Judul
|
:
|
150 Tahun
Pekabaran Injil Patekoan: Dari Gereja Tionghoa ke Gereja Kristen Indonesia
|
Editor
|
:
|
Alex Japalatu
|
Penerbit
|
:
|
BPK Gunung Mulia
|
Tahun Cetak
|
:
|
2019
|
Halaman
|
:
|
231
|
ISBN
|
:
|
978-602-231-490-5
|
Harga
|
:
|
RP. 90.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
150 Tahun Pekabaran Injil Patekoan: Dari Gereja Tionghoa ke Gereja
Kristen Indonesia adalah sejarah panjang penginjilan di kalangan komunitas
Tionghoa peranakan di Batavia sejak tahun 1868 hingga hari ini. Bermula dari
baptisan pertama terhadap 17 orang oleh Ds. De Gaay Fortman –yang menjadi cikal
bakal Jemaat Patekoan kelak- hingga saat ini ketika GKI Samanhudi dan GKI
Perniagaan telah melahirkan beberapa gereja lain karena pendampingan yang
mereka lakukan.
Perjalanan 150 tahun ini tak luput dari peran kaum awam. F.L. Anthing
yang memprakarsai penginjilan bagi kaum Tionghoa adalah seorang awam dari
Lembaga Pekabaran Injil “Genootschap voor In en Uitwendige Zending te Batavia”
(GIUZ) di Batavia. GIUZ adalah lembaga penginjilan “swasta” mengingat kala itu
Gereja Pemerintah yang terwujud dalam diri GPI memegang kendali.
Gan Kwee, penginjil dari Tiongkok yang sengaja dipanggil oleh Anthing,
tidak terikat dengan lembaga penginjilan mana pun. Demikian pula Gouw Ko yang
menghibahkan empat rumahnya di Jln. Patekoan 1 untuk dijadikan tempat beribadah
adalah seorang pengusaha yang tidak punya latar belakang sekolah teologi.
Mereka orang biasa yang mengambil tugas penginjilan sebagai pilihan dalam
hidupnya.
Semangat menginjili kaum awam inilah yang kemudian melahirkan Jemaat
Patekoan, sebelum pada tahun 1953 oleh sebuah sebab terbagi menjadi GKI
Perniagaan dan GKI Samanhudi, serta GKI Pinangsia dan GKI Terate. Kini hasil
pendampingan dan pelayanan gereja-gereja ini telah melahirkan banyak gereja
lain yang mandiri, baik di Jawa maupun di luar Jawa.
Kini di usia 150 tahun, GKI terus mengembangkan diri dengan melakukan
pembaruan di berbagai bidang internal dan ekternal. Kegiatan internalnya
diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan menginspirasi umat. Secara eksternal
gereja diharapkan menjadi garam dan terang dunia, dalam relasi dan kepedulian
terhadap sesama.