Judul |
: |
Indonesia
Indah, Kain-Kain Non – Tenun Indonesia Buku ke-4 Seri Penerbitan Buku “Indonesia
Indah” Mengenai Latar Belakang Kehidupan Bangsa Indonesia Adat Istiadat dan
Seni Budayanya |
Tim Penulis |
: |
H.
Harmoko dkk. |
Penerbit |
: |
Yayasan
Harapan Kita – BP3 Taman Mini Indonesia Indah |
Tahun Cetak |
: |
1995 |
Halaman |
: |
315 |
ISBN |
: |
979-8735-03-X |
Harga |
: |
Rp. 200.000 |
Status |
: |
Ada |
Salah
satu kekayaan budaya bangsa kita adalah seni kerajinan rakyat yang terdapat diberbagai
daerah di kepulauan Nusantara. Seni kerajinan rakyat ini terutama berkaitan
dengan kehidupan dan kebutuhan hidup rakyat sehari-hari.
Berkenan
dengan seni kerajinan rakyat kita mengenal tenunan. Masing-masing daerah
mempunyai corak sendiri-sendiri. Kerajinan tenun ini sudah banyak dikenal
orang. Tetapi di samping kerajinan tenun juga terdapat kerajinan bukan tenun. Tampaknya,
bukan tenun ini lebih tua usianya dibanding kerajinan itu sendiri. Sebagai halnya kerajinan
tenun, maka kerajinan bukan tenun inipun terdapat diberbagai daerah di Tanah
Air kita. Kerajinan bukan tenun mempunyai nilai seninya sendiri. Kerajinan jenis
ini perlu kita kenali lebih jauh dan kita perkenalkan kepada masyarakat (Ibu
Tien Soeharto).
Pada bagian buku ini terdapat informasi terkait dengan jenis kain Sumba. Jenis kain adat yang dinilai tinggi adalah hinggi (selimut pria) dan lau (selimut wanita). Kain-kain tersebut kini dikenal pembuatannya melalui teknik tenun ikat lungsi yang diperkaya dengan pahikung (teknik lungsi tambah). Namun jauh sebelum mengenla teknik menenun, kain-kain di Sumba terbuat dari lembar-lembar kulit kayu. Bahan kain kulit kayu ini sebagian besar diperoleh dari pohon kambala, juga pohon huama. Oleh karena itu kain-kain kulit kayu ini lebih dikenal dengan nama kain kambala.
Kain-kain kulit kayu kini telah amat jarang dijumpai. Agaknya setelah kebudayaan membuat tenunan, dan kemudian tenun ikat, diperkenalkan kepada masyarakat Sumba, produksi dan penggunaan kulit kayupun lambat laun tehenti. Dewasa ini kain Kambala hanya dibuat dan di tawar-tawarkan kepada pihak-pihak tertentu, seperti para kolektor kain dan wisatawan. Salah satu daerah yang masih menghasilkan kain Kambala adalah desa Pamboatanjara, di wilayah Wairinding, Sumba Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar