Judul |
: |
Islam di Nusa Tenggara Timur: Pasang Surut Kesultanan Menanga
Solor Abad XVI-XVIII |
Penulis |
: |
Ruslan
Kasim, M.Hum |
Penerbit |
: |
Simaharaja |
Tahun Cetak |
: |
2018 |
Halaman |
: |
156 |
ISBN |
: |
978-623-02-3772-0 |
Sumber |
: |
|
Download |
: |
Pulau Solor, Flores Timur menjadi saksi penting masuknya tiga
agama besar (Islam, Katholik, Kristen) di Nusa Tenggara Timur (NTT). Keberadaan
Benteng Lohayong yang dibangun Portugis (1566) menjadi awal diskusi masuknya
agama di NTT. Begitu juga keberadaan Masjid alHuda dan tiga makam penting yaitu
makam Imam Patiduri, makam Sultan Menanga I Sahbuddin bin Ali bin Salman
alFarisi dan makam Nyai Sili Pertawi (Istri Kedua Sulatan Menanga I) menjadi bukti
sejarah Kesultanan Menanga Solor itu sendiri. Penelitian ini dirumuskan untuk
menjawab pertanyaan (1) Bagaimana Masa Perkembangan dan Kejayaan Kesultanan
Menanga Solor; (2) Bagaimana Keruntuhan Kesultanan Menanga Solor; dan (3)
Bagaimana dampak dari keruntuhan Kesultanan Menanga Solor terhadap
keberlangsungan Islam?
Pendekatan kajian menggunakan pendekatan sejarah. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa hampir setiap wilayah yang merupakan basis masyarakat muslim
merupakan hasil dari usaha Kesultanan Menanga dalam proses ekspansi wilayah
kekuasaan. Karena melemahnya kekuatan federasi Solor Watan Lema mengakibatkan
Belanda berhasil membumihanguskan Kesultanan ini. Oleh karena itu, keberlangsungan
perkembangan Islam pun mulai mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena
setelah masa keruntuhan Kesultanan Menanga, Islam tidak diperankan dengan baik
oleh rakyat kecil maupun tokoh masyarakat. Berbeda dengan rekan bergulatnya,
Katolik dan Kristen yang kian bergerak ke depan karena didukung penguasa saat
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar