Rabu, 21 April 2021

Rumput Laut Indonesia: Keanekaragaman Rumput Laut Nusa Tenggara Timur

Judul

:

Rumput Laut Indonesia: Keanekaragaman Rumput Laut Nusa Tenggara Timur

Penulis

:

Noer Kasanah dkk

Penerbit

:

Gajah Mada University Press

Tahun Cetak

:

2020

Halaman

:

120 (full colour)

ISBN

:

978-602-386-921-3

Harga

:

Rp. 85.000

Status

:

Kosong


Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia. Sebagai negara yang terletak di daerah segitiga terumbu karang (coral triangle), Indonesia merupakan negara yang kaya aKan biodiversitas biota laut, termasuk rumput laut. Masih banyak rumput laut alam yang belum diketahui identitas dan manfaatnya, serta belum didokumentasikan dengan baik. Nusa Tenggara Timur terletak di area segitiga terumbu karang dan dikenal sebagai gudang rumput laut. Buku ini berisi 50 dokumentasi biodiversitas rumput laut alami dan budi daya yang dikoleksi dari Nusa Tenggara Timur pada tahun 2014-2016. Semoga buku ini dapat memberi tambahan pustaka bagi kekayaan alam Indonesia. 

Nabi Musa, Tafsir Indonesia terhadap Pendiri Utama Keimanan Israel

Judul

:

Nabi Musa, Tafsir Indonesia terhadap Pendiri Utama Keimanan Israel

Penulis

:

Dr. Fredrik Y. A. Doeka, MA

Penerbit

:

BPK Gunung Mulia

Tahun Cetak

:

2019

Halaman

:

308

ISBN

:

978-602-231-473-8

Harga

:

Rp.

Status

:

Kosong


Musa adalah figur yang selain menjadi sumber inspirasi, juga adalah tokoh yang ambigu dalam dunia Islam dan Kristen. Selama ini diskusi akademis dan penghormatan terhadap Musa kurang menonjol dibandingkan kepada Yesus dan Muhammad. Padahal secara praktis, nabi ini merupakan tokoh yang signifikan dalam perkembangan keimanan Israel, Kristen, dan Islam. Maka di sini penulis mendalam tokoh Musa berdasarkan literatur Kristen (Alkitab) dan Islam (baik Al-qur'an maupun Qisas-qisas/kisah).

Tradisi-tradisi ketiga agama di atas, tidak bisa mengabaikan keberadaan dan peran Musa yang mengajarkan kepada kita khazanah bersama (dalam hal ini adalah Taurat). Di atas segalanya, peran Musa sebagai Hamba Allah yang taat dan bisa berhadapan muka dengan muka dengan-Nya. Dalam hal revelasi, Musa menjadi model bagi Yesus dan Muhammad yang pada saatnya menerima panggilan ilahi bagi kaum masing-masing, yaitu Israel dan Arab. Dari setiap agama, ada pemahaman yang berbeda tentang biografi Musa. Meski begitu penulis juga di sini membahas persamaan-persamaan antara Musa dengan Yesus dan Musa dengan Muhammad, baik dalam hal konteks hidup, peran dan panggilan, serta tantangan kenabian mereka.

Sedangkan relevansinya bagi Indonesia, pengarang mengajak kita menjadi pembela yang berani dan tangguh berdasarkan Firman Tuhan dan revelasi Allah mengikuti pola keteladanan Musa. Pengalaman Musa akan Allah yang esa dan tauhid menjadi teladan keimanan yang pas diterapkan dalam kondisi bangsa Indonesia saat ini. Sang tokoh pembebas ini masih penting bagi beberapa mistikus Islam Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan tokoh Khidr (manusia hijau). Dalam Kekristenan modern, Musa menjadi inspirasi bagi teologi pembebasan dan pilgrimage spiritual. 


Jumat, 16 April 2021

Tabukah Cagar Alam Mutis Berubah Fungsi?

Judul

:

Tabukah Cagar Alam Mutis Berubah Fungsi?

Penulis

:

Mugi Kurniawan & Elisa Iswandono

Penerbit

:

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur

Tahun Cetak

:

2018

Halaman

:

66

ISBN

:

-

Harga

:

NFS

Status

:

Kosong

Penulisan buku ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan Cagar Alam Mutis dan kesejarahan dari Cagar Alam Mutis. Melalui buku ini dibahas secara deskriptif upaya Balai Besar KSDA NTT untuk menyakinkan kepada semua pihak bahwa Cagar Alam Mutis layak untuk dievaluasi fungsinya.

Buku ini berisikan kesejarahan pengelolaan Cagar Alam Mutis, keberadaan masyarakat adat di sekitar Cagar Alam Mutis, potensi keanekaragaman hayati Cagar Alam Mutis, kondisi sosial ekonomi di Cagar Alam Mutis serta ekosistem Cagar Alam Mutis yang banyak mengundang masyarakat baik di dalam maupun luar negeri untuk datang ke Cagar Alam Mutis sebagai wisatawan. Dari sisi peraturan, konsep pengelolaan cagar alam “sangat sakral dan tabu” terhadap aspek penmanfaatan dan kondisi ini cukup jauh berbeda dengan kondisi yang ada di Cagar Alam Mutis. Buku ini juga berupaya mendeskriptifkan adat masyarakat sekitar Cagar Alam Mutis sebagai salah satu pilar kekuatan untuk mempertahankan keberadaan Cagar Alam Mutis agar dapat bermanfaatan secara turun temurun. 


Rabu, 14 April 2021

Takari, Tjapailah Bintang-Bintang di Langit

Judul

:

Takari, Tjapailah Bintang-Bintang di Langit

Penulis

:

Soekarno

Penerbit

:

Tema – Djakarta

Tahun Cetak

:

1965

Halaman

:

48

ISBN

:

-

Harga

:

Rp. 150.000

Status

:

Kosong

 

Tjapailah Bintang-Bintang di Langit (Tahun Berdikari) adalah pidato Presiden Sukarno pada hari ulang tahun ke-20 Republik Indoensia, 17 Agustus 1965.

“saudara-saudara!”

“Tjamkanlah, saudara-saudara! Tjamkan, tjamkanlah! Hari ini genap 20 tahun Proklamasi Kemerdekaan! Hari ini tepat 20 tahun kita mendjadi bangsa merdeka! Hari ini djangkap 20 tahun sedjak saja – Sukarno dan Hatta – atas nama Bangsa Indonesia memaklumkan Proklamasi sutji 17 Agustus dengan mengutjapkan satu pidato singkat jang kuachiri dengan kata-kata: ‘Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi jang mengikat tanah-air kita. Mulai saat ini kita menjusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, - merdeka kekal dan abadi. Insja Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!”

“Hari ini, detik ini, rasa hatiku luluh mendjadi satu dengan hati Rakjatku, dengan hati Tanah-airku, dengan hati Revolusi. Fikiran dan perasaanku berpadu dengan fikiran dan perasaan semua sadja jang mentjintai dan membela Indonesia tanah tumpah darah kita, dikota-kota dan didesa-desa, digunung-gunung dan dipantai-pantai, dari Sabang sampai Merauke, dari Banda Atjeh sampai Surkarnapura. Bahkan djuga dengan Saudara-saudara kita sesama patriot jang kini mendjalankan tugas dikelima-lima benua dibola-bumi ini! Hari ini, nama kita bukan Sukarno, bukan Subandrio, bukan Ali, bukan Yani, bukan Nasution, bukan Idham, bukan Aidit, bukan Dadap bukan Waru, bukan Suto bukan Nojo, bukan Sarinah bukan Fatimah, - hari ini nama kita ialah I n d o n e s i a ! Djabatan kita? Hari ini kita bukan Kepala Negara bukan Menteri, bukan pegawai bukan buruh, bukan petani bukan nelajan, bukan mahasiswa bukan seniman, bukan sardjana bukan wartawan, - hari ini djabatan kita ialah patriot! Gatutkatja Patriot Indonesia! Urusan kita? Urusan kita hari ini – dan bukan hanja hari ini tetapi seterusnja – urusan kita bukan semata-mata politik, bukan melulu ekonomi, bukan hanja kebudajaan, bukan mligi ilmu, bukan militer thok, - urusan kita adalah K e m e r d e k a a n !”

NB: Di akhir tahun 60-an, nama Takari dijadikan nama salah satu desa dan juga menjadi nama kecamatan di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...