Minggu, 29 April 2018

Kisah Sejati Prajurit Paskhas

Judul
:
Marsma (Pur) Nanok Soeratno Kisah Sejati Prajurit Paskhas
Penulis
:
Beny Adrian
Penerbit
:
Majalah Angkasa KKG
Tahun Cetak
:
2013
Halaman
:
472
ISBN
:
979-23-5595-2
Harga
:
Rp. 85.000
Status
:
Ada



Tanggal 4 Desember 1975, Menhankam/Pangab Jenderal TNI Maraden Pangabean mendarat di Kupang menggunakan pesawat Fokker F28 Pelita Air Service. Kehadiran Jenderal Pangabean adalah untuk memberikan briefing akhir kepada pelaku dan unsur kesatuan yang dilibatkan dalam Operasi Seroja. Dalam taklimatnya, Jenderal Pangabean menyampaikan bahwa berdasarkan Deklarasi Balibo yang dilaksanakan pada 30 November di Balibo, rakyat Timor yang diwakili empat partai besar Apodeti, UDT, KOTA, dan Trabalista, meminta perlindungan dari Pemerintah Indonesia. Untuk itulah kemudian Pemerintah dan ABRI sepakat untuk meningkatkan operasi militer dari semula bersifat tertutup menjadi operasi militer terbuka. Operasi ini diberi sandi Operasi Seroja. Saat itu Pangab membeberkan bahwa dua kota besar di Timor yaitu Dili dan Baucau akan direbut pada tanggal 7 dan 10 Desember 1975.

Toko Merah Saksi Kejayaan Batavia Lama di Tepian Muara Ciliwung

Judul
:
Toko Merah Saksi Kejayaan Batavia Lama di Tepian Muara Ciliwung
Penulis
:
Thomas B. Ataladjar
Penerbit
:
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta
Tahun Cetak
:
2003
Halaman
:
317
ISBN
:
979-9592-3-9
Harga
:
NFS
Status
:
Kosong



“Buku Tokoh Merah, sebuah buku dengan kisah menarik yang membawa pembaca ke beberapa abad yang lampau, suatu tempo dulu dengan situasi kolonial yang khas. Kisah yang mempertemukan kita dengan berbagai pelaku sejarah terkenal”. “Buku ini membawa pembaca kepada sebuah jaman yang masih mengenal perbudakan. Sehingga di samping gambaran tentang pemilik gedung yang banyak berperan dalam panggung sejarah kolonial, di samping tokoh-tokoh sejarah yang termasuk high society di Batavia pada waktu itu, kita dapat membayangkan penghuni-penghuni lainnya yang berstatus budak yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara, India, Sri Langka, Taiwan bahkan dari Afrika.”

“…… sebuah kisah menarik yang membawa pembaca ke beberapa abad yang lampau, suatu tempo dulu dengan situasi kolonial yang khas. Kisah yang mempertemukan kita dengan berbagai pelaku sejarah terkenal”. “……………. uraian di atas cukup memberi alasan mengapa buku semacam ini hendaknya kita sambut dengan baik” (Prof. DR. Adrian B. Lapian)

“Buku Tokoh Merah, Saksi Kejayaan Batavia Lama di Tepian Muara Ciliwung ini diharapkan dapat turut memperkaya sejarah Kota Jakarta. Karena betapa pun kolonial sifatnya, ia merupakan bagian dari sejarah Kota Jakarta ini. Buku ini juga diharapkan dapat memperlengkap perbendaharaan tulisan tentang kota ini, melengkapi informasi pariwisata, sekaligus menjadi sebuah buku panduan bagi masyarakat luas dalam memahami Sejarah Kota Jakarta, lalu berusaha untuk menjaga kelestariannya.” (Letjen TNI Marinir (Purn) Ali Sadikin)

Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando

Judul
:
Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando
Penulis
:
Hendro Subroto
Penerbit
:
Kompas
Tahun Cetak
:
2009
Halaman
:
524
ISBN
:
978-979-709-408-9
Harga
:
Rp. 80.000
Status
:
Kosong


Pada hari Minggu tanggal 23 Juli 1989, Mayjen TNI Sintong Panjaitan sebagai Panglima Kodam IX/Udayana, mendampingi Menteri Hankam L. B. Moerdani menghadap Soeharto yang sedang berkunjung ke Bali. Dalam pengarahannya, Soeharto mengatakan bahwa Sintong harus mempersiapkan diri menghadapi Timor Timur sebagai daerah terbuka. Baik orang asing maupun wisatawan boleh masuk ke Timor Timur, karena provinsi ke-27 sudah berstatus sama dengan provinsi di Indonesia lainnya. Kemudian Soeharto bertanya, “Kamu sebagai Panglima Operasi di sana, apakah saran-saranmu supaya masalah Timor Timur lebih cepat selesai?”

Ditanya hal tersebut, Sintong menyampaikan aspirasi rakyat Timor Timur yang dikatakan oleh Uskup Diosis Dili, Carlos Filipe Ximenes Belo. “Mereka minta agar Timor Timur dijadikan daerah istimewa seperti Aceh. Ini permohonan Uskup Belo dan Gubernur atas nama rakyat Timor Timur. Bukan permohonan saya, Pak,” kata Sintong.

Memang dalam suatu pertemuan, Uskup Belo berkata kepada Sintong, “Wah, kalau status daerah istimewa bisa diberikan, selesailah sudah masalah Timor Timur. Tentara bisa kembali semua ke Jakarta.”  


Wanita yang Dua Kali Mendapatkan Hadiah Nobel

Judul
:
Wanita yang Dua Kali Mendapatkan Hadiah Nobel
Penulis
:
Ris Therik
Penerbit
:
CV. Danau Singkarak Jakarta
Tahun Cetak
:
1978
Halaman
:
90
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 35.000
Status
:
Ada


Pada tanggal 11 Desember 1902 Maria tahu “Nyonya” Curi (Madame Curi) dan suaminya mendapat surat undangan dari panitia Hadia Nobel yang berkedudukan di Stocklolm (ibu kota Swedia) untuk menerima hadiah Internasional itu. Pada akhir Desember 1902 Maria bersama suami dan Irene anaknya menumpang kereta api ke Denmark. Dari sana mereka menumpang sebuah kapal laut menuju Stockholm.

Pada awal tahun 1903 Maria dan Piere Curi ke tempat upacara pemberian hadiah nobel bagi orang-orang yang telah berjasa kepada umat manusia dalam bidang ilmu alam, ilmu kedokteran, perdamaian, sastra dan sosial. Pada hari itu selain keduanya, Profesor Henri Bequerelpun hadir di sana untuk menerima hadiah nobel bahagian fisika.

Sesudah Maria dan Piere menerima hadiah wartawan-wartawan mengerumui mereka untuk berwawancara dan memotretnya. Dengan demikian beberapa hari kemudian keduanya dapat dikenal oleh sarjana-sarjana, profesor-profesor, cendikiawan-cendikiawan dan mahasiswa-mahasiswa di seluruh dunia.

Rabu, 25 April 2018

Paket-Paket Rindu Kumpulan Sajak (I)

Judul
:
Paket-Paket Rindu Kumpulan Sajak (I)
Penulis
:
Adrian Ola Duli
Penerbit
:
Ledalero
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
88
ISBN
:
978-602-1161-16-6
Harga
:
Rp.30.000
Status
:
Ada


Sajak adalah salah satu cara untuk mengungkapkan pencarian akan makna hidup melalui kata. Sajak kuat haruslah nyanyian falsafi. Kerja menyair ini saya lakukan sebagai percobaan yang sungguh-sungguh dan banyak gagalnya, itu sebabnya saya menempatkan kumpulan ini sebagai “Eksperimen Bersajak”. Kerja menyair ada kalanya melelahkan ketika kita bergulat untuk membuat serasi ide dan kata. Kata-kata puitis melulu tanpa ide yang kuat, akan membuat sajak menjadi cair, gagal. Sebaliknya mengumpulkan ide-ide besar tanpa membawanya ke dalam tembang kata, membuat sajak terasa berat karena tidak memberi daya bayang yang cukup (Adrian Ola Duli)

Estetika Tubuh Seni Menjelajahi Diri

Judul
:
Estetika Tubuh Seni Menjelajahi Diri
Penulis
:
Fredy Sebho
Penerbit
:
Ledalero
Tahun Cetak
:
2017
Halaman
:
128
ISBN
:
978-602-1161-43-2
Harga
:
Rp. 70.000
Status
:
Ada


Kehadiran sebatang tubuh mampu membawa masuk siapa saja yang memandangnya ke dalam ruang-ruang imajinernya sendiri, berkelana dengan khayalannya, menghenyakkan perhatian lalu akhirnya merasakan alun seni penuh eksotik yang disajikan tubuh. Makanya, menjelajahi tubuh berarti memasuki sesuatu yang egnimatik, yang menyajikan ruang pengembaraan makna yang penuh kejutan tak terduga, juga penuh pesona yang tak tertahankan.

Rancang Bersama Awam dan Klerus

Judul
:
Rancang Bersama Awam dan Klerus
Editor
:
Paul Budi Kleden & Philipus Tule
Penerbit
:
Ledalero
Tahun Cetak
:
2006
Halaman
:
185
ISBN
:
979-9447-58-5
Harga
:
Rp. 45.000
Status
:
Ada


Merancang Bersama: Awam dan Klerus berupaya memugah tegangan antara kaum klerus dan awam yang terejawantah dalam lintasan panjang sejarah kekristenan. Akar-akarnya dalam Alkitab dan Tradisi diusut, perkembangannya dalam teologi dan tugas perutusan Gereja dibabarkan, penerapan dan praktik konkretnya dalam kebijakan keuskupan dan di seminari-seminari menengah di Flores dan Timor dikisahkan. Harus dikatakan bahwa rupanya ada kesadaran baru dalam Gereja mengenai kemitraan yang sejati antara klerus dan awam dalam merancang bersama. Malah kesadaran itu mesti diperluas menjadi a pastoral ministry of sustainability, artinya “klerus-awam” yang bermitra dengan lingkungan hidup dan menjangkau pula dialog antar-agama dan lintas-agama. Ihwal Merancang Bersama ini, secara khusus diteropong melalui sosok Frans Seda. Dialah seorang tokoh Awam Sejati, yang merayakan HUT ke-80 pada 04 Oktober 2006. Buku ini sekaligus mencerminkan upaya segelintir pemikir untuk menampilkan kaum Awam dan Klerus di atas panggung kemitraan dalam membangun Negara dan gereja, sebagaimana terjawantah dalam aliran sungai hidup, jamahan tangan kasih serta derap langkah berwibawa seorang anak bangsa dan anggota Gereja yang bernama Frans Seda, sejak dari Lekebai (Flores) hingga Amsterdam (Belanda) dan Jakarta (Indonesia).

Mengapa Tindak Kekerasan? Mengapa Bukan Damai?

Judul
:
Mengapa Tindak Kekerasan? Mengapa Bukan Damai?
Penulis
:
Diana Mavunduse & Simon Oxley
Penerbit
:
Ledalero
Tahun Cetak
:
2005
Halaman
:
47
ISBN
:
979-9447-95-X
Harga
:
Rp. 18.000
Status
:
Kosong



Ketidakadilan adalah salah satu bentuk tindak kekerasan. Ketidakadilan sering kali mendorong bangkitnya tindak kekerasan politik, etnis dan rasial. Ketidakadilan juga menghasilkan tindak kekerasan, di mana orang terpaksa memakai kekerasan untuk meluruskan apa yang salah. Adalah sebuah kerinduan yang mendalam di antara kita untuk membangun perdamaian abadi yang berdasarkan pada keadilan. Untuk membangun dunia yang nyaman dan damai, maka itu kita harus aktif terlibat dalam menggalakkan rekonsiliasi dan perdamaian. “Perdamaian bukanlah sesuatu yang Anda inginkan, perdamaian adalah sesuatu yang harus Anda ciptakan, sesuatu yang harus Anda kerjakan, sesuatu yang menjadi bagian dari dirimu, sesuatu yang harus Anda berikan,” pesan Bunda Theresa dari Kalkuta. Pesan ini menantang kita untuk menjadi pemberi dan pencipta perdamaian. Perdamaian itu ada di dalam diri kita dan untuk menggapainya, kita harus bekerja sama mengikhtiarkan rekonsiliasi dan perdamaian yang terus-menerus diperjuangkan sehingga budaya tindak kekerasan bisa diubah menjadi budaya cinta damai. “Mata ganti mata hanya berujung pada terciptanya dunia yang seluruhnya buta,” kata Mahatma Gandhi.

Buku kecil ini ditulis oleh Diana Mavunduse dan Simon Oxley ini merupakan panduan studi dan panduan konkret untuk membantu pembaca terlibat merefleksikan Dasawarsa Penghapusan Tindak Kekerasan (Decade to Ivercome Violence DOV). Ada empat tema yang digumuli dalam buku ini yakni: semangat dan logika tindak kekerasan; penggunaan dan penyalahgunaan kekuasaan; soal-soal keadilan; dan jati diri religius dan kemajemukan. Dengan demikian pembaca akan diajak untuk menelusuri beragam persoalan kekerasan dalam masyarakat sambil berusaha aktif membangun budaya pengampunan dan cinta damai.

Terorisme Global Tinjauan, Kritik dan Relevansi Pandangan Jean Baudrillard

Judul
:
Terorisme Global Tinjauan, Kritik dan Relevansi Pandangan Jean Baudrillard
Penulis
:
Silvester Ule
Penerbit
:
Ledalero
Tahun Cetak
:
2011
Halaman
:
256
ISBN
:
978-979-9447-52-4
Harga
:
Rp. 45.000
Status
:
Kosong


Kompleksitas persoalan terorisme menyebabkan adanya pluralitas pemahaman dan perspektif tinjauan tentangnya. Keseluruhan tulisan ini dalam buku ini adalah tinjauan terhadap persoalan terorisme dari perspektif filosofis, dengan menggunakan kerangka pandangan pemikir Prancis, Jean Baudrillard (1929-2007). Berangkat dari pelbagai penelitiannya sejak tahun 1960-an tentang realitas sekaligus tendensi perkembangan masyarakat pada era kapitalisme dan pasca-kapitalisme, Baudrillard menafsirkan persoalan terorisme secara khas dan unik. Bila kritiknya terhadap masyarakat pasca-kapitalisme sebelum peristiwa teror WTC terjadi berkisar pada persoalan kekerasan simbolik terhadap jati diri manusia yang dihadirkan oleh pelbagai bentuk hegemoni alat teknologi dan sistem informasi, maka setelah peristiwa WTC, ia melanjutkan refleksinya tentang hegemoni sebagai sebab utama persoalan terorisme, dalam kritiknya terhadap hegemoni sistem global (baik sistem informasi, turisme, teknologi dan sistem pasar global), juga hegemoni rill Amerika Serikat pada panggung politik dan kebudayaan dunia.

Inti pemikiran Baudrillard bahwa setiap hegemoni selalu berjejak panjang, dengan konsekuensi dan korban yang tidak selamanya dapat ditebak sejak awal, tampaknya semakin relevan saat ini, dalam pelbagai tendensi praktik ekonomi, sosial dan politik, baik pada tataran global, maupun dalam konteks Indonesia. Pada gilirannya, pelbagai refleksi Baudrillard tentang terorisme, bukan hanya memperdalam pemahaman seputar dampak hegemoni tertentu terhadap persoalan terorisme, melainkan juga memperluas pamahaman dan wawasan tentang pelbagai persoalan kemanusiaan lain dalam era globalisasi.

Terima Kasih Alor

Judul
:
Terima Kasih Alor
Penulis
:
I Putu Hendra Wirawan
Penerbit
:
Deepublish
Tahun Cetak
:
2017
Halaman
:
78
ISBN
:
978-602-453-553-7
Harga
:
Rp. 65.000
Status
:
Ada


Hari-hari jika sengaja kita hitung akan sangat terasa lama. Saya selalu melakukan hal itu terus menerus. Namun akhirnya lelah juga hingga akhirnya saya keasyikan menikmati lajunya waktu. Saya bertekad untuk tidak pernah melupakan Maritaing. Maritaing adalah salah satu sejarah perjalanan kesuksesan saya di masa depan. Memang sangat sulit ketika suatu perpisahan menjadi kata terakhir yang akhirnya menjadi tetesan tangis.

Hari ini tanggal 14 September 2013 saya benar-benar meninggalkan Alor. Terima kasih Alor. Terima kasih atas pengalaman-pengalaman indahnya. Terima kasih pelajaran hidup yang engkau berikan. And Thanks for everything…

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...