Rabu, 15 Mei 2024

Biografi Nyanyian Kehidupan Nafsiah Mboi

Judul

:

Biografi Nyanyian Kehidupan Nafsiah Mboi

Penulis

:

Maria Hartiningsih & Agung Adiprasetyo

Penerbit

:

PT. Kompas Media Nusantara

Tahun Cetak

:

2022

Halaman

:

456

ISBN

:

978-623-346-507-6

Harga

:

Rp.100.000

Status

:

Ada


Setiap tokoh dilahirkan oleh suatu kurun masa. Namun zaman segera disapu oleh waktu dan setiap peristiwa dengan cepat dilupakan karena tertimbun peristiwa-peristiwa yang susul-menyusul memenuhi ruang publik dan merampas ingatan.

Meski demikian, suatu bangsa menjadi besar bila mau mengingat dan mengakui jasa para pahlawannya; termasuk di antaranya adalah para tokoh dan birokrat yang bekerja keras memajukan suatu wilayah dan masyarakat. Di antara mereka adalah dr. Andi Nafsiah Walinono-Mboi SpA, MPH, dikenal sebagai Nafsiah Mboi.

Untuk waktu yang cukup panjang, namanya selalu disandingkan dengan sang suami, dr. Ben Mboi. Pasangan ini telah membuat NTT mencuat di antara provinsi-provinsi lain di Indonesia karena lonjakan kemajuan kesejahteraan warganya. Prestasi keduanya di bidang pelayanan publik diakui secara internasional dengan penghargaan Ramon Magsaysay Award pada tahun 1986. 

Namun Nafsiah juga punya jejak tersendiri. Perjalanannya panjang dan berliku sebelum menjabat sebagai Menteri Kesehatan (2012-2014). Nafsiah adalah perempuan pertama dari suku Bugis, Makasar yang menjadi dokter dan dokter spesialis anak; dan untuk NTT, dokter spesialis anak pertama yang melayani rakyat di sana. Nafsiah adalah orang Asia pertama yang menjadi ketua Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa-bangsa (CRC) dan perempuan Indonesia pertama yang menduduki posisi direktur pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sampai saat ini Nafsiah diakui ketokohannya dalam isu HIV/AIDS. Dia memperjuangkan pendekatan kemanusiaan dan HAM untuk ODHA dan memahami pentingnya pemberdayaan populasi kunci dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Banyak hal tentang dirinya terserak di berbagai media. Namun buku ini me-nyingkapkan banyak sekali aspek yang belum pernah diungkap, beserta mazmur syukur yang senantiasa dia daraskan pada setiap langkahnya.

Seluruh pengalamannya dalam buku ini adalah undangan untuk belajar tentang ketekunan, totalitas, kehendak untuk terus belajar yang tidak pernah padam, kete-guhan dan keberanian mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran, kesetaraan dan keadilan.

Nafsiah telah menjawab panggilan hidupnya dalam tugas-tugas yang tidak mudah, yang membuatnya kerap berada di persimpangan yang rumit. Namun, demi kebaikan bersama, dia tak ragu mengambil jalan yang penuh onak, curam, licin dan tak jarang, berbahaya.

Gelombang yang menghempasnya, ombak dan riak yang mengepungnya, sayup-sayup membentuk rangkaian nada yang dimainkan oleh orkestra alam, men-ciptakan nyanyian kehidupan. Kita bisa ikut mendengarkan seluruh lagu dalam berbagai nada dari masa lalu sampai sekarang, dan mencecap bisik halus yang menyodorkan harapan. 


Senin, 13 Mei 2024

Kewargaan Pascakolonial di Indonesia: Sebuah Sejarah Populer

Judul

:

Kewargaan Pascakolonial di Indonesia: Sebuah Sejarah Populer

Penyunting

:

Gerry Van Klinken

Penerbit

:

Pustaka Obor Indonesia

Tahun Cetak

:

2023

Halaman

:

284

ISBN

:

978-623-321-225-0

Harga

:

Rp.86.000

Status

:

Ada

 

Buku yang ditulis Gerry van Klinken ini merupakan sumbangan penting di bidang studi kewargaan, tidak hanya di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Berlawanan dengan paradigma bapakisme (patronase-klientelisme) yang umum di Selatan Global, penulis menunjukkan bahwa konsep kesamarataan, keadilan, keikutsertaan, inklusivitas, dan mobilisasi menjadi kekuatan yang sangat berarti dalam sejarah Indonesia. Ide-ide ini memberikan semangat berbuat kepada warganya untuk melawan penindasan dan ketidaksamaan.” – Roel Meijer, Associate Professor, Universitas Radboud, Belanda.

Kewargaan pascakolonial di Indonesia meneliti sejarah pembentukan negara di Indonesia pascakolonial. Buku ini berawal dengan cerita kematian Jan Djong, seorang aktivis dan mantan kepala desa dekat kota kecil Maumere. Selanjutnya ia memandang perdebatan masa kini tentang kewargaan di dunia pascakolonial dari perspektif sejarah. Kewargaan pernah disebut “prinsip dasar organisasi hubungan antara negara dengan masyarakat di negara-negara modern.” Kini, proses demokratisasi bersifat lebih intensif di dunia non-Barat yang pascakolonial daripada di Barat. Namun kewargaan yang dianggap “nyata” tampaknya jarang ditemukan di sini. Buku pegangan umumnya menganggap warga yang nyata adalah individu yang meng-klaim haknya, yang bersifat otonom, dan individualistik. Justru warga semacam ini jarang ada di dunia pascakolonial.

Sambil merenungkan satu cerita yang konkret, studi ini mengangkat dilema-dilema inti yang menghadapi studi kewargaan di dunia pascakolonial. Ia menantang etnosentrisme yang masih kuat di bidang studi kewargaan pada umumnya, yang menganggap sah hanya model kewargaan yang ditemukan di Eropa dan Amerika Serikat. Pada saat yang sama, buku dengan enam bab ini menghadapi secara jujur persoalan kerapuhan institusional, kekerasan politik, di samping soal legitimasi dan aspirasi kemerdekaan yang hidup dalam budaya-budaya non-Barat.

Gerry van Klinken adalah guru besar emeritus bidang sejarah Asia Tenggara di Universitas Amsterdam dan Universitas Queensland. Ia tetap berhubungan dengan lembaga penelitian Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV), di mana ia ikut menyelenggarakan program penelitian kerja sama internasional ‘Dari Klien menjadi Warga? Kewargaan yang bertumbuh dalam demokratisasi Indonesia’ (‘Clients to Citizens? Emerging citizenship in democratising Indonesia’).

 

Kamis, 09 Mei 2024

We Seek Our Roots: Oral Tradition in Biboki, West Timor

Judul

:

We Seek Our Roots: Oral Tradition in Biboki, West Timor

Penulis

:

Gregor Neonbasu, SVD

Penerbit

:

Academic Press Fribourg Switzerland

Bahasa

:

Inggris

Tahun Cetak

:

2011

Halaman

:

385

ISBN

:

978-3-7278-1700-7

Harga

:

Rp.-

Status

:

Kosong

 

This book describes the pattern of the daily life of the people of Biboki in West Timor -- Eastern Indonesia -- in terms of their efforts to affirm the "roots" of their daily lives. The core claim of this study is that oral traditions form the basis for which local people both trace their origins and at the same time endeavour to conceptualize their relationships with their fellow human beings and with the cosmos. It means that oral traditions are a fundamental tool for people in establishing their roots of life within a community and in assisting their efforts to establish authority within society. The chapters of the book present a range of genres of oral traditions, in conjunction with detailed exegesis and linguistic analysis in order to demonstrate the fundamental rote of these oral traditions within the life of the people.

According to Bibokinese, the root of life is considered to be the ancestors and the Supreme Being represented in the heirlooms kept in traditional houses. Life in society should be based on performing rituals at the traditional house as a vital way to create and preserve a flourishing community. At each performance at the traditional house -- and also at other traditional sites where people hold rituals -- oral traditions become a key factor in maintaining links with the past.

Gregor Neonbasu SVD was born in Timor, Indonesia in 1960. He completed his Phd in anthropology at The Australian National University of Canberra in 2005. He is the Chairman of St. Arnold Educational, which runs the Catholic University of Widya Mandira Kupang of West Timor, Director of Cultural Commission of the Research Region Council of East Nusa Tenggara Province. He teaches anthropology and sociol-University of Artha Wacana Kupang and the Pastoral Institute of the Archdiocese of Kupang. 


Diaspora Melanesia di Nusantara

Judul

:

Diaspora Melanesia di Nusantara

Editor

:

Taufik Abdullah & Mukhlis PaEni

Penerbit

:

Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun Cetak

:

2015

Halaman

:

436

ISBN

:

978-602-1289-19-8

Harga

:

NFS

Status

:

Kosong

 

Buku ini berisi kajian keilmuan tentang populasi dan kebudayaan Melanesia. Diselenggarakan oleh para ilmuan terkemuka di bidang arkeologi, geologi, genetika, antropologi, sejarah, dan linguistik, buku ini membahas masalah Pembentukan Kepulauan Nusantara, Persebaran Penduduk (Melanesia dan Austronesia) dan Awal Kehidupan Melanesia, Melanesia dalam Perspektif Genetik, Peta Kebahasaan Melanesia, Jaringan Ingatan Kolektif dan Refleksi Antropologis Melanesia, Jaringan Perdagangan Maritim dan Silang Budaya (Austronesia dan Non-Austronesia), Dinamika Sejarah dari Kesatuan-Kesatuan Etnis Melanesia, dan Perspektif Melanesia dalam Konteks Keindonesiaan.

Dari peninjauan akademis yang komprehensif tentang berbagai aspek genetika, asal-usul, bahasa dan sebagainya ini akan tampaklah betapa eratnya keterkaitan dinamika sejarah Melanesia dengan bumi Nusantara.

Berdasarkan penelitian genetika, bahasa, dan arkeologi penduduk asli Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat termasuk kelompok Melanesia. Sehingga pada saat ini mayoritas populasi Melanesia justru terdapat di bumi Nusantara. Mestikah diherankan di wilayah ini terjadi juga hubungan yang telah berlangsung sejak ribuan tahun antara ras monggolid dengan austromelanesid. Peristiwa yang sama terjadi juga di wilayah Melanesia di Kepulauan Pasifik.

Buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini akan semakin menambah kearifan anak bangsa dalam melangkah ke arah semakin terwujudnya kesejahteraan dan kemajuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 


Sinar Hari Esok: Spektrum Sumber Daya Manusia Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dari Posisi Nusa Tenggara Timur

Judul

:

Sinar Hari Esok: Spektrum Sumber Daya Manusia Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dari Posisi Nusa Tenggara Timur

Penyunting

:

Frans M. Parera & Gregor Neonbasu, SVD

Penerbit

:

Funisia

Tahun Cetak

:

1997

Halaman

:

-

ISBN

:

-

Harga

:

Rp.-

Status

:

Kosong

 

Para kontributor dalam proses temu visi, persepsi untuk program aksi pembangunan semesta di Kawasan Timur Indonesia dalam buku ini adalah: Presiden Soeharto, Drs. Frans Seda, Gubernur NTT Mayjen. TNI AD (purn.) Herman Musakabe, Wakil Gubernur NTT Piet A. Tallo, SH., Sekwilda Pemda Tingkat I NTT Ir. Sabinus Kantus, Dr. Victor I. Tanya, Brigjen TNI AD (purn.) Alex Dinuth, Dr. Ignas Kleden, Dr. Alex Lanur, Dr. Leo Kleden, Dr. Georg Kirchenberger, Wali kota madya Kupang S.K. Lerik, Drs. Frans M. Parera, Drs. Frits FanggidaE, MS, Drs. Syarifuddin Gomang, MA (Hons.), Drs. Cornelis Mbeo, Pastor Gregor Neonbasu SVD, Agustinus Quintus Bebok, Petrus Salu, Darus Anton, Moses H. Beding, Yohanes Vianey Watu, P. Alex Seran MA, J. Philip Gobang, Stanis Kappu.

Dalam melaksanakan pembangunan, kita memang harus memiliki tekad yang bulat dan rasa percaya diri, bahwa kita mampu menundukkan tantangan yang ada di depan kita. Rasa percaya diri perlu terus kita tumbuhkan, kita tidak boleh berkecil misalnya karena kawasan yang kita tempati gersang, berbatu karang, dan rendah curah hujannya. Sebagai umat beragama kita yakin bahwa Tuhan yang Maha Kuasa akan menyediakan nikmat dan rahmatNya bagi mereka yang bekerja keras. (Presiden Soeharto, Kupang, 14 Oktober 1996)

Pengembangan aset-aset atau produk-produk menuntut SDM yang memadai sehingga diperlukan adanya dinamisasi pada tiga pilar utama pembangunan, yaitu pemerintah sebagai pelayan pembangunan, swasta sebagai motor pembangunan, dan masyarakay sebagai roda pembangunan. (Frans Seda, Kupang, 12 Agustus 1996)

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...