Judul
|
:
|
Pelabuhan Kupang dalam Perdagangan Abad ke-19
|
Penulis
|
:
|
I Putu Kamasan Sanjaya
|
Penerbit
|
:
|
Ombak
|
Tahun Cetak
|
:
|
2014
|
Halaman
|
:
|
108
|
ISBN
|
:
|
602-258-152-4
|
Harga
|
:
|
Rp. 45.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Pelabuhan Kupang yang terletak di bagian Barat Pulau Timor merupakan salah satu pelabuhan paling strategis di pulau Timor. Telah sangat lama Kupang menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Timor sejak abad ke-13. Berdasarkan sumber berita Cina Chau yu kua dalam bukunya Chu fan sih pada tahun 1225 menyebutkan pulau Timor yang disebut dengan nama Kihri Tinwu yang terletak di sebelah timur Tiongkalo, para raja dan keluarganya memperoleh kemakmuran dari perdagangan cendana.
Karena pentingnya letak strategis pelabuhan Kupang, maka
sangat logis apabila pelabuhan Kupang menjadi incaran persaingan terutama
setelah datangnya bangsa Barat. Persaingan antara Portugis dan VOC berlanjut
tidak saja memperebutkan pelabuhan dan benteng tetapi juga wilayah pendukungnya
sebagai sumber perdagangan cendana. Persaingaan secara berantai melalui
serangkaian pertempuran berlangsung hampir satu abad. Pertempuran berakhir setelah
pecah Perang Penfui tahun 1749. VOC berhasil mengalahkan kekuasaan Portugis dan
sekutunya para raja di pedalaman. Sejak
saat itu peran Portugis surut dan tergusur ke pedalaman.
Sebagai sebuah pelabuhan dan dilengkapi dengan Benteng,
kemudian tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan. Terdapat beberapa
kebijakan yang menyangkut Kupang dan Pelabuhan Kupang pada masa residen pertama
J.A.Hazaart. Beberapa kebijakan tersebut adalah: pembentukan daerah penyangga
bagi Kupang pada tahuh 1819 dalam rangka pengamanaan Kupang. Pembentukan daerah
penyangga dimaksudkan karena Kupang selalu mendapat ancaman dari para raja
pedalaman yang masih bersekutu dengan Portugis.
Dalam perkembangan kemudian pelabuhan Kupang yang
menghadap ke laut terbuka di Teluk Kupang pada musim angin Barat, membuat
kapal-kapal yang bersandar menghadapi terpaan angin yang kencang sehingga
kapal-kapal harus berlindung di Mud Volcano di dekat Teluk Kupang. Namun pada
tahun 1866 Mud Vocano tersebut rusak akibat erosi sehingga pada musim angin
Barat kapal-kapal berlindung ke Pantai Hansisi di Pulau Semau. Atas
pertimbangan evisiensi akhirnya pemerintah kolonial di Kupang merasa perlu
membangun pelabuhan untuk tempat berlindung yang lebih aman dan dapat langsung
dihubungkan dengan Kupang. Maka dibangun Pelabuhaan Tenau pada tahun 1875,
serta untuk kelancaran hubungan dengan Kupang juga dibangun jalan raya. Dengan
dibangunnnya pelabuhan Tenau Kupang maka secara berangsunr-angsur peran
pelabuhan Kupang yang telah berlangsung beberapa abad menjadi surut dan
digantikan oleh pelabuhan Tenau Kupang. Namun Kupang tetap berperan sebagai pusat
perdagangan dan pemerintahan. (Munandjar
Widiyatmika, sejarawan NTT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar