Judul
|
:
|
Pelabuhan Ende Dalam Perdagangan di Nusa Tenggara Abad Ke-19
|
Penulis
|
:
|
Nuryahman
|
Penerbit
|
:
|
Ombak
|
Tahun Cetak
|
:
|
|
Halaman
|
:
|
|
ISBN
|
:
|
602-258-151-6
|
Harga
|
:
|
Rp. 45.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Buku karya Nuryahman ini dapat dilihat sebagai satu
usaha yang penting dalam rangka mengungkapkan keberadaan pelabuhan tua di
Indonesia. Tidak banyak dilakukan penelitian atau penulisan tentang hal semacam
itu di Nusa Tenggara, menyebabkan buku kecil ini menarik. Dalam buku ini
Nuryahman mengungkapkan peranan Pelabuhan Ende, yang terletak di Pulau Flores,
Nusa Tenggara Timur dalam perdagangan di kepulauan selama abad ke-19. Abad
ke-19 dilihat sebagai satu zaman, periode yang penting dalam mendukung Ende sebagai
pelabuhan dagang yang ramai. Bersama Solor dan Sumba, Ende merupakan pelabuhan
penting yang merupakan daerah rebutan antara Portugis dan Belanda, yang
selanjutnya terhubung dengan jaringan dagang internasional di abad ke-19.
Abad ke-19 merupakan masa krusial bagi pelabuhan Ende.
Kehadiran Portugis dan Belanda di kepulauan membawa Ende menjadi rebutan
antarkekuatan asing tersebut. Belanda memenangkan persaingan untuk menguasai
wilayah Nusa Tenggara. Setelah sebuah benteng (poshouder) dibangun di
Ende (pertengahan abad ke-19), maka Ende berada di bawah kontrol pemerintahan
asing (Belanda). Akhir abad ke-19 (1891) Ende masuk jalur pelayaran
internasional KPM (De Koninkijke Paketvaart Maatschappij), sebuah
perusahan pelayaran partikulir Belanda, membawa kontrol yang semakin ketat atas
keadaan wilayah dan perdagangan di Ende.
Paparan Nuryahman dalam buku ini menunjukkan betapa
kekuatan Kontrol pribumi yang besar sebelumnya, jatuh ke tangan kekuatan
pengaruh luar dalam proses kolonisasi di Nusa Tenggara. Ende termasuk Nusa
Tenggara secara keseluruhan jatuh ke tangan kontrol Kolonial Belanda di abad
ke-19.
Demikian buku kecil ini menjadi menarik dan penting dibaca—meskipun dalam tingkat belum mendalam—dalam rangka memahami fenomena kesejarahan terkait dengan eksistensi pelabuhan-pelabuhan tua di Nusa Tenggara. (Prof. I Gde Parimartha, Fakultas Sastra Universitas Udayana)
Demikian buku kecil ini menjadi menarik dan penting dibaca—meskipun dalam tingkat belum mendalam—dalam rangka memahami fenomena kesejarahan terkait dengan eksistensi pelabuhan-pelabuhan tua di Nusa Tenggara. (Prof. I Gde Parimartha, Fakultas Sastra Universitas Udayana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar