Judul |
: |
Tank Merah Muda, Cerita-cerita yang Tercecer dari Reformasi |
Penulis |
: |
Raisa Kamila, dkk. |
Penyunting |
: |
Ninus Andarnuswari |
Penerbit |
: |
Cipta
Media Ekspresi |
Tahun
Cetak |
: |
2019 |
Halaman |
: |
192 |
ISBN |
: |
978-602-8766-74-6 |
Sumber |
: |
https://ciptamedia.org/ |
Download |
: |
Sementara itu, setelah
jatuhnya Orde Baru, ada kerusuhankerusuhan yang bersifat agama dan rasial di
beberapa kota di kepulauan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), walau tidak menjalar
menjadi konflik panjang seperti di Maluku. Agaknya, yang paling membekas,
terutama di Pulau Timor, adalah referendum Timor Timur 1999. Setidaknya 200.000
lebih warga Timor Timur pro-integrasi mengungsi ke Pulau Timor bagian barat
yang termasuk dalam kawasan NTT.
Selain itu, pengungsi dari kerusuhan Ambon dan kepulauan Maluku lainnya juga mulai berdatangan. Kehadiran arus pengungsi ini lantas mengakibatkan gesekan dengan penduduk lokal. Ratih membawa bekal berupa kenangan masa kecilnya yang bersentuhan secara tidak langsung dengan efek kejadian-kejadian tersebut. Setelah melakukan riset lapangan dan bertemu banyak orang, Ratih pun bisa menarik benang merah atas kenangan masa kanak-kanaknya dengan berbagai kejadian pasca-Reformasi 1998. Dalam buku ini, Ratih menyajikan tiga cerpen dengan latar berbeda-beda.
Pertama, konflik Kupang pada 1998 yang menyasar pemeluk agama Islam dan warga bersuku Bugis. Kedua, penggalian kuburan massal di Motamasin, Belu, satu dari banyak dampak referendum Timor Timur. Ketiga, pertemanan anak-anak yang menyelamatkan diri dari kerusuhan di Timor Timur dan Ambon. Melalui ceritacerita ini, ada gambaran lain mengenai kejadian-kejadian di Nusa Tenggara Timur, salah satu daerah yang jarang diperbincangkan tapi juga mengalami dinamika yang spesifik selama peralihan rezim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar