Judul
|
:
|
Kisah Tiga Martir dari Poso
Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, Marinus Riwu
|
Penyusun
|
:
|
Yosef Tor Tulis
|
Penerbit
|
:
|
Jetpress
|
Tahun Cetak
|
:
|
2007
|
Halaman
|
:
|
203
|
ISBN
|
:
|
979-15583-0-2
|
Harga
|
:
|
Rp. 90.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Fabianus Tibo lahir di Ende-Flores,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 5 Mei 1945. Ketika menginjak usia 17
tahun, Tibo yang hanya berpendidikan kelas 2 Sekolah Rakyat (SR) merantau ke
Maluku. Di sana dia bekerja pada salah satu perusahaan swasta dan kemudian
pindah ke Sulawesi Tengah menetap dan menjadi petani di kawasan transmigrasi di
Beteleme, Desa Jamur Jaya. Dominggus da Silva lahir di Maumere, Flores, Nusa
Tenggara Timur (NTT) pada 17 Agustus 1967. Setamat Sekolah Teknik Menengah
(STM) pada tahun 1987, dia merantau ke Sulawesi Tengah, karena mendengar kabar
banyak transmigran asal Flores yang ditempatkan di Beteleme, Dominggus berusaha
mengadu nasib ke Desa Jamur Jaya. Sedangkan Marinus Riwu lahir di Kupang, ibu
kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tanggal 27 Juli 1957. Tahun 1987
lelaki yang hanya bersekolah sampai kelas 2 Sekolah Dasar itu bersama isteri
dan anak-anaknya bertransmigrasi ke Sulawesi Tengah.
Pada tanggal 22 Mei 2000, mereka
pergi ke Poso untuk suatu misi kemanusiaan, yaitu menyelamatkan dan membawa
pulang 85 murid penghuni Asrama St. Theresia Poso, para suster (rohaniwati),
pastor dan para guru, karena terprovokasi oleh informasi Yanis Simangunsong. Namun
kemudian mereka akhirnya terjebak dan dipaksa masuk laskar Pasukan Merah. Diancam
akan dibunuh bersama keluarganya jika berani meninggalkan kesatuan Pasukan
Merah pimpinan Tungkanan. Namun pada akhirnya mereka bertiga dituduh sebagai
otak kerusuhan Poso III yang menyebabkan 191 orang meninggal dan ratusan orang
luka-luka, dan karena tuduhan palsu mereka bertiga dijatuhi hukuman mati. Nyawa
merekapun tercabut oleh peluru regu tembak pada Jumat, 22 September 2006.
Buku ini berisi kesaksian iman dan
mukjizat-mukjizat Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu sebelum
dan saat-saat menjelang eksekusi mati 22 September 2006. Buku ini juga merekam
ungkapan simpatik dan doa masyarakat dunia atas tragedi kemanusiaan dan
ketidakadilan yang menimpa mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar