Judul |
: |
Melebur
di Tanah Flores, Sembilan Puluh Tahun P. Heinrich Bollen, SVD Meniti Pematang
Kehidupan |
Penulis |
: |
H.S.U
Monica |
Penyunting |
: |
Maria
Etty |
Penerbit |
: |
Pohon
Cahaya |
Tahun Cetak |
: |
2019 |
Halaman |
: |
482 |
ISBN |
: |
978-602-4910-85-3 |
Harga |
: |
Rp. 140.000 |
Status |
: |
Ada |
Paulo Coelho, seorang sastrawan, pernah berujar demikian: There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure (hanya ada satu hal yang membuat mimpi tidak mungkin tercapai: ketakutan akan kegagalan). Apabila kita mengikuti perjalanan hidup Pater Bollen, kita sungguh akan menemukan figur pemberani dalam memperjuangkan mimpinya. Ia bekerja keras agar dapat merealisasikan niatnya untuk membawa perubahan. (Mgr. Edwaldus M. sedu, Uskup Maumere)
Hidup dengan ritme sendiri di resort mewah untuk ukuran kota kecil Maumere dalam usianya yang kini 90 tahun. Kelanjutan pengelolaan asset di kemudian hari, terciptanya jarak sosial dengan komunitas SVD, yang semestinya menjadi oase untuk menemukan kembali sumber air segar bagi bangunan perjalanan misionernya, justru menjadi sebuah fatamorgana, bayang-bayang maya. (P. Agus Alfons Duka, SVD)
Pater Bollen tahu kelemahan orang yang sudah punya uang. Uang akan habis kalau tidak bisa mengelolanya. Maka, ia mendukung adanya koperasi, lalu mengirim beberapa orang untuk belajar supaya tahu mengenai koperasi. “ada beberapa diantaranya akhirnya menjadi tokoh koperasi tingkat nasional, termasuk Wakil Bupati sekarang.” (P. John Mansford Prior, SVD)
Selain orang-orang yang memfitnah, tidak sedikit pula pastor yang tidak suka dengan sikap Pater Bollen yang terkesan agar arogan. Memang karyanya luar biasa besar. Salah satunya adalah Yaspem yang bagaikan satu kerajaan yang kuat. “Ia punya alasan untuk tampil percaya diri. Sedangkan beberapa pastor lainnya hanya berkarya di paroki. Mereka tidak punya uang, lalu timbullah iri hati.” (Klaus Naumann, SVD)
Ia bukanlah tipe orang yang memilki standar ganda. Banyak orang membuat yayasan hanya untuk mengeruk uang, lalu uang dialihkan ke tempat lain demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Rizal mengetahui beberapa yayasan Katolik yang melakukan hal demikian. Ada juga yayasan yang sampai terlibat dalam masalah hukum karena kegiatan yang dilakukan Cuma kedok. (Rizal S. Gueci, Advokat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar