Judul |
: |
Docendo
Discere: Esai-Esai tentang Pendidikan, 2009-2021 |
Penulis |
: |
Adrianus
Ngongo |
Penerbit |
: |
Perkumpulan
Komunitas Sastra Dusun Flobamora |
Tahun Cetak |
: |
2022 |
Halaman |
: |
120 |
ISBN |
: |
978-623-969911-0-3 |
Harga |
: |
Rp. 90.000 |
Status |
: |
Ada |
Docendo Discere berarti belajar melalui mengajar. Pepatah tersebut diturunkan dari kalimat Seneca Muda, seorang filsuf Stoik Romawi dari abad pertama Masehi, dalam salah satu suratnya kepada Lucilius: "Homines dum docent discunt," orang-orang belajar ketika mereka mengajar. Belajar melalui mengajar adalah awasan buat kita semua, tetapi lebih spesifik buat para guru, orang-orang yang mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh selama bertahun-tahun dengan mengajar di sekolah-sekolah.
Esai-esai dalam buku ini berisi pandangan-pandangan Adrianus Ngongo, seorang guru di salah satu SMK di Kota Kupang, terhadap pendidikan pada umumnya, terutama kesejahteraan guru, pengembangan karakter para siswa, serta bagaimana pendidikan ideal mesti dijalankan di sekolah. Dalam esai-esainya tentang sistem pengupahan guru melalui skema sertifikasi, misalnya, dapat kita temukan kesadaran Adrianus tentang guru sebagai buruh yang mesti mengetahui hak dan kewajiban yang dimilikinya.
Semua esai dalam buku ini sebelumnya pernah terbit di berbagai media cetak yang ada di NTT. Karena itu, para pembaca perlu menempatkan konteks pembacaan dalam situasi pendidikan di NTT secara umum, dan Kota Kupang tempat sang penulis bekerja secara khusus. Esai-esai yang merentang sepanjang tahun 2009 sampai 2021 dalam buku ini menunjukkan berbagai fenomena pendidikan yang dihadapi para pendidik sepanjang periode tersebut, juga usaha-usaha yang ditawarkan penulis untuk mengatasi masalah yang timbul dalam berbagai fenomena tersebut.
Esai-esai dalam buku ini ditulis dalam bahasa yang sederhana,
dengan solusi-solusi praktis, mengesankan peran edukatif dan didaktis yang
ingin dijalankan oleh penulis yang juga seorang guru melalui rubrik-rubrik
"Opini" koran-koran NTT. Sebagian besar esai dapat kita baca sebagai autokritik
si penulis, kritik terhadap rekan-rekan seprofesi, bahkan terhadap sistem
pendidikan yang berjalan selama ini, demi perbaikan berbagai persoalan yang
dialami dari tahun ke tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar