Rabu, 30 April 2025

Kontrak Perjanjian Wilayah Perbatasan Republik Indonesia, Jilid II: Wilayah Laut Andaman, Selat Malaka dan Laut Sawu Timor

Judul

:

Kontrak Perjanjian Wilayah Perbatasan Republik Indonesia, Jilid II: Wilayah Laut Andaman, Selat Malaka dan Laut Sawu Timor

Penyunting

:

-

Penerbit

:

Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta

Bahasa

:

Indonesia & Belanda

Tahun Cetak

:

2007

Halaman

:

450

ISBN

:

-

Harga

:

Rp. 150.000

Status

:

Ada

 

Naskah yang disajikan dalam penerbitan ini berasal dari materi arsip, baik yang berupa arsip tekstual maupun arsip kartografi (arsip Peta). Berdasarkan hasil penelusuran arsip yang dilakukan, maka terkumpul arsip yang menjelaskan gambaran tentang perbatasan di perairan Selat Malaka antara lain Kontrak antara Sultan Lingga, Riau dan Wilayah yang berada dibawahnya tertanggal 1 Desember 1857, yang dituangkan dalam Vesluit tertanggal 9 Januari 1858 Nomor 3. Dalam kontrak tersebut juga menyebutkan pulau-pulau kecil yang ada dalam Residensi Riau. Salah satu dari Pulau tersebut adalah pulau Nipah yang berbatasan langsung dengan Singapura.

Masih di sekitar Laut dan Andaman dan Sumatera, ditampilkan arsip yang menjelaskan mengenai pualu Rondo yang berbatasan langsung dengan India, antara lain arsip Besluit tertanggal 18 September 1899 Nomor 25. Secara umum arsip ini menguraikan mengenai kedudukanGubernur Aceh dan wilayah yang ada dibawahnya. Dari arsip ini tentunya juga dapat diketahui mengenai pembagian wilayah. Pulau Rondo sendiri disebutkan sebagai sebuah pulau di bawah penguasaan perwira Angkatan Laut Belanda yang berkedudukan di Sabang.

Untuk mendukung data perbatasan di kawasan Laut Sawu, Timor ditampilkan uraian kronologis mengenai kekuasaan Belanda di Timor dan wilayah yang berada dibawahnya. Ditampilkan pula Traktat Perbatasan Timor berupa Keputusan Ratu Belanda tanggal 4 Maret 1913 yang berisi kontrak antara Belanda dan Portugis tentang rencana bagi keputusan hukum atas sengketa yang muncul dari pelaksanaan perjanjian yang telah ditandatangani pada 1 Januari 1904 atas nama kedua belah pihak untuk mengatur wilayahnya di pulau Timor, beberapa laporan politik, traktat pendek, laporan diplomasi dan perkembagan penduduk melengkapi data-data yang diharapkan memberikan gambaran kondisi setempat. Untuk memberikan gambaran mengenai perbatasan di Laut Sawu, Timor, kami tampilkan arsip peta atau sumber kartografi. Dari arsip peta tersebut diharapkan dapat diketahui posisi pulau-pulau terluar baik Pulau Batek maupun pulau Dana.


Menyongsong Matahari Terbit di Puncak Ramelau: Dampak Pendudukan Timor Lorosa’e dan Munculnya Gerakan Pro-Timor Lorosa’e di Indonesia

Judul

:

Menyongsong Matahari Terbit di Puncak Ramelau: Dampak Pendudukan Timor Lorosa’e dan Munculnya Gerakan Pro-Timor Lorosa’e di Indonesia

Penulis

:

George J. Aditjondro

Penerbit

:

Yayasan HAK dan FORTILOS, Jakarta

Tahun Cetak

:

2000

Halaman

:

312

ISBN

:

-

Harga

:

Rp. 150.000

Status

:

Kosong

 

Lewat buku ini, Dr. George Junus Aditjondro, dengan bagus mengungkap sejumlah kejahatan kemanusiaan yang dilakukan para “oknum” Indonesia terhadap bangsa Timor Timur. Bila KPP-HAM kini tengah mencoba mencari sejumlah orang yang harus bertanggungjawab atas pembumihangusan Timtim pasca jajak pendapat, maka pengarang buku ini sebetulnya telah mencoba membuka secara detil proses penjarahan dan pelanggaran HAM yang terjadi sejak 1975.

Pengarang buku ini, Dr. George Junus Aditjondro, adalah seorang perfeksionis yang agak kelewatan. Buku ini, yang sebagian diantaranya secara terpisah sebetulnya telah terbit sebagai makalah sejak 1990, telah mengalami proses revisi berkali-kali. Begitu pula ketika telah terbit untuk pertama kalinya dalam edisi bahasa Inggris. Bahkan naskah buku ini yang merupakan terjemahan dari edisi bahasa Inggris yang terakhir sebetulnya telah selesai diterjemahkan dan siap terbit pada Maret 1998. Tapi rencana terbit bubar, gara-gara sang pengarang yang kini tinggal di Australia kembali melakukan revisi besar-besaran terhadap isi naskah.


Rabu, 23 April 2025

Ura Timu: Etnografi Iklim Mikro Flores

Judul

:

Ura Timu: Etnografi Iklim Mikro Flores

Penulis

:

Melkior Koli Baran

Penerbit

:

INSIST Press

Tahun Cetak

:

2022

Halaman

:

152

ISBN

:

978-623-6179-17-8

Harga

:

Rp. 90.000

Status

:

Ada


Di satu desa di pesisir utara Flores Timur, peladang tempatan mengenal satu perilaku tertentu curah hujan yang mereka namai ‘ura timu’. Secara harfiah berarti ‘hujan timur’. Dalam bahasa tempatan, ‘timu’ juga sebutan untuk musim kemarau. Sehingga, ungkapan ‘ura timu’ juga bermakna ‘hujan [yang terjadi pada] musim kemarau’, amsal yang bagus untuk menggambarkan kekacauan iklim yang kian sering terjadi di gugus pulau-pulau kecil Nusa Tenggara Timur (NTT).

Buku ini menyajikan rangkuman cerita para peladang tradisional di NTT—khususnya di Pulau Lembata, Alor, dan jazirah timur Pulau Flores—tentang ‘kekacauan’ iklim mikro. Buku ini juga berisi cerita-cerita tentang upaya mereka melakukan pencegahan (mitigasi) dan penyesuaian (adaptasi) cara-cara berladang demi memperkecil risiko bencana akibat kekacauan iklim tersebut. Buku ini memberi sumbangan penting bagi pengembangan kajian dan ilmu iklim berbasis praktik-praktik dan pengetahuan tradisional tempatan (etnoklimatologi).


Refleksi – Mitigasi Prahara Tektonik dan Tsunami Indonesia Kasus Gempa Flores

Judul

:

Refleksi – Mitigasi Prahara Tektonik dan Tsunami Indonesia Kasus Gempa Flores

Penulis

:

Ir Mans Gare

Penerbit

:

Ars Group Bandung

Tahun Cetak

:

2001

Halaman

:

160

ISBN

:

979-96317-3-4

Harga

:

Rp. 50.000

Status

:

Ada

 

Sebagaimana kita ketahui bahwa Gempa Bumi, tetap menjadi objek serius yang perlu terus menerus dicermati, persoalannnya justru terletak pada bahaya yang ditimbulkannya. Baru saja kita dikejutkan oleh berbagai peristiwa Gempa Bumi yang terjadi di berbagai wilayah tanah air dan belahan dunia, setelah beberapa tahun berlalu dari tragedi nasional Gempa Bumi Tektonik Flores, 12-12-1992. Kita seolah-olah terlena, bahkan mungkin saja tidak menyadari sepenuhnya bahwa di atas wilayah yang kita diami, sesungguhnya tergolong sebagai wilayah yang rawan gempa bumi. Artinya, ancaman terhadap keselamatan jiwa dan kerugian investasi bisa muncul setiap saat. Maka, satu-satunya pendekatan yang tepat adalah dengan melakukan Refleksi dan Mitigasi.

Pada maksud inilah diperlukan untuk memanggil kembali kasus Gempa Flores, 12-12-1992. Ini tentu merupakan suatu nostalgia yang mengesankan, yah!... nostalgia. Nostalgia, adalah kebutuhan eksistensial manusia ketika ia semakin sadar sebagai pelaku sejarah. Saat orang menapaki langkah-langkah hidupnya ada banyak pengalaman yang tercecer, ada yang karena ketergesaan, ada yang karena kesibukan, dan ada yang karena kurang waktu. Karena keterceceran itulah, mendorong orang memutar lagi kenangan-kenangan dan menyusunnya menjadi untaian yang ia beri arti dari sudut jarak masa kini (DR. Mudji Sutrisno, SJ., 1994)

Dipandang secara keseluruhan, buku ini dapat menghidangkan suatu gambaran yang representatif tentang karakteristik wilayah dan Gempa Bumi, bahaya yang dapat ditimbulkannya, serta berbagai upaya untuk mengatasinya dengan melakukan transformasi budaya membangun untuk rumah pasca gempa.


Austronesia: Bahasa, Budaya dan Sastra

Judul

:

Austronesia: Bahasa, Budaya dan Sastra

Penyunting

:

I Wayan Bawa & I Wayan Pastika

Penerbit

:

CV. Bali Media

Tahun Cetak

:

2002

Halaman

:

316

ISBN

:

979-95407-0-5

Harga

:

Rp. 70.000

Status

:

Ada


Kajian-kajian yang ditampilkan dalam buku ini menyangkut beberapa aspek bahasa dan budaya yang ada di sejumlah wilayah Indonesia. Kajian bahasanya meliputi bahasa Tonsawang di Sulawesi Utara, bahasa Aceh, bahasa Lamaholot dan bahasa Lio di Nusa Tenggara Timur, bahasa Lampung, dan sejumlah bahasa daerah lainnya di Nusantara. Kajian budayanya lebih banyak menyangkut kajian budaya etnik Sunda, Jawa, Bali dan budaya nasional Indonesia. Di samping kedua aspek tadi, dibahas pula aspek politik bahasa yang menyangkut nasionalisme dan imprealisme linguistik terhadap bahasa daerah dan juga kajian sastra modern, sastra klasik dan folklore. Meskipun keterwakilan aspek bahasa dan budaya Austronesia dalam buku prosiding ini masih terbatas, kajian-kajian empiris dan teoritisnya masih cukup mutakhir untuk memperkaya pemahaman ilmiah kita mengenai Austronesia baik sebagai bahasa maupun sebagai budaya.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...