Judul
|
:
|
Islam dan Budaya Lokal Kajian Antropologi Agama
|
Penulis
|
:
|
H. Lebba Kadorre Pongsibanne
|
Penerbit
|
:
|
Kaukaba Dipantara
|
Tahun Cetak
|
:
|
2017
|
Halaman
|
:
|
231
|
ISBN
|
:
|
978-602-1508-83-1
|
Harga
|
:
|
Rp. 90.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Islam dan
budaya lokal adalah dua entitas ritus yang saling bersinggungan selama proses
islamisasi nusantara. Ibarat dua gambar dalam sekeping mata uang logam,
keduanya nyaris tak terpisahkan. Hanya saja, proses tersebut tak bersifat
dekonstruktif, melainkan akulturatif.
Buku ini
tidak hanya memaparkan tentang proses akulturasi dan inkulturasi budaya antara
nilai-nilai Islam dengan instrumen kebudayaan lokal, sehingga memungkinkan
adanya penerimaan masyarakat secara inklusif terhadap Islam, melainkan juga
memaparkan bukti-bukti autentik dinamika beberapa kebudayaan local masyarakat
yang masih tetap ada dan dapat bersinergi dengan ajaran Islam.
Toleransi
terhadap budaya local merupakan wujud penerimaan terhadap pluralism budaya
dalam masyarakat Islam. Praktik-praktik ibadah kaum Muslim boleh jadi relatif
sama, namun terdapat variasi lokal dalam praktik Islam di masing-masing Negara
Muslim, termasuk di Indonesia sebagai Negara mayoritas Islam.
Media dakwah
yang disunting dari agama non-Islam sebagian besar dijadikan strategi dalam
menyebarluaskan nama Islam serta ajarannya. Misalnya, melalui seni tari, music
dan seni sastra. Dalam upacara-upacara keagamaan seperti Maulud Nabi, sering
dipertunjukkan seni tari dan musik tradisional misalnya sekaten yang terdapat
di keratin Yogyakarta dan Surakarta. Sedangkan di Cirebon, seni musik itu
dibunyikan pada perayaan Grebek. Contoh lainnya adalah, Islamisasi pertunjukkan
wayang. Konon Sunan Kalijaga merupakan tokoh yang mahir memainkan wayang. Dia tidak
memintah upah dalam pertunjukkannya, tetapi hanya meminta agar para penonton
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih diambil dari
cerita Mahabrata dan Ramayana, tetapi bertahap nama tokohnya diganti dengan
nama tokoh pahlawan Islam.
Buku ini
menjelaskan tentang agama dan kebudayaan serta korelasi keduanya dalam tatanan
hidup masyarakat Indonesia yang kompleks dengan keragaman kultur dan budayanya.
Faktor korelasi antara agama dan budaya ini pula yang menyebabkan adanya
perbedaan kultur keagamaan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal inilah
yang menjadikan Indonesia, dipandang unik dan berbeda dibandingkan dengan negara
lainnya. Maka tak heran muncul varian Islam dengan kultur keagamaan seperti
Bugis-Makassar, Kalimantan Tengah, Banjar, Batak, Melayu (Riau), Bengkulu,
Ambon, Flores, Timor, Pantai Utara Papua, Bali, Jawa, Madura, Sunda, Tionghoa
dan Thailand.