Judul
|
:
|
Menyusuri
Kali Dendeng
|
Penulis
|
:
|
Julius R. Siyaranamual
|
Penerbit
|
:
|
Sinar Harapan
|
Tahun Cetak
|
:
|
1981
|
Halaman
|
:
|
60
|
ISBN
|
:
|
-
|
Harga
|
:
|
Rp. -
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Mereka sudah
berjalan cukup jauh juga ketika Ari teringat untuk mengeluarkan sesuatu dari
dalam kantongnya. Rupanya sebuah keong baku tede – sejenis keong yang agak
bulat dan besarnya seperti ibu jari kaki – keong mana mempunyai kulit yang agak
tipis dibandingkan dengan keong yang runcing dan suka makan tanaman itu. Keong
baku tede ini banyak menempel di batang kayu atau batu yang agak lembab. Oleh
anak-anak daerah itu, biasanya keong yang sudah ditinggalkan oleh penghuninya
diambil untuk diadu dalam permaianan baku tede. Caranya ialah dengan
mempertemukan ‘mata’ dua buah keong, lalu dengan ibu jari masing-masing pemain
yang ditekankan pada mulut keong itu, kedua benda itu diadu kerasnya, sampai
salah satu pecah.
“baku tede,
yok!” Ari mengajak sambil mempertunjukkan keongnya.”
“Keong model
kulit telur seperti itu mau coba tantang,” Dimu mengejek lalu mengeluarkan
keongnya sendiri. “Nah! Ini dulu baru pantas dinamakan keong jagoan!”
“Ho ho!
Jangan suka anggap enteng orang lain, Bung! Keong ini saya dapat dicelah
kuburan tua. Sudah lebih dari seratus tahun umurnya. Kuburan dari jaman
kompeni. Coba lihat! Matanya merah seperti api,” Ari tidak mau kalah. “Dan tiap
hari tidak pernah saya lupa mengosoknya dengan minyak kelapa baru dicampur
dengan cengkeh dan lada sedikit…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar