Judul
|
:
|
Atlas
Pelabuhan-Pelabuhan Bersejarah di Indonesia
|
Penyunting
|
:
|
Endjat Djaenuderadjat
|
Penerbit
|
:
|
Direktorat Sejarah
dan Nilai Budaya – Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI
|
Tahun Cetak
|
:
|
2013
|
Halaman
|
:
|
352
|
ISBN
|
:
|
978-602-17497-5-3
|
Harga
|
:
|
NFS
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Sebagai negara dengan luas laut lebih dari dua per tiga dari luas
daratannya, Indonesia merupakan negara maritim. Dengan demikian sebetulnya ada
banyak aspek kemaritiman yang sangat mempengaruhi kehidupan penduduknya. Sumber
sejarah dan karya-karya sejarah sudah menunjukkan tentang begitu ramainya dunia
kurun niaga yang sudah terjadi di kawasan perairan Nusantara. Dinamika
pelayaran dan perdagangan sejak awal abad masehi sudah berkembang sangat pesat
dan ramai. Bahkan Indonesia waktu itu juga sudah menjadi daerah yang ramai
dikunjungi oleh para pedagangdari macanegara untuk mendapatkan rempah-rempah,
kapur barus, kayu cendana dan lain-lain komoditas yang dibutuhkan di luar
negeri. Dalam dinamika pelayaran dan perdagangan tersebut, kapal dan perahu
dagang dari seluruh Nusantara dan mancanegara hadir dan singgah di banyak
pelabuhan di Nusantara. Di sinilah letak arti penting pelabuhan-pelabuhan di
Indonesia di masa lalu dalam mendukung dinamika pelayaran dan perdagangan,
karena dengan mengikuti sistem waktu itu kapal-kapal dan perahu dagang
membutuhkan tempat persinggahan.
Atlas Sejarah Pelabuhan-Pelabuhan Bersejarah di Indonesia ini berisi
gambaran tentang dinamika sejarah pelabuhan-pelabuhan di Indonesia sejak masa
kuno (Periode Hindu-Budha) hingga masa colonial Hindia Belanda pada abad ke-19.
Buku ini menyajikan sejarah dinamika pelabuhan-pelabuhan di Indonesia sekaligus
juga memuat pemetaan lokasi-lokasi pelabuhan tersebut, sekaligus juga pemetaan
tentang jaringan pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan
pelabuhan-pelabuhan di seluruh Indonesiadan dengan kawasan dunia.
Di antaranya adalah Perebutan Kawasan Perdagangan Maritim dan
Pelabuhan-Pelabuhan di Kawasan Laut Sawu sejak Abad XVII-XIX.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar