Rabu, 22 April 2020

Dua Mata yang Digelari Berkat

Judul
:
Dua Mata yang Digelari Berkat
Editor
:
Oriol Dampuk
Penerbit
:
PCM (Penerbit Carol Maumere) Maumere
Tahun Cetak
:
2018
Halaman
:
152
ISBN
:
Harga
:
Rp.
Status

Kosong


Buku antologi puisi ini berisi 127 judul puisi karya penyair Oriol Dampuk. Semua puisi tidak ada kolofonnya. Kolofon adalah keterangan tempat, hari, tanggal, dan waktu penciptaan atau kelahiran sebuah puisi. Ada puisi yang pendek, ada yang sedang, ada yang panjang.

Puisi-puisi yang terhimpun dalam buku ini, menurut pembacaan saya, merupakan hasil dari proses permenungan dan komtemplasi penyairnya, baik secara mendalam maupun tidak. Tema dan realitas pengalaman yang diangkat dalam puisi sebagian besar berkaitan manusia dan eksistensinya. Tidak heran kalau ada banyak puisi yang terasa berat bagi pembaca, terutama pembaca awam. Perlu upaya keras untuk menyelami puisi-puisi penyair ini. Itulah resiko puisi yang dilahirkan dari hasil permenungan dan komtemplasi.

Alexander Aur dan Usman D. Ganggang yang menulis Prolog dan Epilog buku puisi ini, sepertinya enggan memberi jalan setapak kepada para pembaca untuk menelusuri jalan yang dilewati penyair ini. Alexander Aur hanya mengulas satu puisi yang dipakai menjadi judul buku "Dua Mata yang Digelari Berkat" (halaman 19), puisi yang lain tidak disinggung. Usman Ganggang hanya menyinggung sekilas puisi "Vakum" (halaman 97), yang lain tidak. Meskipun demikian, kedua penyair ini memberikan banyak wawasan kepada pembaca tentang puisi khususnya dan sastra umumnya.

Oriol Dampuk lahir di Ruteng, Manggarai, pada 23 Maret 1993. Menyelesaikan TK dan SD di Ruteng, SMP/SMA di Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur, Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret dan STFK Ledalero, Maumere. Telah ditahbiskan menjadi pastor Katolik dan kini bertugas sebagai gembala umat di Paroki St. Gregorius Borong, Manggsrai Timur.

"Menulis puisi bagi saya adalah pekerjaan agung nan mulia," tulis penyair Oriol Dampuk pada pengantar bukunya dengan judul yang bersifat kontemplatif: "Kata Menjadi Cahaya" (halaman iii). *(Yohanes Sehandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...