Judul |
: |
Gereja
Menyapa Manggarai |
Editor |
: |
Max
Regus PR & Kanisius Teobaldus Deki |
Penerbit |
: |
Yayasan
Theresia Pora Plate & Parrhesia Institute |
Tahun Cetak |
: |
2011 |
Halaman |
: |
317 |
ISBN |
: |
978-979-192-905-9 |
Harga |
: |
Rp. 96.000 |
Status |
: |
Ada |
Sebagai pemimpin Gereja Lokal Keuskupan Ruteng, kami dengan sepenuh hati menyambut baik penulisan buku Gereja Menyapa Manggarai ini. Seberapa pun terbatasnya bahan-bahan yang dikumpulkan dalam buku ini berkaitan dengan budaya dan pertumbuhan gereja di dalamnya. Ini menjadi usaha yang sangat baik untuk menemukan maksud kehadiran Gereja di daerah ini. Kita tidak menjalankan ambisi pribadi dan komunitas Kristiani melainkan menanamkan nilai-nilai keselamatan Ilahi dalam diri orang Manggarai dan seluruh kehidupannya. Semoga buku ini bermanfaat untuk kehidupan kita semua terutama untuk menyusun langkah-langkah baru ke tahap kehidupan berikutnya sebagai orang Katolik Manggarai. (Mgr. Dr. Hubertus Lateng – Uskup Keuskupan Ruteng)
Buku ini mengemukakan beberapa nilai budaya tradisional dalam masyarakat Manggarai, yang menentukan pandangan dan sikap hidup orang Katolik Manggarai. Adalah panggilan Gereja Katolik untuk menyambut dan mengembangkan pendekatan-pendekatan kritis-apresiatif terhadap nilai-nilai budaya lokal Manggarai, konkretnya, dalam kerangka transformasi masyarakat dan pengembangan teologi kontekstual. Dalam kaitan dengan harapan penting ini, kami mendukung dan menyambut baik penulisan buku ini. Mudah-mudahan buku ini dapat berguna bagi kita semua. (Johnny G. Plate, SE)
Torok-torok orang Manggarai yang dikumpulkan di sini merupakan doa-doa puitis. Mereka merupakan ekspresi pandangan orang Manggarai mengenai kehidupan sebagai manusia yang tidak dibatasi pada apa yang terlihat secara kasat mata dan yang dikalkulasikan dalam perhituangan para penguasa. Harapan, kerinduan dan keyakinan yang terungkap di dalam doa-doa ini adalah ekspresi cinta dan komitmen manusai Manggarai terhadap kehidupan individu dan kolektif. (Dr. Paul Budi Kleden SVD)
Manggarai tidak bisa dikaji dengan model Patronase Geertz (1963) yang Jawa-sentris. Patronase Manggarai bukan relasi yang dibangun secara kultural sehingga dengan mudah kita bisa berkesimpulan bahwa ia bagian dari kultur politik Manggarai. Patronase di Manggarai lebih merupakan Sistem Bosisme atau Sistem Orang Kuat Ketimbang patronase kultural Geertz. (Boni Hargens)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar