|
Judul |
: |
Kako Lami Angalai?ꓽ
Riwu Ga, 14 Tahun Mengawal Bung Karno |
|
Penulis |
: |
Peter
A. Rohi |
|
Penerbit |
: |
PT.
Koran Indonesia Utama |
|
Tahun
Cetak |
: |
2004 |
|
Halaman |
: |
137 |
|
ISBN |
: |
- |
|
Harga |
: |
- |
|
Status |
: |
Kosong |
Nun jauh di tengah hutan gewang. lelaki tua itu mengayunkan paculnya, membenamkan dalam-dalam ke kulit bumi. Sejengkal demi sejengkal tanah terbelah dan ketika panas matahari makin menyengat, ia merebahkan tubuhnya di bayang- bayang pohon. Sambil bersandar di pohon itu ia memandang ke atas, melihat daun-daun gewang yang tertiup angin dan menimbulkan suara alam yang begitu merdu, sementara aneka burung beterbangan di atas kepalanya. Indah, indah sekali. Itu pula ucapan pertama yang keluar dari mulutnya, ketika penulis menemuinya di ladang itu. Tak seorang pun tahu, lelaki tua itu sesungguhnya menyimpan banyak sejarah republik ini. Bahkan dalam hal-hal yang paling misterius sekali pun, berkaitan dengan keselamatan Bung Kamo dan Proklamasi Kemerdekaan.
Sementara semua desa dan kota sedang merias diri menyambut 50 Tahun Indonesia Merdeka, rumah ladang Riwu yang dinding dan atapnya terbuat dari daun gewang itu, sepi. "Merah Putih itu ada di hati ini," kata Riwu. Para pejabat di sana, camat, bupati dan gubernur NTT sama sekali tak mengenal Riwu dan peranannya. Tetapi Riwu tidak menyesalkannya.
Riwu kembali menerawang memandangi burung-burung beterbangan di atas kepalanya. Daun gewang yang diterpa angin menimbulkan irama merdu dan di kuping Riwu seakan-akan bunyi itu membawa senda gurau Bung Kamo, "angalai kako la mi" (Sahabat mau kemana). Saya telah memilih hidup di ladang jagung, di tengah hutan gewang, jauh dari kebisingan manusia menikmati kemerdekaan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar