolehkah kita berkenalan, hai dara yang beradu di bawah terumbu, rambutmu lurus bagai ular melata). Atau nyanyian pada saat buruanya berontak dan masuk ke dalam laut: Kuma mode hukoko, doing gara lelaja oooo, (hai gadis kuning langsat, kenapa merajuk sedemikian lama). Pada saat ikan Paus menolak untuk ditikam, para nelayan bernyanyi untuk manusia Lamalera: Sora gehik levo, levo rasa-rasa (Raksasa menolak masuk kampong, ada apa gerangan di kampong?) Pada saat ikan Paus sedang berontak kena tikaman tempuling nelayan, manusia berteriak: hirrkae … hirr … kae, levo hiiiir kae (Puji dia, seluruh isi kampong puji dia). Pada saat ikan Paus ditarik dari tengah laut ke darat, para nelayan bernyanyi : Sora taran bala, tala levo rae tai (Raksasa bertandung gading, mari kita masuk kampong), atau sora geri levo, buka bavalove (Raksasa akan masuk kampong, bukalah gerbang).

2 komentar:

  1. mohon info jika ada stok buku ini. Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf bukunya kosong, tetapi kami merekoemndasikan buku "Dari Lautan Menuju Tuhan" dan "Migrasi di Kawasan Laut Sawu" trims

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...