Jumat, 28 Juni 2024

Mendobrak Penindasan Atoni Meto

Judul

:

Mendobrak Penindasan Atoni Meto

Penulis

:

Krisdyatmiko

Penerbit

:

IRE Yogyakarta

Tahun Cetak

:

2005

Halaman

:

150

ISBN

:

979-98182-1-4

Harga

:

Rp. -

Status

:

Kosong

 

Atoni Meto / Atoin Meto / Atoni Pah Meto merupakan salah satu etnis di Indonesia yang menempati wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagaimana komunitas adat lainnya di nusantara. Atoni Meto secara historis telah memiliki kedaulatannya sendiri. Namun seiring perjalanannya, mereka telah mengalami proses marginalisasi sejak jaman kerajaan sampai dengan era reformasi saat ini.

Suatu kondisi yang kontadiktif jika negara ini tengah mencanangkan diri memasuki era reformasi yang ditandai dengan pengelolaan negara secara demokratis, namun pada kenyataannya kebijakan pemerintah tetap saja mengabaikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat adat. Selain negara, aktor di balik penindasan masyarakat adat adalah kaum kapitalis. Kolaborasi megara dengan dengan kaum kapitalis menjadi ratapan kesedihan atas ketidakberdayaan masyarakat adat.

Buku ini mengajak pembaca menelusuri jejak-jejak perjalanan sejarah marginalisasi Atoni Meto serta mengungkap perjuangan apa saja yang telah mereka lakukan dalam menegakkan keadilan bagi kesejahteraan mereka. Banyak yang telah mereka lakukan, namun masih banyak pula PR yang harus mereka kerjakan karena selalu saja muncul bentuk-bentuk baru dari penindasan terhadap masyarakat adat.

Banyak pembelajaran yang dapat diperoleh dari bumi Meto, salah satunya adalah kegigihan mereka dalam melawan penindasan, sebagaimana motto Atoni Meto “meup on ate, he muah on usif” (kerjalah seperti hamba agar makan seperti raja).  


Rabu, 26 Juni 2024

1965, Sebuah Novel

Judul

:

1965, Sebuah Novel

Penulis

:

Kopong Bunga Lamawuran

Penerbit

:

JBS Yogyakarta

Tahun Cetak

:

2023

Halaman

:

332

ISBN

:

978-623-7904-68-7

Harga

:

Rp. 145.000

Status

:

Ada

 

Berlatar di Pulau Adonara, Flores Timur, NTT, pembantaian ratusan manusia terjadi tanpa ada yang mengelak. Tapi kematian fisik adalah kematian paling akhir. Kematian paling awal adalah kematian gagasan, harapan, dan rencana, yang bahkan oleh petani-petani pun mengimpikannya. 1965 adalah novel yang menggambarkan pertentangan ide berkebangsaan yang justru terjadi di kalangan petani; sebuah perjalanan dan penelusuran meditatif atas kenangan dan tragedi secara pelan dan dalam. Novel yang menggambarkan secara terus terang kematian para petani tanpa tahu alasan kematiannya; satu cerita yang menjadi awal mula berakhirnya progresivitas orang-orang desa.

“Sebuah novel sejarah yang ditulis dengan sangat apik.”

--Yahya Ado, Inisiator Sekolah Alam Manusak, Kupang – NTT

“Penulis menghadirkan sejarah dari sudut pandang yang barangkali selama ini terselubung, dan itu tentu melewati proses panjang dengan mempertaruhkan segalanya.”

--Rebertus Fahik, Penulis dan Editor

“Deskripsi dan sentuhan emosi yang kuat dalam novel ini membawa sata seakan hadir menyaksikan cerita itu.”

--Fransiskus Pati Herin, Wartawan kompas

“Masa lampau 1965 di Pulau Adonara yang semula hanya berbentuk penggalan-penggalan cerita di kepala, segera mengalami keutuhan.”

--Roman Nama, Penyair 

Au He’ Moin (Aku Ingin Hidup)

Judul

:

Au He’ Moin (Aku Ingin Hidup)

Penulis

:

Eppy Manu

Penerbit

:

-

Tahun Cetak

:

2019

Halaman

:

21

Sumber

:

https://books.google.co.id/

Download

:

Di Sini


Novel ini aku persembahkan sebagai bukti jika kita sudah sedikit tidak bersahabat dengan lingkungan ini, semua berawal dari rasa tidak puas dengan apa yang dimiliki dan akan selalu mencari kepuasan terus menerus tanpa berpikir bahwa saudara di samping kita sangat bergantung pada lingkungan itu. Suara suara kesederhanaan diambil dari dinamika bangsa yang real atau nyata di hadapan kita, bukan melalui mimpi.

Suara ini benar-benar keluar dari lubuk hati, sebagai makluk yang sosialita. Ketika berhadapan dengan dinamika yang benar-benar terjadi dan mengakibatkan luka yang mendalam. Suatu bangsa yang besar sewajarnya perlu untuk menata kehidupan masyarakatnya agar mampu hidup dalam kesejahteraan Tanpa menyebabkan ketimpangan di salah satu batang tubuh bangsa itu sendiri.

Ditinjau dari beberapa aspek kehidupan bernegara maka penulis ingin mengajak pembacanya untuk lebih melihat ke dalam, bahwasannya masih ada ketimpangan besar yang perlu untuk disikapi.


Minggu, 23 Juni 2024

Mimpi Tak Sampai

Judul

:

Mimpi Tak Sampai

Penulis

:

Eppy Manu

Penerbit

:

Citra Airiz

Tahun Cetak

:

2019

Halaman

:

90

ISBN

:

978-602-6388-1-1

Harga

:

Rp.50.000

Status

:

Kosong

 

Karya Antalogi Puisi kali ini, merupakan sebuah karya yang di dedikasikan untuk rakyat Indonesia secara umum, dan rakyat Nusa Tenggara Timur (NTT) secara khusus. Dalam karya-karya Antalogi Puisi kali ini, penulis mencoba menerawang dalam sanubari rakyat, bahwasannya masih banyak suara derita rakyat yang dibalut dalam cinta yang terpendam. Ada mimpi tak sampai, dan kisah merasuk dalam bintang batang pikiran anak bangsa. 

Penulis syair-syair berjudul Mimpi Tak Sampai adalah Eppy Manu, lahir tanggal 19 Oktober 1994 yang saat ini tinggal di Kota Kupang- Nusa Tenggara Timur. Tentu saja, dari tempat kelahirannya itu lah, Eppy Manu mengambil tentang poin-poin kehidupan masyarakat di NTT.

  

Filsafat Ilmu

Judul

:

Filsafat Ilmu

Penulis

:

Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S.

Penerbit

:

Prenada Media

Tahun Cetak

:

2022

Halaman

:

660

ISBN

:

978-623-384-179-5

Harga

:

Rp.190.000

Status

:

Kosong

 

Filsafat adalah istilah yang diterapkan dalam hampir semua bidang kehidupan. Beberapa pertanyaan mungkin mengungkapkan sikap umum ini: apa filosofi bisnis Anda? Apa filosofi perbankan? Apa filosofi Anda mengendarai mobil? Atau filosofi Anda tentang penggunaan uang? Pertanyaan-pertanyaan ini menggambarkan bahwa filsafat sangat memengaruhi seluruh aspek kehidupan kita. Inilah filsafat deskriptif, filsafat yang berusaha menggambarkan fungsi, tujuan, dan alasan keberadaan seseorang atau orientasi manusia terhadap “sesuatu”.

Dalam sains modern, tidak hanya terjadi akumulasi pengetahuan baru yang sangat cepat; teknik, metode, dan gaya berpikir juga telah banyak berubah dan terus berubah. Karena itu semakin tinggi pula tuntutan terhadap daya guna filsafat pada pemikiran teoretis secara umum. Di sini, terlihat bahwa, filosofi sains berkaitan dengan pemikiran tentang sains dalam perilaku yang digambarkan sebagai metafisika, epistemologis, etis, logis, dan estetis. Akibatnya, tidak salah juga, jika filsafat sains dapat dipahami sebagai pemeriksaan kritis terhadap asumsi, praktik, dan implikasi sains. Misalnya, minat filosofi sains untuk mencari jawaban atas pertanyaan seperti “apa itu sains?”, “Apa itu hukum ilmiah?”, dan “Apa tujuan sains?”.

Di sinilah, antara lain, setiap filsuf ilmu berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, dengan cara yang kritis, logis, dan rasional. Karena bagaimanapun juga, dalam filsafat ilmu, kita menemukan interaksi antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Juga, berpikir atau berfilsafat tentang hakikat keberadaan pemberian informasi pencarian ilmiah atau empiris untuk pengetahuan tentang realitas. Tanggapan yang dihasilkan oleh pencarian ilmiah untuk sifat eksistensi, apakah lulus atau tidak lulus, menjadi sasaran keras dari alat pemikiran kritis para filsuf, melalui argumentasi, logika dan analisis. 


Kamis, 20 Juni 2024

Malapetaka Nasional di Maumere

Majalah

:

TEMPO

Judul

:

Malapetaka Nasional di Maumere

No.

:

43 Tahun XXII

Tanggal Terbit

:

26 Desember 1992

ISSN

:

0226-4273

Halaman

:

108

Harga

:

Rp. 75.000

Status

:

Ada

 

Setelah gempa dahsyat disusul badai tsunami menerjang pulau itu Flores, barangkali lebih tepat disebut pulau yang sedang menderita. Empat kabupaten di sana, Sikka, Ngada, Ende dan Flores Timur, seakan berhenti berdetak.

Menurut catatan posko penanggulangan bencana di daerah itu, sampai akhir pekan lalu. Korban yang tewas sudah lebih dari 2.400 orang. Gempa dan gelombang tsunami itu mengakibatkan sekitar 18 ribu rumah hancur, 113 sekolah porak-poranda, 211 kantor rusak berat, 120 tempat ibadah -sebagian besar diantaranya gereja- tak lagi bisa dipakai, dan lima jalan utama lumpuh. Ini bukan lagi kepalang tanggung. Menurut taksiran sementara kerugian mencapai Rp. 200 milyar. Karena itu, ada yang bilang, kondisi kabupaten ini sekarang mundur ke Pelita pertama. Inilah gempa bumi dengan korban terbesar sepanjang serah republik ini. 


Rabu, 19 Juni 2024

Ritus Panjang untuk Simon

Judul

:

Ritus Panjang untuk Simon

Penulis

:

Martin Aleida

Penerbit

:

Somalaing - Jakarta

Tahun Cetak

:

2023

Halaman

:

107

ISBN

:

-

Harga

:

Rp.60.000

Status

:

Ada

 

Menjelang redupnya sinar matahari, dia bersiap-siap meninggalkan “rumah cadas” yang memberikan rahim perlindungan selama tiga tahun kepadanya. Simon menitikkan airmata ketika dia menatap goresan lancipnya pahat batu di dinding cadas. Jari-jemarinya meraba-raba mengikuti garis-garis yang menorehkan sosok dirinya yang sedang takzim bersila memangku istri, Fanni, dan anak tunggalnya, Juma. Perjuangan telah memisahkan hidup kita, perjuangan juga yang akan mempertemukan kita kembali, katanya di dalam hati seperti sedang mendeklamasikan sebuah puisi yang ditulis oleh entah penyair yang mana. Melainkan dirinya sendiri. Untaian kata-kata yang dia goreskan mengikuti seruan hati. Dia berangan-angan untuk sesuatu yang tak mungkin. Yang dengan cepat dia lupakan. Angan-angan berupa keinginan untuk membungkus satu-satunya lukisan dinding yang pernah diciptakan selama hidup. Menggelungnya di kain gendongan kiriman isterinya. Dengan hati yang enteng, Simon melangkah menuju celah pintu gua dengan selendang penggedongan bayi yang tersampir di bahunya. Selendang tanda mata dari istrinya, dengan warna-warni tenunannya yang sedikit pun tak luntur oleh waktu. (halaman 96-97)

  

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...