Judul |
: |
Kerajaan Bikomi dan Budaya Puah
Manus dalam Relasi Kuasa Usif-Amaf |
Penulis |
: |
Yohanes Sanak |
Penerbit |
: |
Seven Books & Direktorat
Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI |
Tahun Cetak |
: |
2020 |
Halaman |
: |
321 |
ISBN |
: |
978-623-7852-38-4 |
Harga |
: |
Rp. 145.000 |
Status |
: |
Kosong |
Buku ini
ditulis sebagai bentuk kepedulian terhadap kebudayaan atoni meto khususnya bekas Kerajaan Bikomi yang terus mengalami
degradasi dalam beberapa dekade terakhir. Kondisi tersebut sangat
mengkhawatirkan bila tidak ada upaya sistematis yang dilakukan oleh pemerintah
dan berbagai pihak terkait. Salah satu hal yang dapat kami lakukan adalah
mendokumentasikan sejarah serta kebudayaan Bikomi (berupa tulisan) dengan
harapan dapat menjadi media pewarisan sejarah dan budaya kepada generasi saat
ini dan yang akan datang. Dengan demikian, akan tumbuh semangat dan kecintaan
kaum muda untuk melestarikan budaya leluhur.
Buku yang ada
di tangan pembaca saat ini mendiskusikan sejarah bekas Kerajaan Bikomi serta
budaya puah manus yang merekatkan
semua sub sistem yang bekerja dalam sistem politik tradisional Bikomi. Hal menarik
yang dapat dipetik dari ulasan buku ini adalah keterkaitan ritus dan politik
sebagai satu kesatuan dalam membangun pemerintahan. Relasi kuasa antara usif (diterjemahkan sebagai raja dan
patih) dengan kolo manu (rakyat)
didasarkan pada keyakinan akan “apinat-aklaat,
amo’et-apakaet” (tuhan).
Raja sebagai
pemegang kekuasaan spiritual tertinggi mampu meyakinkan para pengikutnya dalam
berbagai mukjizat, dengan bukti-bukti “transendental”. Pada level lain, usif (patih) memiliki kemampuan meng-organize rakyatnya dengan kekuatan
paksa (secara politis). Atas dasar ritus dan politik inilah struktur
pemerintahan Bikomi disusun. Jadi, seluruh sistem politik tradisional Bikomi
terbentuk dan bekerja dalam dua ranah tersebut.