Judul
|
:
|
Polisi Sampah
|
Penulis
|
:
|
Buang Sine
|
Penerbit
|
:
|
Smart WR
|
Tahun Cetak
|
:
|
2015
|
Halaman
|
:
|
300
|
ISBN
|
:
|
978-602-1384-78-7
|
Harga
|
:
|
Rp. 50.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Latar belakang novel ini bercerita tentang petualangan Simonov Sinesky bersama Malaikat Jibrael mengunjungi sebuah institusi kepolisian di negeri tak bernama. Kisah novel ini menguak perbuatan polisi-polisi di negeri antah berantah yang tak lagi memiliki nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan, dimana sudah banyak oknum kepolisian yang telah bersekutu dengan pelaku kejahatan. Simon Sinesky bersama tokoh imajiner yang diwakili sebagai Malaikat Jibril datang menginvestigasi dan melakukan penyelidikan terhadap polisi-polisi di suatu negeri antah berantah. Dimulai dari polisi berpangkat rendah brigadir hingga perwira tinggi jenderal. Investigasi ini dilakukan berdasarkan buku dosa yang telah dicatat, karena bagaimanapun sebagai mahluk beriman segala amal kebaikan beserta dosa-dosa sudah dicatat untuk dipertangungjawabkan di kemudian hari.
Dengan melihat substansi novel yang membongkar kejahatan dari
sarang institusi yang seharusnya membasmi kejahatan, maka tak heran di
halaman-halaman awal, penulis dengan nada satir, mendedikasikan novel ini untuk
para pembela kejahatan yang telah mati berkalang tanah. Kasus-kasus seperti
pemerasan, penyuapan, becking, mafia judi, dan lain sebagainya, menjadi sasaran
kejahatan yang bisa dilakukan oleh aparat, sehingga muncul stigma polisi
sampah, yang kemudian dijadikan sebagai judul novel ini. Kasus-kasus ini bukan
hanya terjadi di masyarakat umum yang melibatkan polisi tetapi juga di internal
kepolisian dari penerimaan, kenaikan pangkat hingga mutasi yang banyak
menyalahi aturan. Kejahatan begitu terlembaga dengan memperlihatkan struktur
kejahatan yang bertingkat-tingkat dari bawahan hingga atasan, dari unit di wilayah
terpencil hingga kantor pusat di tengah kota, dari bentuk kejahatan pemerasan
kecil-kecilan hingga besar-besaran. Jika di pengadilan ada idiom, “menang jadi arang, kalah jadi abu”, maka
dikisah ini pelayanan kepolisian dipersamakan dengan “melaporkan kehilangan satu ekor ternak, maka sebenarnya akan mengalami
lebih banyak kehilangan ternak lagi”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar