Judul
|
:
|
Biografi Nyanyian Kehidupan Nafsiah Mboi
|
Penulis
|
:
|
Maria Hartiningsih & Agung Adiprasetyo
|
Penerbit
|
:
|
PT. Kompas Media Nusantara
|
Tahun Cetak
|
:
|
2022
|
Halaman
|
:
|
456
|
ISBN
|
:
|
978-623-346-507-6
|
Harga
|
:
|
Rp.100.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Setiap tokoh dilahirkan oleh suatu kurun masa. Namun zaman
segera disapu oleh waktu dan setiap peristiwa dengan cepat dilupakan karena
tertimbun peristiwa-peristiwa yang susul-menyusul memenuhi ruang publik dan
merampas ingatan.
Meski demikian, suatu bangsa menjadi besar bila mau mengingat
dan mengakui jasa para pahlawannya; termasuk di antaranya adalah para tokoh dan
birokrat yang bekerja keras memajukan suatu wilayah dan masyarakat. Di antara
mereka adalah dr. Andi Nafsiah Walinono-Mboi SpA, MPH, dikenal sebagai Nafsiah
Mboi.
Untuk waktu yang cukup panjang, namanya selalu disandingkan
dengan sang suami, dr. Ben Mboi. Pasangan ini telah membuat NTT mencuat di
antara provinsi-provinsi lain di Indonesia karena lonjakan kemajuan
kesejahteraan warganya. Prestasi keduanya di bidang pelayanan publik diakui
secara internasional dengan penghargaan Ramon Magsaysay Award pada tahun 1986.
Namun Nafsiah juga punya jejak tersendiri. Perjalanannya
panjang dan berliku sebelum menjabat sebagai Menteri Kesehatan (2012-2014).
Nafsiah adalah perempuan pertama dari suku Bugis, Makasar yang menjadi dokter
dan dokter spesialis anak; dan untuk NTT, dokter spesialis anak pertama yang
melayani rakyat di sana. Nafsiah adalah orang Asia pertama yang menjadi ketua
Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa-bangsa (CRC) dan perempuan Indonesia
pertama yang menduduki posisi direktur pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sampai saat ini Nafsiah diakui ketokohannya dalam isu
HIV/AIDS. Dia memperjuangkan pendekatan kemanusiaan dan HAM untuk ODHA dan
memahami pentingnya pemberdayaan populasi kunci dalam penanggulangan HIV/AIDS.
Banyak hal tentang dirinya terserak di berbagai media. Namun
buku ini me-nyingkapkan banyak sekali aspek yang belum pernah diungkap, beserta
mazmur syukur yang senantiasa dia daraskan pada setiap langkahnya.
Seluruh pengalamannya dalam buku ini adalah undangan untuk
belajar tentang ketekunan, totalitas, kehendak untuk terus belajar yang tidak
pernah padam, kete-guhan dan keberanian mempertahankan prinsip-prinsip
kebenaran, kesetaraan dan keadilan.
Nafsiah telah menjawab panggilan hidupnya dalam tugas-tugas
yang tidak mudah, yang membuatnya kerap berada di persimpangan yang rumit.
Namun, demi kebaikan bersama, dia tak ragu mengambil jalan yang penuh onak,
curam, licin dan tak jarang, berbahaya.
Gelombang yang menghempasnya, ombak dan riak yang
mengepungnya, sayup-sayup membentuk rangkaian nada yang dimainkan oleh orkestra
alam, men-ciptakan nyanyian kehidupan. Kita bisa ikut mendengarkan seluruh lagu
dalam berbagai nada dari masa lalu sampai sekarang, dan mencecap bisik halus
yang menyodorkan harapan.