Jumat, 21 September 2018

Islam dan Budaya Lokal Kajian Antropologi Agama

Judul
:
Islam dan Budaya Lokal Kajian Antropologi Agama
Penulis
:
H. Lebba Kadorre Pongsibanne
Penerbit
:
Kaukaba Dipantara
Tahun Cetak
:
2017
Halaman
:
231
ISBN
:
978-602-1508-83-1
Harga
:
Rp. 90.000
Status
:
Ada


Islam dan budaya lokal adalah dua entitas ritus yang saling bersinggungan selama proses islamisasi nusantara. Ibarat dua gambar dalam sekeping mata uang logam, keduanya nyaris tak terpisahkan. Hanya saja, proses tersebut tak bersifat dekonstruktif, melainkan akulturatif.

Buku ini tidak hanya memaparkan tentang proses akulturasi dan inkulturasi budaya antara nilai-nilai Islam dengan instrumen kebudayaan lokal, sehingga memungkinkan adanya penerimaan masyarakat secara inklusif terhadap Islam, melainkan juga memaparkan bukti-bukti autentik dinamika beberapa kebudayaan local masyarakat yang masih tetap ada dan dapat bersinergi dengan ajaran Islam.

Toleransi terhadap budaya local merupakan wujud penerimaan terhadap pluralism budaya dalam masyarakat Islam. Praktik-praktik ibadah kaum Muslim boleh jadi relatif sama, namun terdapat variasi lokal dalam praktik Islam di masing-masing Negara Muslim, termasuk di Indonesia sebagai Negara mayoritas Islam.

Media dakwah yang disunting dari agama non-Islam sebagian besar dijadikan strategi dalam menyebarluaskan nama Islam serta ajarannya. Misalnya, melalui seni tari, music dan seni sastra. Dalam upacara-upacara keagamaan seperti Maulud Nabi, sering dipertunjukkan seni tari dan musik tradisional misalnya sekaten yang terdapat di keratin Yogyakarta dan Surakarta. Sedangkan di Cirebon, seni musik itu dibunyikan pada perayaan Grebek. Contoh lainnya adalah, Islamisasi pertunjukkan wayang. Konon Sunan Kalijaga merupakan tokoh yang mahir memainkan wayang. Dia tidak memintah upah dalam pertunjukkannya, tetapi hanya meminta agar para penonton mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih diambil dari cerita Mahabrata dan Ramayana, tetapi bertahap nama tokohnya diganti dengan nama tokoh pahlawan Islam.

Buku ini menjelaskan tentang agama dan kebudayaan serta korelasi keduanya dalam tatanan hidup masyarakat Indonesia yang kompleks dengan keragaman kultur dan budayanya. Faktor korelasi antara agama dan budaya ini pula yang menyebabkan adanya perbedaan kultur keagamaan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal inilah yang menjadikan Indonesia, dipandang unik dan berbeda dibandingkan dengan negara lainnya. Maka tak heran muncul varian Islam dengan kultur keagamaan seperti Bugis-Makassar, Kalimantan Tengah, Banjar, Batak, Melayu (Riau), Bengkulu, Ambon, Flores, Timor, Pantai Utara Papua, Bali, Jawa, Madura, Sunda, Tionghoa dan Thailand.

Peradilan (Politik) HAM di Indonesia 2 Perjalanan Panjang Menuju Keadilan

Judul
:
Peradilan (Politik) HAM di Indonesia 2 Perjalanan Panjang Menuju Keadilan
Penulis
:
O. C. Kaligis & Associates
Penerbit
:
O. C. Kaligis & Associates
Tahun Cetak
:
2002
Halaman
:
451
ISBN
:
979-96592-5-6
Harga
:
Rp. 150.000
Status
:
Kosong


Pemerintah yang sedang labil, yang tengah menghadapi persoalan berat, acapkali tidak cermat dalam membuat suatu kebijakan. Dalam mengusut pelanggaran HAM di Timor Timur misalnya, pemerintah terkesan asal memenuhi target pihak tertentu.

Pernyataan Abilio Jose Osorio Soares, sesaat setelah vonis Majelis Hakim Pengadilan Ad hoc Jakarta Pusat bahwa ia telah dikorbankan oleh pemerintah, benar adanya. Apalagi kemudian enam terdakwa lainnya yang diadili dengan tuduhan yang sama, justru di vonis bebas. Perlakuan tidak adil ini, tidak saja mengundang keprihatinan Abilio sendiri, tetapi juga praktisi hokum, pengamat politik dan bahkan Presiden Timor Lorosae, Kay Rala Xanana Gusmao.

Selama 5 Mei – Agustus 1999, secara de facto eksistensi Abilio sebagai Kepala daerah Timor Timur, telah “teramputasi” oleh keberadaan UNAMET.

Dalam buku ‘Peradilan (Politik) HAM’ jilid II ini, memuat paparan secara detail Pembelaan, Replik, Duplik, Putusan, dan Memori Banding Abilio. Paparan ini diharapkan bias membuka mata hati Hakim Pengadilan HAM Ad Hoc pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap apa yang telah menimpa mantan Gubernur Timor Timur, Abilio Jose Osorio Soares.

Semoga buku ini ada manfaatnya bagi perkembangan pengadilan HAM di Indonesia.

Peradilan (Politik) HAM di Indonesia 1

Judul
:
Peradilan (Politik) HAM di Indonesia 1
Penulis
:
O. C. Kaligis & Associates
Penerbit
:
O. C. Kaligis & Associates
Tahun Cetak
:
2002
Halaman
:
173
ISBN
:
979-96592-4-8
Harga
:
Rp. 60.000
Status
:
Kosong


Pengadilan HAM Ad Hoc Jakarta Pusat telah selesai menyidangkan kasus pelanggaran HAM di Timor Timur dengan terdakwa mantan Gubernur Abilio Jose Osorio Soares. Proses pengadilan ini menarik perhatian masyarakat, karena merupakan Peradilan HAM pertama di Indonesia yang tentu akan menjadi preseden bagi peradilan HAM di Indonesia, sebab hasilnya sangat menentukan bagi peradilan HAM berikutnya.

Banyak nuansa politis selama proses pengadilan berjalan. Dalam buku ke 18 yag diterbitkan oleh O. C. Kaligis & Associates ini, semua akan tampak jelas betapa proses pengadilan itu terkesan hanya memenuhi tuntutan pihak tertentu.

Dalam buku ini Tim Pengacara Abilio Jose Osorio Soares menyajikan proses pengadilan dalam dua jilid. Jilid ke 1 berisi naskah dakwaan Jaksa Penuntut Umum Ad Hoc sampai pembelaan terdakwa. Jilid ke 2 membahas segi-segi yuridis yang dimuat dalam pembelaan dan Duplik Tim Penasihat Hukum Abilio Jose Osorio Soares.

Semoga buku ini berguna bagi perkembangan peradilan HAM di Indonesia.

Kamis, 20 September 2018

Kase Naka’ Poke’ Sejarah Perlawanan Boi Kapitan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme Belanda 26 Oktober 1907

Judul
:
Kase Naka’ Poke’ Sejarah Perlawanan Boi Kapitan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme Belanda 26 Oktober 1907
Penulis
:
Welhelmus Boimau
Penerbit
:
Indie Book Corner
Tahun Cetak
:
2018
Halaman
:
76
ISBN
:
978-602-309-350-2
Harga
:
Rp. 65.000
Status
:
Kosong


Kase Naka’ Peke’. Buku ini membeberkan pikiran, perasaan, dan tindakan Boi Kapitan bersama rakyat Kolbano terhadap penjajahan Belanda sehingga terjadi Perang Kolbano pada 26 Oktober 1907. Ditulis dengan bahasa yang ringan dan data yang padat.
Apa latar belakang Perang Kolbano? Siapa dan seperti apa karakter Boi Kapitan, pemimpin kharismatik Kolbano itu? Kenapa Boi bermarga Boimau tetapi lebih femilier disebut Boi Kapitan? Bagaimana cara Boi Kapitan membakar semangat para meo dan rakyat Kolbano untuk melawan Belanda? Bagaimana strategi dan detik-detik eksekusi terhadap 20 orang tentara Belanda yang dating ke Kolbano pada 26 Oktober 1907 olah para meo? Apa yang dilakukan rakyat Kolbano setelah 16 dari 20 orang tentara Belanda berhasil dibunuh? Bagaimana persiapan Boi Kapitan dan para meo menghadapi seragan balik Belanda? Kenapa strategi Boi Kapitan untuk menghadang serangan balik Belanda gagal? Setelah Boi Kapitan ditangkap lalu dibuang ke negeri asing, rakyat Kolbano dijuluki “Kol kase maun kase”, apa maksud julukan itu?
Bagaimana proses mencari pengganti Boi Kapitab dan siapa yang akhirnya terpilih? Apa tugas dan tanggung jawab serta langkah yang diambil pengganti Boi Kapitan untuk memulihkan Kolbano yang baru saja dilanda peperangan? Apa makna ungkapan tentang Perang Kolbano, “Kae kase kae banam, holi moko kue feu’, bani ktale’ pab pe’es”? oleh siapa dan pada momen apa ungkapan itu dilontarkan?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...