Judul |
: |
Sumba:
Forgotten Island, Vergeten Eilan, Pulau yang terlupakan |
Penulis |
: |
Robert
Ramone, C.Ss.R. |
Penerbit |
: |
Uitgeverij
Bert Post |
Bahasa |
: |
Inggris,
Belanda & Indonesia |
Tahun Cetak |
: |
2011 |
Halaman |
: |
208 |
ISBN |
: |
978-90-70376-76-5 |
Harga |
: |
Rp. 250.000 |
Status |
: |
Kosong |
Sumba
– Pulau yang Terlupakan adalah sebuah buku yang menampilkan keragaman dan
keindahan Indonesia, khususnya Pulau Sumba. Indonesia merupakan negara terbesar
di Asia Tenggara yang terdiri dari kira-kira 12.000 buah pulau; dikenal sebagai
negara kepulauan Nusantara. Pulau-pulau ini tersebar luas dan berjalak satu
sama lain dan banyak diantara pulau-pulau tersebut tidak berpenghuni manusia.
Sumba
adalah sebuah pulau yang indah permai dengan ragam budaya dan tradisi warisan
leluhur yang bernilai tinggi; sudut-sudut pulaunya mempesona, pantai-pantainya
indah alamiah, laut biru bebing bagaikan rumah kediaman yang luas, padang saban
yang garang dan hutan rimba sebagai tempat hunian binatang liar.
Sumba
memang indah tapi juga menjadi salah satu pulau termiskin di Indonesia. Mayoritas
penduduknya hidup di rumah-rumah yang sangat sederhana dengan sedikit makanan
dan kekurangan air bersih. Banyak anak usia sekolah tidak dapat ke sekolah
karena orang tua mereka miskin. Gizi buruk dan kurang tersedianya pendidikan
dan makanan, penyakit menular dan banyak anak meninggal dunia sebelum mencapai
usia balita.
Indonesia
memiliki sejarah pergolakan; pernah dijajah Belanda dari tahun 1799 sampai 1945.
Sebagai sifat bawaan kaum penjajah, bayak wilayah yang dirampas kekayaan
alamnya dan sejak kemerdekaan (1945), Indonesia telah berupaya untuk mengatasi
kemiskinannya. Untuk mencapai sebuah kemajuan, setidak-tidaknya semua pelaku
perubahan harus mengutamakan akuntabilitas dan transparansi terkait berbagai
kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat karena masyarakat pada
prinsipnya adalah subjek dan objek dari sebuah perubahan.
Ibukota
negara dan kedudukan pejabat pemerintahan Indonesia ialah Jakarta (Jawa)
kira-kira dua ribu km dari Sumba. Dan nampaknya pulau-pulau bagian timur
Indonesia terlupakan dalam peta pemerintahan pusat, Jakarta. Telah terjadi
pergantian presiden, juga pemimpin dan tokoh politik dari waktu ke waktu tetapi
kemajuan, khususnya Sumba, bergerak sangat perlahan dan lamban.
Melalui
buku ini, saya ingin memperkenalkan Sumba dengan harapan dan mimpi-mimpi untuk
suatu masa depan yang lebih baik. Melalui halaman-halaman buku ini saya
menampilkan kepada anda suatu panorama serta keunikan budaya dan tradisi yang
ada dan hidup di Sumba. Kepada anda para pembaca, saya berharap, dengan membaca
buku ini dapat memberikan inspirasi kepada anda untuk mengunjungi Sumba, pulau
yang indah dan mempesona. Dan itulah pulau kediamanku yang saya cintai!
(Pengarang)