Judul
|
:
|
Gemerisik Ilalang Padang Sabana
|
Penulis
|
:
|
Agust Dapa Loka
|
Penerbit
|
:
|
Altheras Publishing
|
Tahun Cetak
|
:
|
2014
|
Halaman
|
:
|
94
|
ISBN
|
:
|
978-602-14175-4-6
|
Harga
|
:
|
Rp. 45.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Gemerisik Ilalang
Padang Sabana adalah lading terbuka menganga. Semua terihat dengan nyata, tapi
tak berarti tak menyembunyikan misteri. Misteri dalam gemerisik, juga dalam
diam, dalam angina sabana. Gemerisik angina itulah yang dihidupkan Agust Dapa
Loka dalam kumpulan puisi yang kadang terasa sebagai doa, kadang ungkapan dosa,
kadang bertanya, dan kadang ditinggalkan begitu saja. Karena angina adalah
jiwa, dengan keleluasaan. Juga kemerdekaannya. (Arswendo Atmowiloto, budayawan)
Kumpulan
puisi di dalam buku ini mewakili suara tanah Sumba yang terlupakan. Dari antara
ilalang, Agust bersuara demi cintanya pada negeri ini. Dia bersuara lantang
melalui Lolong Anjing di Gerbang Senayan, Berteduh di Bawah Matahari, dan
melalui Gemerisik Ilalang Padang Sabana. Inilah suara yang mengentak, mengaduk
rasa, dan bahan perenungan bagi kita semua. (Andy Noya, wartawan dan host Kick
Andy)
Beberapa puisi
Agust Dapa Loka dalam buku ini membuka luka masyarakat yang antara lain
disebabkan oleh kekerasan terhadap tanah dan isinya. Tanah kehilangan
sejarahnya dan lambat laun kehabisan nilai spiritualnya. Penguasaan atas tanah
telah menjadi bagian dari mesin keserakahan. Kian terkurasnya tanah
mencerminkan kian mengeringnya jiwa manusia. Puisi-puisi Agust Dapa Loka adalah
suara dari tengah padang yang merindukan cinta yang ramah terhadap tanah. (Joko
Pinorbo, penyair)