Rabu, 27 September 2017

Di Bawah Matahari Bali

Judul
:
Di Bawah Matahari Bali
Penulis
:
Gerson Poyk
Penerbit
:
Sinar Harapan
Tahun Cetak
:
1982
Halaman
:
191
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 90.000
Status
:
Ada

Keempat cerpen Gerson Poyk ini mempunyai daya pesona sendiri-sendiri. Dengan kelincahan bahasa yang memukau, telah menyeret pembacanya tenggelam dalam buaiannya. Lelaki dari Komodo menampilkan tokoh terpelajar yang gelisah dan berpindah-pindah pekerjaan, namun akhirnya menemukan dirinya juga. Sementara itu, Lorenzo tampil dengan profil yang lain. Ia seorang pemain piano yang diangkat dari kenestapaan hidup dan berhasil menjadikan dirinya sebagai seorang musisi, sekaligus seorang group leader Trio Lorenzo yang bereputasi baik di sebuah hotel internasional.

Kuta, di Sini Cintaku Kerlip Kemerlap, melukiskan cinta gaya kutu anjing yang tak kalah uniknya, Cinta yang dibawa oleh turis wanita putih dan dicipratkan kepada seorang pemuda pribumi Bali yang kebetulan bokek, iseng, dan memang berjiwa petualang. Dan akhirnya, Di Bawah Matahari Bali menghadirkan tokoh lelaki tua yang tersia hidupany, Kakek Harry Tan yang penuh dengan humor, ironi, cinta kasih, tetapi juga penuh dengan kemanusiaan….

Selasa, 26 September 2017

Asal Omong Seri I, Diam-diam Baca Dian

Judul
:
Asal Omong Seri I, Diam-diam Baca Dian
Penulis
:
Edu Dosi
Penerbit
:
Lamalera
Tahun Cetak
:
2012
Halaman
:
217
ISBN
:
978-979-25-4836-7
Harga
:
Rp. 40.000
Status
:
Ada

…Hemat saya. “Asal Omong” adalah ungkapan sebuah kesadaran dan tekad, bahwa juga kalau kita mesti menghadapi situasi di mana tulisan dan pembicaraan kita terkesan tidak berdaya mengubah situasi, kita tetap terikat pada kewajiban itu. Kendati apa yang ditulis dan dikatakan harus menemukan telinga-telinga yang terkesan tuli dan ditulikan serta hati yang dikeraskan, namun omong adalah sebuah kewajiban yang mesti dipenuhi. “Asal Omong” lahir dari kesadaran bahwa kebenaran mesti diucapkan dan diperdengarkan, bahwa ketidakadilan dan kebrobokan harus dibongkar, bahwa kebohongan mesti disingkapkan… ini adalah porsi kita dalam usaha besar membangun kehidupan bersama yang lebih bermutu. (Budi Kleden, Pengajar Teologi dan Sastra STFK Ledalero)

Asal Omong telah cukup berbicara bahwa Pater Edu telah melewati apa yang dalam teologi kontekstual disebut alur triadik. Seorang teologi pada dasarnya dipanggil untuk terlibat, going ini di tengah konteks sosial. Dalam keterlibatanya di tengah konteks sekalipun, ia tidak melepaskan diri dengan anutan religius yang telah membentuknya, tradisi yang telah dihidupinya. Bahkan, dengan keterlibatannya ia terdorong untuk kembali, coming back kepada tradisi dan anutan religiusnya, mengkrofontasikan dengan pengalaman keterlibatannya… Asal Omong tidak hanya berisi liuptan, tidak hanya berisi tentang hasil sebuah rekaman jurnalistik, tetapi juga memunculkan inspirasi, yang olehnya khalayak pembaca ditarik untuk menghayati hidup secara benar serentak didorong untuk mengubah apa yang salah, keliru dari konteksnya. (Charles Beraf, Penulis)


Senin, 25 September 2017

Komnas HAM 1993-1997 Pergulatan dalam Otoritarianisme

Judul
:
Komnas HAM 1993-1997 Pergulatan dalam Otoritarianisme
Editor
:
Pratikno & Cornelis Lay
Penerbit
:
Fisipol UGM
Tahun Cetak
:
2002
Halaman
:
184
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 42.000
Status
:
Ada

Tatkala dibentuk pada 1993, Komnas HAM dilihat oleh banyak orang sebagai perluasan pernik-pernik otoritarianisme Orde Baru. Lembaga ini diramalkan tidak akan berbeda dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan bentukan negara (state corporatist institutions) lainnya, seperti PWI dan SPSI pada waktu itu. Lembaga yang seharusnya mewakili kepentingan masyarakat, justru menjamin instrumen negara untuk mengontrol masyarakat.

Dugaan semacam ini sangatlah beralasan. Komnas HAM dibentuk oleh pemerintah yang sangat otoriter dengan landasan hukum yang lemah (Keputusan Presiden) dan dengan sumber dana yang mudah dikendalikan Eksekutif (anggaran Sekretariat Negara). Lembaga ini diketuai oleh seorang pensiunan Jenderal yang sangat dekat dengan Presiden Suharto. Anggota lembaga ini dibentuk sendiri oleh pemerintah tanpa keterlibatan pihak luar. Apalagi, ada kecurigaan kuat bahwa pembentukan lembaga ini sekadar untuk merespons tekanan internasional yang sangat kuat terhadap pemerintah Indonesia dalam isu penegakan HAM. Oleh karena itu, peranan Komnas HAM diprediksikan hanya akan mengabsahkan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara dengan segenap aparatusnya yang berlangsung masif sejak 1965.

Sungguh sangat mengejutkan tatkala Komnas HAM pada periode 1993-1997 justru menunjukkan prestasi yang mengagumkan. Dengan segala keterbatasan yang dihadapinya, Komnas HAM telah mampu membangun energi kolektif untuk mengembangkan kemandirian dari control negara. Lembaga ini telah mampu membangun raputasi publik yang mencengangkan menjadi tumpuan masyarakat dan memberikan konstribusi yang signifikan dalam penegakkan HAM di Indonesia.

Buku ini berusaha untuk menyajikan informasi di bawah permukaan untuk menjelaskan fenomena tersebut. Data yang dituangkan dalam buku ini diperoleh dari studi lapangan selama 1997 yang kemudian diperkaya kembali melalui studi lapangan di awal 2002. Buku ini bukan saja menjelaskan sumber energy Komnas HAM dalam membangun prestasinya, namun juga sekaligus memperkaya pemahaman kita tentang karakter dan keterbatasan negara sepanjang rezim Orde Baru.

Cornelis Lay adalah staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ia dilahirkan di Kupang 6 September 1959. Selepas SMA dari Kupang, ia melanjutkan studi S1 di Yogyakarta. Tahun 1980 ia terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM. Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Menyelesaikan studi S1 tahun 1987, ia kemudian direkrut menjadi staf pengajar di almamaternya. Skripsinya tentang PDI menjadi salah satu skripsi terbaik dialmamaternya. Ia juga pernah menjadi peneliti di PAU-Studi Sosial, UGM. Tahun 1989 ia melanjutkan S2 di Departement of International Studies St Marry’s University, Halifax, Canada yang diselesaikan tahun 1991. Ketertarikannya dalam studi politik nasional dan politik lokal dibuktikannya dengan penelitian dan publikasi yang telah dihasilkan.

Minggu, 24 September 2017

Teperpu Reveal PKI’S Betrayal in 1965 and The Trial of the Perpetrators

Judul
:
Teperpu Reveal PKI’S Betrayal in 1965 and The Trial of the Perpetrators
Penulis
:
Aco Manafe
Penerbit
:
Pustaka Sinar Haparan
Bahasa
:
Inggris
Tahun Cetak
:
2008
Halaman
:
226
ISBN
:
978-979-416-900-1
Harga
:
Rp.100.000
Status
:
Ada

In his article “Kegagalan Gerakan 30 September Ditinjau dari Segi Militer” (Failure of the 30 September Movement Viewed from a Military Perspective), former Brigadier General Soepardjo remarks that in view of the capability and size of the organization at that time, provided that its leaders were tactical in their operations, he was convinced PKI did not have to lose.

According to Soepardjo, the source of all failure of G30S was the three tiers of command staff, i.e. the group of the Chairman, the group of Sjam and the group of Untung. The operation should have been under one command.

Another weakness was that the launching of the movement had been too much forced. Even minimal military preparations were not yet completed. The military strength for seizing power was also not as had been expected.

Sudisman, 3rd Deputy Chairman of CC PKI (Central Committee of Indonesia Communist Party), who later became the supreme leader of PKI, criticized G30S as military adventurism by D.N. Aidit.

Sjam Kamaruzaman, Chairman of the PKI Special Bureau, had thought that after the outbreak of the G30S revolt, the Army would be paralyzed for 40 hours. It transpired, however, that within a few hours the Army succeeded in consolidating itself and was able to launch a counter attack.

Selasa, 19 September 2017

Bung Karno di Ende

Judul
:
Bung Karno di Ende
Penulis
:
Yohanes Y. W. Kean
Ilustrator
:
Rendya Adi Kurniawan & Ardian Danandono
Penerbit
:
Nusa Indah
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
28
ISBN
:
979-429-358-X
Harga
:
Rp. 46.000
Status
:
Kosong


Tanah Ende, Bumi Flores…. Menjadi saksi dimana Bung Karno menjalani masa pembuangan selama empat tahun, Sembilan bulan, empat hari. Di tanah Ende pula lah sebuah dasar pemikiran Bung Karno dalam usahanya menyatukan Bangsa Indonesia dalam Kebhinekaan dikonsepkan oleh Sang Proklamator.

Jumat, 15 September 2017

Ensiklopedia Anak Nusantara Nusa Tenggara Timur

Judul
:
Ensiklopedia Anak Nusantara Nusa Tenggara Timur
Penyusun
:
Arizatus S.
Penerbit
:
Pustaka Anging Mamiri
Tahun Cetak
:
2008
Halaman
:
60
ISBN
:
979-9417-42-2
Harga
:
Rp. 55.000
Status
:
Kosong

Tahukah Kamu?

Negara Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang memiliki keanekaragaman budaya, agama, suku, bahasa, dan adat istiadat. Keanekaragaman itu merupakan kekayaan alam yang sangat berharga. Dengan kekayaan alam yang berlimpah, sudah sepatutnya kita mengenal dan menjaga kelestariannya sehingga berpotensi menjadi tempat pariwisata. Ensiklopedia Anak Nusantara ini terdiri dari 10 jilid yang didalamnya berisi informasi tentang keunikan adat istiadat setiap daerah di Indonesia.

Dengan membaca buku ini, diharapkan akan memperkaya pengetahuanmu tentang khazanah dan keindahan nusantara.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...