Jumat, 05 Juli 2019

Melangkah di Atas Batu Karang: Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat di Nusa Tenggara

Judul
:
Melangkah  di Atas Batu Karang: Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat di Nusa Tenggara
Penyunting
:
Agus Mulyana, Ni Nyoman Susanti & Putra Suardika
Penerbit
:
KOPPESDA Sumba Timur
Tahun Cetak
:
-
Halaman
:
162
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. -
Status
:
Kosong


Mungkinkah  para pemangku kepentingan dapat mengelola sumberdaya  alam bersama-sama dengan masyarakat yang selama ini sering dituding sebagai perusak hutan ? Sangat mungkin, meskipun ini bukan perkara yang mudah dilakukan !!. Ibaratnya seperti melangkah di atas batu karang yang terjal. Upaya yang banyak hambatan ini dapat kita lihat dan pelajari dari buku “Melangkah di Atas Batu Karang“. Sebuah buku yang mengupas tentang pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat, utamanya di daerah  Nusa Tenggara.

Tentang judul buku ini, didasarkan pada adanya fakta bahwa batu karang yang ada di Nusa Tenggara terkenal runcing, tajan dan  terkadang berlubang di mana berbagai jenis serangga berbisa bersarang di sini, Perlu ekstra hati-hati dan keberanian, kelenturan, wawasan dan ketrampilan untuk dapat melangkah di atasnya.Dan bagi para pemangku kepentingan  di Nusa Tenggara Timur sedang “ melangkah di atas batu karang “ dalam mewujudkan adanya pengelolaan sumber daya alam yang lebih adil dan menjamin. Adanya kelestarian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Buku ini merupakan hasil refleksi kritis di lapangan dan para pihak terhadap pengalaman pengelolaan sumberdaya alam yang dikembangkan secara kolaboratif di beberapa kawasan konservasi di Nusa Tenggara.
Sebagai hasil sebuah penelitian, secara keseluruhan buku ini dibagi dalam empat bagian. Bagian pertama berbicara tentang Kerangka Konsep PSABM, yang meliputi : Resim “Pemilikan” Sumber Daya Alam; Penguasaan SDA oleh individu dan oleh negara; sumber daya terbuka ; dan terakhir dibahas tentang pengelolaan SDA berbasis masyarakat dan PSABM di kawasan koservasi. Bagian kedua bicara tentang Masyarakat dan Praktek Peengelolaan Sumber Daya Alam di Nusa Tenggara secara umum. Dalam bab ini dibicarakan tentang kehutanan di Nusa Tenggara ; Masyarakat dan praktek-praktek pengelolaan SDA ; Jaringan kerjasama kemitraan di Nusa Tenggara. Bagian ketiga bicara soal Kajian Pengembangan PSABM di Nusa Tenggara : Upaya Menakar Perubahan Sumber Daya Alam dan Masyarakat. Sebagai topic bahasan meliputi : Mengapa Dampak PSABM ? ; Pengorgaisasian, Proses dan Tata Waktu; Cakupan Kajian dan Kerangka Analisia serta Kerangka Analisis Kajian. Bagian keempat  atau terakhir membahas tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat di Tengah Kerusakan Lingkungan dan Konflik : PSABM di Taman Nasional Laiwanggi Wanggameti.

Secara fisik buku ini cukup bagus kondisinya. Pilihan jenis huruf,   dan besaran font  cukup menjadikan tulisan dalam buku ini nyaman untuk  dinikmati pembaca. Sisi menarik lainnya adalah adanya beberapa kata  dalam bahasa local setempat selalu diberi terjemahan di belakang kata tersebut. Sebagai contoh misalnya : “ Tana paita “ (tanah larangan) dan “Tana Kaba “ (tanah garapan). Juga “omangu panggeri” (hutan berjanggut/hutan primer) dan “omangu parotu” (hutan larangan) (hal 23). Adanya lampiran tentang kesimpulan-kesimpulan peserta lokakarya tentang dampak Pengelolaan Sumber Daya alam berbasis Masyarakat (PSABM) terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di empat kawasan (Taman Nasional Laiwanggi Wanggameti Sumba, NTT ; Taman Hutan Rakyat Sesaot, Lombok, NTB ; Cagar alam dan hutan Lindung Riung ; dan Hutan Produksi Bangkat Monteh) semakin memperkuat dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat.

Jadi buku ini sebenarnya sangat menarik untuk menjadi acuan bagi para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan terkait dengan bagaimana mengelola sumber daya alam secara bijaksana tanpa meninggalkan peran dan kebutuhan masyarakat di sekitar hutan itu. Pengambilan kebijakan yang benar dan bermartabat dalam pengelolaan sumber daya alam akan semakin memberdayakan masyarakat sekitar hutan. (Peresensi: Tatik Sulistyaningsih Pustakawan Perpustakaan Yayasan SATUNAMA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...