Judul |
: |
Todefeo
Punya Cerita |
Penulis |
: |
Lens
Haning |
Penerbit |
: |
Indomesia
Global |
Tahun Cetak |
: |
2016 |
Halaman |
: |
258 |
ISBN |
: |
978-602-6521-01-9 |
Harga |
: |
Rp. 95.000 |
Status |
: |
Ada |
Memahami Rote Ndao, haruslah secara
komprehensif. Karena itu, kita harusmenggali akar historisnya, menelusuri
tentang jejak dan asal-usul orang Rote, silsilahnya, mata pencaharian serta
agamanya, termasuk adat, budaya dan kekerabatannya yang berkembang pada masa
lampau hingga masa kini, juga dikombinasikan dengan kondisi faktual dan
idealita pembangunan Kabupaten Rote Ndao masa depan yang berbasiskan kearifan
loka (local wisdom). Dengan demikian,
kita memahami, perspektif tentang orang Rote Ndao yang relative unggul dan
berbeda dengan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya.
Ketangguhan orang Rote tampak pada mata pencaharian yang begitu dekat dengan alam. Mulai dari berkebun, beternak, dan nelayan di lepas pantai. Pohon lontar menjadi pohon kehidupan dan sebagai andalan utama yang mampu menghidupi orang Rote. Orang Rote kaya akan keragaman bahasa. Selain itu, orang Rote bangga pada dirinya. Orang-orang Rote adalah orang yang bangga akan diri mereka sendiri, tegas dan bersemangat (Fox, 1986). Mereka tidak mau meniru dan tidak berasimilasi dengan kelompok-kelompok lain di wilayah NTT, melainkan dengan kelompok yang mereka anggap lebih tinggi kebudayaannya. Pakaian adat sebagai tanda pembeda identitas orang Rote itu sangat khas dan menunjukkan pengaruh Portugis abad ke-17 dan Gujarat abad ke-18. Jika pakaian adat kaum pria suku-suku di Indonesia Timur umumnya mengenakan ikat kepala, maka orang Rote mamakai topi daun lontar lebar seperti sombrero yang disebut Ti’ilangga dan mereka adopsi dari topi orang Portugis abad ke-17. Motif kain celup ikat tradisional mereka merupakan gabungan motif-motof asli dengan desain patola yang diambil dari kain Gujarat yang merupakan barang dagangan impor kaum elit VOC abad ke-18. Orang Rote juga memiliki instrument music tradsional yang sangat khas yang kini sudah mendunia dan disebut Sasando. Alat musik ini biasanya dimainkan dalam berbagai kegiatan sosial yang penting seperti perniakahan, kematian, kelahiran dan ulang tahun.
Dengan segala keunikan, ketangguhan dan keunggulan orang Rote tersebut, maka seyogyanya buku “Todefeo Punya Cerita,” ini dapat menjadi salah satu referensi bagi masyarakat umum, untuk memahami orang Rote secara komprehensif. Sebab, di dalam buku ini kita akan memahami perspektif orang Rote dari masa lampau, masa kini dan masa depan, yang tidak pernah tercerabut dari kearifan lokal adat dan budayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar