Judul |
: |
La Tirka Tar |
Penulis |
: |
Gerson Poyk |
Penerbit |
: |
PT. Karya Unipress – Jakarta |
Tahun
Cetak |
: |
1983 |
Halaman |
: |
115 |
ISBN |
: |
- |
Harga |
: |
Rp. 75.000 |
Status |
: |
Ada |
Pada suatu hari, seluruh sekolah menerima dua orang tamu yang istimewa. Ketua Osis mengumumkan bahwa aka nada ceramah seni oleh dua tokoh kesenian nasional, dua seniman yang terkenal. Yang seorang adalah teaterwan terkenal bernama La Tirka Tarno dan seorang lagi, seorang sastrawan terkenal bernama Knut Hamit.
Sayang, hari itu aku tidak masuk sekolah karena sakit. Tetapi aku tertarik pada ceramah kedua orang terkenal itu, setelah membaca kertas yang mereka bagi-bagikan.
La Tirka Tarno, dalam kertasnya mengatakan bahwa teater di Bali pada umumnya berhenti pada jaman romantik. Jadi Teater Bali, dengan segala variasinya masih berbau teater romantic. Cirri-ciri teater romantik adalah, antara lain berwatak hitam-putih. Si pengkhianat adalah tetap pengkhianat. Si raja adalah tetap raja, tidak pernah mundur. Si pahlawan adalah tetap pahlawan, tidak pernah takut atau gentar. Dalam teater atau drama romantik, kebanyakan tokoh-tokohnya adalah kaum bangsawan, pahlawan-pahlawan. Cerita-cerita misteri, lagenda dan mitos-mitos. Itulah antara lain ciri-ciri Teater Romantik. Semuanya penuh dengan khayal alias fantasi.