Rabu, 22 April 2020

Kepada Pedang dan Nyala Api: Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 2

Judul
:
Kepada Pedang dan Nyala Api: Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 2
Editor
:
Julia Daniel Kotan
Penerbit
:
Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT Kerja Sama dengan Penerbit Kosa Kata Kita (KKK) Jakarta
Tahun Cetak
:
2020
Halaman
:
333
ISBN
:
Harga
:
Rp.
Status

Kosong


Buku antologi puisi "Kepada Pedang dan Nyala Api" (2020) ini merupakan kelanjutan dari antologi puisi perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 1, yang berjudul "Bulan Peredam Prahara" (2018). Kedua buku antologi puisi perdamaian ini berisi semacam "seruan" atau "seruling" perdamain dari para penyair Flobamora (NTT) kepada Ibu Pertiwi (Indonesia) dalam tahun politik 2018-2019. Sama halnya dengan Seri 1, Seri 2 ini juga didominasi oleh puisi-puisi perdamaian.

Dalam buku ini terhimpun 217 puisi perdamaian karya 74 penyair NTT. Ada penyair yang sudah dikenal luas di tingkat nasional dan regional NTT. Ada yang dikenal di tingkat regional. Ada pula yang baru muncul ke permukaan, belum banyak dikenal. Tentu saja nama-nama penyair yang lolos dan masuk dalam buku ini bukan berdasarkan pertimbangan nama penyair, tetapi pertimbangan pada mutu puisi yang ada. Itulah dasar pertimbangan tiga kurator yang menyeleksi puisi-puisi yang masuk buku ini.

Sejumlah nama penyair NTT yang tampil dalam buku ini, antara lain (untuk sebut beberapa, seturut abjad) Agust Dapa Loka, Agust G. Thuru, Alfred G. Jogo Ena, Beni Wego, Bruno Dasion, Deodatus D. Parera, Elvira Hamapati, Fian N., Fian Watu, Frid da Costa, Hardy Sungkang, Ian CK, Ignas Kaha, Ivan Nestorman, John Tubani, John Tanouf, Lidia Tokan, Mario Bojano Sogen, Mario D. Kali, Marsel Robot, Mezra E. Pellondou, Milla Lolong, Nikolaus Loy, Nikolaus Tolentino Kengko, Paulus Heri Hala, Petrus Nandi, Paskalis Bataona, Robert Fahik, Tonce Lebuan, Veran Making, Wilhelmus Berybe, Yandris Tolan, Yoseph Yapi Taum, Yoseph Yoneta Motong Wuwur, dan lain-lain.

Kalau dicermati, mutu puisi yang termuat dalam buku ini bervariasi, ada yang bagus, ada yang belum, ada yang sudah matang, ada yang belum. Rasanya wajarlah untuk aebuah buku antologi yang berisi puisi dari berbagai kalangan yang luas. Memang tidak bisa mengharapkan agar semua puisi yang dimuat dalam satu buku antologi harus bermutu semuanya. Itulah resiko sebuah antologi.

Berikut dikutip salah satu contoh puisi dalam buku ini karya penyair muda NTT bernama Elvira Hamapati, berjudul "Nusaku Bercerita" (halaman 80):
Nusaku Bercerita
Tanah ini adalah hadiah
Maha Kuasa
Aneka raga dan rasa merangkai
Kisah dan kasih
Nusaku bercerita
Kedamaian akan
Kutawarkan
Jika hatimu
Tak tawar oleh kebencian. * 
(Yohanes Sehandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...