Judul
|
:
|
Takari, Tjapailah Bintang-Bintang
di Langit
|
Penulis
|
:
|
Soekarno
|
Penerbit
|
:
|
Tema – Djakarta
|
Tahun Cetak
|
:
|
1965
|
Halaman
|
:
|
48
|
ISBN
|
:
|
-
|
Harga
|
:
|
Rp. 150.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Tjapailah Bintang-Bintang di Langit (Tahun Berdikari) adalah pidato
Presiden Sukarno pada hari ulang tahun ke-20 Republik Indoensia, 17 Agustus
1965.
“saudara-saudara!”
“Tjamkanlah, saudara-saudara! Tjamkan, tjamkanlah! Hari ini genap 20
tahun Proklamasi Kemerdekaan! Hari ini tepat 20 tahun kita mendjadi bangsa
merdeka! Hari ini djangkap 20 tahun sedjak saja – Sukarno dan Hatta – atas nama
Bangsa Indonesia memaklumkan Proklamasi sutji 17 Agustus dengan mengutjapkan
satu pidato singkat jang kuachiri dengan kata-kata: ‘Kita sekarang telah
merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi jang mengikat tanah-air kita. Mulai saat
ini kita menjusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, -
merdeka kekal dan abadi. Insja Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!”
“Hari ini, detik ini, rasa hatiku luluh mendjadi satu dengan hati
Rakjatku, dengan hati Tanah-airku, dengan hati Revolusi. Fikiran dan perasaanku
berpadu dengan fikiran dan perasaan semua sadja jang mentjintai dan membela
Indonesia tanah tumpah darah kita, dikota-kota dan didesa-desa, digunung-gunung
dan dipantai-pantai, dari Sabang sampai Merauke, dari Banda Atjeh sampai
Surkarnapura. Bahkan djuga dengan Saudara-saudara kita sesama patriot jang kini
mendjalankan tugas dikelima-lima benua dibola-bumi ini! Hari ini, nama kita
bukan Sukarno, bukan Subandrio, bukan Ali, bukan Yani, bukan Nasution, bukan
Idham, bukan Aidit, bukan Dadap bukan Waru, bukan Suto bukan Nojo, bukan
Sarinah bukan Fatimah, - hari ini nama kita ialah I n d o n e s i a ! Djabatan
kita? Hari ini kita bukan Kepala Negara bukan Menteri, bukan pegawai bukan
buruh, bukan petani bukan nelajan, bukan mahasiswa bukan seniman, bukan
sardjana bukan wartawan, - hari ini djabatan kita ialah patriot! Gatutkatja
Patriot Indonesia! Urusan kita? Urusan kita hari ini – dan bukan hanja hari ini
tetapi seterusnja – urusan kita bukan semata-mata politik, bukan melulu
ekonomi, bukan hanja kebudajaan, bukan mligi ilmu, bukan militer thok, - urusan
kita adalah K e m e r d e k a a n !”
NB: Di akhir tahun 60-an, nama Takari dijadikan nama salah satu desa dan juga menjadi nama kecamatan di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Timur.