Judul |
: |
Dominee
Markus Michael Ngefak, Garis Waktu Kekristenan di Timor
|
Penulis |
: |
Samuel Henk van Ngefak, S.Kom. |
Penerbit |
: |
Diandra Creative |
Tahun Cetak |
: |
2024 |
Halaman |
: |
380 |
ISBN |
: |
978-623-240-820-3 |
Harga |
: |
Rp. 145.000 |
Status |
: |
Ada |
Ds. Markus Michael Ngefak seorang pribumi Rote yang lahir dalam tradisi Dinitiu di Oeboka pada tanggal 12 Maret 1884 dari ayah seorang Panglima Perang (Palani) Nusa Bilba. Kehidupannya berubah setelah Palani menerima kekeristenan dan seluruh keluarga ikut dibaptis. Ds. M. M. Ngefak dapat mengenyam pendidikan formal dan menjadi lulusan pertama dari STOVIL Ba'a 1902, kemudian bertugas pada beberapa tempat di wilayah Residen Timor sebagai Inlandsch Leraar mulai dari Babau, Kupang, Alor, Rote dan kembali ke Kupang. Kisah di Alor adalah salah satu kisah yang paling menginspirasi dalam sejarah Gereja Timor dalam hal penginjilan serta berkali-kali selamat dari maut.
Ds. M. M. Ngefak memiliki rekam jejak panjang dalam perjuangan politik dan pergerakan nasional di Timor, Ia mendirikan organisasi Kristen pertama di Timor dengan nama Thalita Koemi, kemudian ia mendirikan lagi sebuah organisasi perjuangan yakni Timor Damba salah satu yang terbesar di Timor pada medio 1930-an. Selain memimpin organisasi politik dengan pangkatnya sebagai de Eerste Inlandsch Lelaar ia juga mengajar di STOVIL Kupang.
Atas karya pelayanannya ia mendapatkan anugerah Satya Lencana de Kleine Zilveren Ster dari pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1932, menjadikannya satu-satunya guru agama di Residen Timor yang pernah mendapat penghargaan ini.
Setelah melayani 10 tahun ia mendapatkan kewenangan memimpin sakramen dan ditempatkan sebagai Guru Jemaat pada Jemaat Otonom Kota Kupang; pada 1936 ia diangkat untuk memimpin jemaat Gemeente Kupang bersamaan dengan dimulainya upaya kemandirian Gereja Timor. Selama memimpin Jemaat Otonom Kota Kupang inilah namanya tercatat dalam berita koran-koran Nasional terkait acara-acara penting yang terjadi di Kota Kupang.
Banyak tantangan di jemaat, keluarga, masyarakat maupun dinamika politik yang terjadi; khususnya saat pendudukan Jepang yang memaksanya untuk evakuasi ke Rote, tak ada lagi catatan tertulis tentang Ds. M. M. Ngefak di Rote kecuali cerita dan dokumen keluarga. Di masa sulit inilah anak-anak dari Ds. M. M. Ngefak mulai mengambil bagian dalam kisah yang lebih besar pada perkembangan Gereja Timor.
Tahun 1947 Ds. M. M. Ngefak kembali memimpin Jemaat Otonom Kota Kupang untuk yang terakhir kalinya dan turut serta dalam pendirian GMIT untuk disahkan oleh Kerkbestuur pada tahun 1948, selepas tugas ini ia pun Emiritus pada Agustus 1948. Tahun 1948 adalah satu-satunya tahun yang tercatat dalam Gereja Kota Kupang perihal pelayanan Ds. M. M. Ngefak di jemaat tersebut, tidak ada sejarah yang tersisa dari pelayanan Ds. M. M. Ngefak dari masa sebelumnya. Selepas emiritus Ds. M. M. Ngefak kembali ke kampung halaman di Oeboka dan menghabiskan masa tua bersama isteri tercinta Paulina Elisabeth Manafe hingga ia menutup usia di tahun 1955.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar