Judul
|
:
|
Budaya Manggarai Selayang Pandang
|
Penulis
|
:
|
Adi M. Nggoro
|
Penerbit
|
:
|
Nusa Indah
|
Tahun Cetak
|
:
|
2016
|
Halaman
|
:
|
197
|
ISBN
|
:
|
979-429-330-x
|
Harga
|
:
|
Rp. 75.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Dulu orang Manggarai menganut kepercayaan agama asli
yaitu dinamisme dan animism (percaya pada roh-roh halus), mereka berkeyakinan
bahwa kebanyak roh (dewa/leluhur) hadir pada pohon-pohon besar (langke), dan di
sumber mata air/rawa-rawa. Pohon dan tempat semacam itu dianggap keramat, yang
mempunyai kekuatan dan perlindungan (pong). Karenanya, yang mempunyai kekuatan
dan perlindungan (pong). Karenanya, nenek moyang Manggarai berupaya menanam
kembali bibit pohon besar itu (langke) agar tumbuh ditengah kampong/sekitar kampong
yang disebut compang. Compang itu berbentuk bundar, di tengah-tengah compang
tumbuh pohon besar (langke), yang dijadikan tempat sesajian. Dengan adanya
compang itu, orang merasa diberi kekuatan, dapat menyejukkan hati dan pikiran,
terlindungi dari ancaman. Barangkali ini mirip dengan apa yang diistilahkan
oleh Nadjib, spiritual guard yakni melegitimasikan keabsahan dan kehebatannya. Jadi roh di pohon
besar itu dibuatkan lagi berupa compang di tengah kampung. Tetapi Pong ada dua
versi: kekuatan yang baik dan yang jahat. Verheijen menjelaskan bahwa orang
Manggarai yakin bahwa bila seorang jatuh dari pohon, biasanya dituduhkan kepada
darat atau poti tetapi juga kepada jing (roh halus). Memang pada dasarnya,
tegas Kleden manusia tak diminta untuk tunduk pada alam. Manusia dan alam
menurut Kleden, ada hubungan kewajiban antara keduanya sebagai sasama ciptaan,
alam wajib menghidupi manusia dan manusia wajib melestarikan alam. Dalam kaitan
dengan ini, memang cukup berbahaya jika orang salah menggunakan pong, compang,
boa, wae teku, bukan bermaksud untuk bersahabat dengan alam, tetapi mau mencari
kekuatan gaib, supaya menjadi manusia super, bahwa dengan modal dukun (mbeko)
untuk ajang bisnis jual kekuatan yang bisa jadi berujung pada raha rombo
lingko/raha rumbu tana (pertumpahan dara merebut tanah ulayat/tanah). Jadi,
bukan hukum adat, hukum positif yang dikedepankan, tetapi commercial mbeko.
Masih ada?
BalasHapusMasih ada, mau dikirim ke mana?
HapusMat Siang,
BalasHapusapakah ada bentuk E book dari buku2 yang ada di sini?
TAbe
Buku-buku dalam bentuk PDF bisa diakses freedownload di http://daonlontarbooks.blogspot.co.id/search/label/Buku%20PDF%20Free%20Download
HapusIni ada ebooknya gak min?
BalasHapusMaaf buku ini tdk versi ebooknya
HapusApakah buku terdapat isi tenta acara wisi loce???
Hapuskak bukunya masih ada
BalasHapusSelamat mlm
BalasHapusKak bukunya maaih ada
masih ada
HapusBukunya masih ada ngga?
BalasHapusBuku ini apa ada yg menceritakan ttg belis di manggarai.
BalasHapusMasih ada?
BalasHapusMaaf, nama tempat terbit dari buku ini apa?
BalasHapusKota Ende - Flores pak
HapusMasih ada?
BalasHapustersedia
HapusMasih ada
BalasHapusTersedia
BalasHapusKk ada buku belis kac???
BalasHapusApakah masih ada
BalasHapusAda
HapusStok masih ada ko abang?
BalasHapusMasih tersedia.
Hapus