Judul |
: |
Di Atas Bumi Seperti di Dalam Langit:
Mempertimbangkan Astronomi Budaya Reba Ngada |
Penulis |
: |
Josef San Dou |
Penerbit |
: |
Ledalero |
Tahun Cetak |
: |
2023 |
Halaman |
: |
240 |
ISBN |
: |
978-623-6724-30-9 |
Harga |
: |
Rp. 125.000 |
Status |
: |
Ada |
Ritus perayaan Reba masyarakat
Ngada tidak berlangsung dalam suatu kevakuman, tetapi dalam suatu kerangka
waktu, ruang, kosmos dan arsitektur tertentu. Buku ini mencoba melihat konteks
waktu, ruang, kosmos dan arsitektur tersebut – khususnya dari perspektif
astronomi budaya Ngada – bukan saja menyangkut kaitan antara pelaksanaan ritus
perayaan Reba dengan perubahan bentuk dan letak benda-benda langit,
tetapi juga proses pembumian kosmos dan benda-benda langit tersebut ke dalam
elemen-elemen budaya Ngada yang pada gilirannya menjadi ruang dan waktu
perayaan Reba tersebut seperti arsitektur rumah adat, kampung adat,
pakaian adat, ritus-ritus dan mitos-mitos mereka.
Berupaya menggali kearifan dan kebijaksanaan lokal untuk mengkontribusi terhadap gerakan global pelestarian alam, buku ini mencoba melihat bagaimana pengamatan yang cermat atas perubahan bentuk dan letak benda-benda langit menjadi referensi bagi penyelenggaraan dan perayaan kehidupan bersama, termasuk perayaan Reba. Secara khusus buku ini mengedepankan beberapa kajian berikut: Pertama, perayaan Reba sangat erat berkaitan dengan fase-fase bulan, khususnya fase-fase bulan dalam kurun waktu yang disebut Repa yakni dari bulan baru (wula mata/wula mese/wula seli) di mana bulan tidak kelihatan selama dua atau tiga malam, sampai ke bulan purnama (wula gili, wula gili moli, wula pepe li’e, wula dara gesa); kedua, seperti dikemukakan oleh Paul Arndt, SVD, perayaan Reba Ngada berkaitan dengan kurun waktu “ketika matahari berada dalam posisi paling selatan dalam bulan Desember sampai saat matahari berada pada posisi paling tinggi dalam bulan Maret”; dan ketiga, perayaan Reba Ngada berkaitan dengan kembalinya atau terbitnya bintang Dala Ko (Pleiades) pada sekitar solstice Desember yang bertepatan dengan tenggelamnya bintang Wawi Toro (Antares) di rasi bintang Scorpio juga bertepatan dengan kedatangan angin barat yang mengawali musim hujan (wula rute) di wilayah Ngada. Konjungsi benda-benda langit di atas pada awal bulan Desember menjadi konteks waktu perayaan Reba Ngada.
Pembumian benda-benda langit tersebut nampak dalam penataan elemen-elemen kosmos tersebut ke dalam elemen-elemen budaya Ngada seperti arsitektur rumah adat, kampung adat, pakaian adat, ritus-ritus dan mitos-mitos mereka yang pada gilirannya membentuk ruang di mana perayaan Reba tersebut dilaksanakan setiap tahun. Pembumian tersebut nampak pula dalam enam wilayah geografis adat atau geomitologis perayaan Reba Ngada. Menurut Mircea Eliade penataan elemen-elemen kosmos sekitar pusat atau tiang poros tertentu, seperti Ngadhu, adalah proses kosmotisasi dan konsekrasi sesuai dengan kehendak Wujud Tertinggi. Dalam perayaan Reba, manusia dan kosmos semesta menyatu dalam irama yang sama. Di Atas Bumi Seperti Di Dalam Langit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar