Minggu, 30 April 2017

Antropologi Budaya

Judul
:
Antropologi Budaya
Penulis
:
Drs. Hans Daeng
Penerbit
:
Nusa Indah
Tahun Cetak
:
2004
Halaman
:
235
ISBN
:
979-429-227-3
Harga
:
Rp. -
Status
:
Kosong

Manusia hidup dalam alam lingkungan yang berbeda-beda. Ini semua menjadi tantangan atau pertanyaan buat manusia. Manusia harus menjawab aatau menyelesaikan persoalan yang ada. Jawaban yang diberikan manusia terhadap alam lingkungan dan pengalaman hidup adalah kebudayaan. Semakin mirip alam lingkungan dan pengalaman bisa semakin mirip kebudayaannya.

Alam lingkungan Eropa berbeda dengan alam dan lingkungan Indonesia. Kebudayaan pun berbeda pula. Tetapi bagaimanapun ada unsur-unsur yang ada dalam kebudayaan biar sedikit sekali masih ada kesamaan.

Indonesia sebagai negeri yang terdiri dari banyak pulau, dengan keindahan alam yang bervariasi melahirkan satu kebudayaan yang memiliki keragaman. Buku Antropologi Budaya ini berbicara tentang keanekaragaman budaya Indonesia. Membaca buku ini sama dengan menikmati ladang budaya yang segar memukau, membuat kita terhenyak betapa kayanya Kau Pertiwiku.

Buku ini memang ditulis sudah lama khusus untuk siswa-siswi SMA yang mendapat pelajaran Antropologi. Tetapi siapa saja yang membaca buku ini pasti sangat ditolong untuk lebih mengenal budaya bangsa dan mencitainya.

Kamis, 27 April 2017

Menggaris dari Pinggir

Judul
:
Menggaris dari Pinggir, Kumpulan Esai
Penulis
:
Elvan De Porres
Penerbit
:
Malkas Media
Tahun Cetak
:
2017
Halaman
:
102
ISBN
:
978-602-6515-13-1
Harga
:
Rp. 50.000
Status
:
Ada

“Membaca buku ini adalah membaca realitas. Tema-tema yang diangkat Elvan De Porres merupakan tema saat ini, yang dibicarakan dimana-mana. Tapi, Elvan juga menunjukkan bahwa yang diangkatnya adalah masalah abadi, sebetulnya, hanya obyek yang dipakainyalah yang disesuaikan dengan yang ditemuinya saat sekarang. Ini jelas terlibat dari penggalan-penggalan kejadian atau pemikiran masa lalu yang tersinkronisasi dengan peristiwa sekarang. Tema yang melompoat-lompat, dari masalah agama dan Hak Asasi Manusia, kemudian beralih ke soal sirkumstansial seperti sepak bola dan Bob Marley, awalnya tampak seperti gado-gado, sulit menemukan satu ketunggalan, namun ini menggambarkan bagaimana riuh rendah hal-hal yang ada dalam kehidupan kita, saling silang pasal perkara yang masuk dalam pukiran manusia. Kita melompat dari satu hal ke hal lain dan Elvan menjadikannya laik untuk dipikirkan, sesingkat pun itu. Apalagi dibalutnya dengan filsafat. Menimbang usianya yang masih sangat muda, kehadiran Elvan bisa jadi perwakilan generasi milenial yang tak sekedar gaduh tapi juga bertafakur.” (Valentino Luis, Pejalan dan Penulis)

“Elvan De Porres seorang penulis yang energik dan punya minat luas. Meski mendekati tulisannya dengan tema filsafat, dia bisa tetap lincah, misalnya ketika membahas sukses Sadiq Khan menjadi walikota London atau saat mengulas cerpen Gabriel Garcia Marques, Death Constant Beyond Love. Semangat humanisme pada tulisannya membuat saya kagum.” (Philipus Parera, Redaktur Pelaksana Desk Investigasi Tempo) 

Verge on Voyage Lombok & Flores


Judul
:
Verge on Voyage Lombok & Flores
Penulis
:
Ruben Kristianto
Penerbit
:
PT. Elex Media Komputindo
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
114
ISBN
:
978-602-02-8970-0
Harga
:
Rp. 75.000
Status
:
Kosong


Verge on berarti "di ambang" atau "hampir" dan voyage berarti "berlayar" dan "travel by water". Lombok dan Flores merupakan pulau yang letaknya saling berdekatan dan tidak jauh (ditengahi oleh pulau Sumbawa Besar). Lombok dan Flores dapat dinikmati berseberangan dan dapat diseberangi dengan mudah. Pengalaman menjelajahi Lombok dan Flores dengan berbagai cerita dan tip serta foto-foto menakjubkan dalam buku ini yang akan membuat Anda tak sabar untuk melakukan perjalanan serupa di Lombok dan Flores.

Selasa, 25 April 2017

Kicauan Tak Terdengar, Penggalan Memoar Seorang Aktivis

Judul
:
Kicauan Tak Terdengar, Penggalan Memoar Seorang Aktivis
Penulis
:
Bernadus Barat Daya
Penerbit
:
WR
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
364
ISBN
:
978-602-6934-25-3
Harga
:
Rp. 50.000 -
Status
:
Ada

“Saya mengenal penulis cukup lama. Dus Daya adalah sosok yang memiliki semangat juang tinggi. Dan itulah yang saya kagumi darinya. Saya yakin ia masih memiliki sejuta mimpi yang ingin diwujudkannya entah untuk kampung halaman maupun bagi Indonesia. Saya kira, sekarang ini Dus Daya sedang menyusun langkah itu setapak demi setapak. Bagi saya, Dus Daya adalah aset bagi Manggarai Barat sekaligus aset Indonesia. Hanya orang tangguh yang dapat memenangkan persaingan dan hanya orang yang setia pada integritas dirilah yang akan selalu mendapat kepercayaan baik untuk perkara besar. Selamat berjuang Dus, sukses selalu untukmu.” (Sebastian Salang, Koordinator FORMAPPI-Jakarta)

“Bernadus Barat Daya, ternyata bukan hanya seorang politisi, tetapi juga seseorang dengan ragam talenta. Sebanjaran penamaan berikut bisa menjelaskan sikap, posisi epistemic dan perannya: Dus adalah seorang penulis, sekaligus intelektual, tokoh adat, aktivis gereja, penikmat sastra, budayawan, pendidik, tokoh muda, petualang dan bahkan juga seorang petani. Dus adalah seorang kreator. Seorang penyulut sekaligus penjaga api idealisme perubahan. Ia ditentang oleh kemapanan dan dibungkam secara berulang kali. “Kicauan Tak Terdengar” dengan demikian adalah eufemisme yang cerdas untuk melukiskan bahwa di hadapan dan dalam kebobrokan, kebenaran biasanya disalahkan bahkan ditendang keluar gelanggang. Tetapi sekali lagi, jika cara hadir, cara berada dan berke-ada-an seorang Dus begitu menggerakkan. Memberi daya dan energi kepada siapapun, mulai dari lingkup yang terkecil sampai ke pentas sosial dan politik (ruang publik). Jika demikian halnya, masihkah kicauan ini tak terdengar.?” (Kris da Somerpes, Sunspirit)

“Bung Bernad bergerak aktif dan memimpin perjuangan pemekaran Kabupaten Mabar, bahkan dengan ongkos yang tak ringan yakni masuk penjara. Buat saya, yang mengenal cukup intens perjalanan hidup bung Bernad, sikap politik yang gagah demikian terus kita butuhkan, pada skala lokal maupun nasional, dalam membangunkan bangsa ini dari siuman panjang yang terlelap dalam dekap kekuasaan despotik, korup dan angkuh. Bung Bernad, pada titik ini, saya kira masih sangat dibutuhkan komitmen lanjutan untuk kembali berjuang. Bagi seorang pejuang, ilmu tinggi dan amal besar hanya bisa dibuktikan di medan laga nyata sebagaimana yang selama ini sudah dirawat dan ditekuni sebagai rangkaian inti dari titik-titik kisar perjalanan seorang Bernadus Barat Daya. Sebagai seorang kawan, saya menyambut dengan antusias dan penuh apresiasi atas terbitnya “risalah politik” ala aktivis sejati ini.” (Robert Endi Jaweng, Direktur Eksekutif KPPOD-Jakarta)

Senin, 24 April 2017

Pede Skandal Korporasi, Rakyat Lawan Penguasa!

Judul
:
Pede Skandal Korporasi, Rakyat Lawan Penguasa!
Penulis
:
Bernadus Barat Daya & Peter Dabu
Penerbit
:
Yayasan Komodo Indonesia (YAKOMINDO)
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
430
ISBN
:
978-602-60620-0-0
Harga
:
Rp. 70.000
Status
:
Ada

Perjuangan Pantai Pede adalah pergesekan antara kepentingan komunitas umum, berhadapan dengan kepentingan ekonomi segelintir orang yang menunggang kebijakan negara dan pemerintah daerah di satu sisi. Kelompok diaspora dan penjaga “likang” memang perlu sinergi guna mencapai kemanfaatan tertinggi bagi semakin banyak orang dan dalam berbagai aspek. Buku ini setidaknya memuat catatan perjalanan dari pertarungan ide dan kepentingan itu. Saya menyambut baik penerbitan buku ini. *Agustinus Dawarja (Advokat-Lexregis-Jakarta)

Sudah 13 tahun (2003-2016) rakyat dan Pemkab Mabar menunggu penyerahan aset tanah pantai Pede dari Gubernur NTT sesuai amanat UU No. 8/2003. Namun Gubernur tak pernah memedulikannya. Ia bahkan menyerahkan pengelolaan Pantai Pede kepada pihak swasta. Rakyat pun melawan kebijakan Gubernur itu selama 5 tahun (2012-2016). Sebagai Dewan Perwakilan Daerah NTT, saya merasa terpanggil untuk berjuang bersama rakyat. Melalui proses mediasi di tingkat pemerintah pusat, akhirnya Presiden melalui Mendagri telah mengeluarkan surat perintah kepada Gubernur untuk menyerahkan aset tanah Pede kepada Pemkab Mabar. Dan itu perintah final yang harus dipatuhi oleh siapa pun. *Adrianus Garu (Anggota DPD RI Dapil NTT)

Skandal tanah Pede di Labuan Bajo adalah contoh karut-marut pelaksanaan otonomi daerah yang disalahgunakan, baik tingkat provinsi maupun kabupaten. Arogansi Gubernur dan Bupati yang menganggap diri “raja kecil” karena dipilih rakyat dengan raihan suara terbanyak, berani bersikap konyol menabrak UU. Arogansi dan perselingkuhan kepentingan antara Gubernur dan Bupati, dimanfaatkan oleh korporasi. Perilaku buruk ini mendapat perlawanan dari rakyat. Gereja Katolik, aktivis Koalisi Pede, mahasiswa, LSM dan masyarakat sipil lainnya menolak tegas privatisasi pantai Pede. Perjuangan menolak privatisasi Pantai Pede, adalah contoh betapa para pahlawan di daerah tetap bertahan pada hati nurani dan pikiran yang waras. *Yohanes Sehandi (Dosen dan Penulis Buku)
Perjuangan menegakkan kebenaran, niscaya melewati masa yang panjang dan mempertaruhkan segalanya. Bahkan, nyawa kerap terancam ketika perjuangan itu berhadapan dengan kekuatan gurita skandal kejahatan penguasa. Kekuasan menjadi semakin zalim ketika ia ‘berhala’ pada korporasi. Dalam pusaran seperti ini, kehadiran pribadi-pribadi yang militan serta berhati bening merupakan keniscayaan dan Pede adalah saksi yang hidup dan nyata. *Robertus Pelita, Pr (Vikep Labuan Bajo)

Perjuangan rakyat Mabar mempertahankan Pantai Pede, perlu kita apresiasi dan dijadikan model bagi daerah lain di NTT. Rakyat, juga telah berhasil membongkar modus korupsi baru dalam kemasan kerjasama “Bangun Guna Serah” yang melawan hukum. Mendagri telah memerintahkan Gubernur untuk menghentikan privatisasi dan segera menyerahkan Pantai Pede kepada Pemkab Mabar. Tugas kita sekarang; mengawal proses penyerahan itu, sekaligus mendorong mereka yang terlibat ke KPK untuk diproses hukum. Saya dukung perjuangan rakyat untuk mengembalikan kehormatan, harkat dan martabatnya sebagai Tuan Tanah dan pemangku kepentingan yang tengah dirampas oleh penguasa dan pengusaha dengan berbagai dalih dan dalilnya. *Petrus Salestinus (Advokat Senior?Ketua TPDI)

Selasa, 18 April 2017

Ekonomi-Uma, Penerapan Adat dalam Dinamika Ekonomi Berbasis Kekerabatan

Judul
:
Ekonomi-Uma, Penerapan Adat dalam Dinamika Ekonomi Berbasis Kekerabatan
Penulis
:
Jacqueline Vel
Penerbit
:
HuMa-Jakarta, Van Vollenhoven Institute-Leiden University, KITLV-Jakarta
Tahun Cetak
:
2010
Halaman
:
386
ISBN
:
978-602-8829-00-7
Harga
:
Rp. 150.000
Status
:
Ada

Ekonomi-Uma adalah sebuah sistem ekonomi tradisional berbasis kekerabatan. Kata ‘uma’ berarti rumah dalam bahasa daerah di Sumba, dan kerabat yang berasal dari satu rumah merupakan ‘Uma’ dalam arti kesatuan sosial yang inti buku ini relevan dibaca sehubungan dengan makin mencuatnya kesadaran akan identitas lokal sejak reformasi dan otonomi daerah. Sudah tiba waktunya memunculkan sebuah buku mengenai budaya dan ekonomi lokal yang menjelaskan bagaimana kegiatan untuk meningkatkan ekonomi lokal dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menjawab cara berpikir lokal tradisional. Buku ini penting bagi penentu kebijakan dan peneliti yang ingin mengerti prilaku, cara berpikir, peraturan dan kewajiban masyarakat perdesaan dan dampak sosial dari intervensi yang dibawa oleh pihak luar, bukan saja di Sumba, tetapi juga didaerah lain.

Buku ini adalah terjemahan baru dari buku asli The Uma-Economy: Indigenous economics and development work ini Lawonda, Sumba (Eastern-Indonesia) yang didasarkan pada penelitian pada tahun 1980-an, dan telah 12 tahun diterbitkan dan beredar. Ekonomi-Uma itu telah berakar di dalam cara berpikir dan perilaku budaya yang masih ada sekarang, meskipun dalam bentuk yang lebih modern sehingga buku ini tetap relevan untuk menjelaskan situasi kekinian di Sumba. Ekonomi-Uma menjelaskan penerapan hukum lokalsebagai pencapuran antar hukum adat, hukum agama dan hukum negara, serta menunjuk jangkauan hukum dan akses keadilan bagi warga masyarakat yang tercermin di dalam sistem ‘moralitas pertukaran’, jejaring sosial, tatanan peringkat pertukaran barang dan jasa, dan transaksi  berdasarkan resiprositas. Di tengah-tengah keunikan kekayaan budaya dan adat-istiadat ‘tana Humba’, tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat Sumba adalah peliknya kemiskinan dan pemiskinan. Berdasarkan pengalamannya melakukan kegiatan bersama masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat di Sumba (1984-1990), penulis menggambarkan kiat-kiat serta upaya tradisional maupun kontemporer masyarakat lokal menghadapi tantangan ini. Ia juga menggugah kepedulian pembaca untuk ‘apa yang dapat kita kerjakan bersama’ demi menggulirkan pemberdayaan masyarakat.


Senin, 17 April 2017

Atlas Tematik Kabupaten Manggarai Barat

Judul
:
Atlas Tematik Kabupaten Manggarai Barat
Penulis
:
Eka Susi S., Nur Fitriana S., M. Rofi, Retno Hastuti
Penerbit
:
Intan Pariwara
Tahun Cetak
:
2013
Halaman
:
84
ISBN
:
979-28-1594-8
Harga
:
Rp. 95.000
Status
:
Kosong

Kabupaten Manggarai Barat, yang akrab disapa dengan singkatan Mabar ini terletak di bagian barat Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten yang lahir dari pemekaran wilayah administratif Kabupaten Manggarai melalui Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 8 Tahun 2003 ini beribu kota di Labuan Bajo.

Keberadaan Taman Nasional Komodo (TNK) di Kabupaten Manggarai Barat menjadi keunikan yang sangat mendunia. Ya, selain satwa komodo yang berada di taman nasional yang telah ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia ini, pantai di kawasan TNK memiliki kehidupan bawah laut yang cantik, baik ragam terumbu karang maupun fauna bawah laut.

Dalam rangka membuka wawasan kedaerahan dan potensi Kabupaten Manggarai Barat, serta sarana pembelajaran akan aspek kewilayahan diperlukan perangkat yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan kebutuhan tersebut, kami menghadirkan Atlas Tematik Kabupaten Manggarai Barat. Beragam keistimewaan kami persembahan dalam Atlas Tematik Kabupaten Manggarai Barat ini sehingga buku ini layak menjadi referensi mengenal Kabupaten Manggarai Barat. Uraian tentang Kabupaten Manggarai Barat disertai peta-peta tematik disajikan dalam buku ini. Sajian tersebut antara lain sebagai berikut:
  • Peta tiga dimensi (Shuttle Radar Topography Mission atau SRTM) yang memberikan gambaran topografi wilayah Kabupaten Manggarai Barat.
  • Profil Kabupaten Manggarai Barat, mulai dari posisi geografis, sejarah, lambang dan identitas daerah, serta potensi daerah.
  • Wilayah administrasi Kabupaten Manggarai Barat serta uraian kondisi dan potensi sepuluh kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat.
  • Kondisi geografis wilayah Kabupaten Manggarai Barat meliputi persebaran topografi, klimatologi, hidrologi, serta geologi dan jenis tanah.
  • Kondisi seni budaya Kabupaten Manggarai Barat meliputi suku dan bahasa, kesenian tradisional,senjata tradisional, dan rumah adat.
  • Kondisi sosial Kabupaten Manggarai Barat meliputi kependudukan, keagamaan, pendidikan, serta kesehatan.
  • Sumber daya wilayah meliputi sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan, perdagangan, industri dan kerajinan, serta transportasi.
  • Potensi wisata berikut uraian mengenai objek wisata yang menarik.
Dengan informasi-informasi di atas, buku ini layak menjadi buku pegangan sekaligus buku penunjang menguasai pengetahuan lokal (Local Knowledge). Pengetahuan lokal tersebut dapat digunakan sebagai bekal penting untuk mengenal dan mengembangkan potensi daerah, khususnya wilayah Kabupaten Manggarai Barat.

Minggu, 16 April 2017

Jazz, Parfum, dan Insiden

Judul
:
Jazz, Parfum, dan Insiden
Penulis
:
Seno Gumira Ajidarma
Penerbit
:
Bentang Pustaka
Tahun Cetak
:
2017
Halaman
:
187
ISBN
:
978-602-291-307-8
Harga
:
Rp. 60.000
Status
:
Ada

Jazz, Parfum, dan Inside
n -diterbitkan kali pertama pada 1996- merupakan karya sastra pertama yang berani mengangkat horor pendudukan militer di Timor Timur. Ketika pemerintah membungkam media massa untuk mengangkat kasus di Dili tersebut, buku ini tampil sebagai karya kritis yang mampu lolos dari sensor pemerintah. Bermain antara berita dan cerita, novel ini menghadirkan apa yang saat itu tabu untuk dibicarakan.

Inilah karya Seno Gumira Ajidarma yang telah mengubah wajah sastra dan politik Indonesia untuk selamanya.
***

Cara memandang Seno -juga caranya menulisa- adalah sesuatu yang baru dalam sastra Indonesia. Jazz terdiri dari pergantian peristiwa cinta dan gairah yang berlangsung dengan cepat dan berlalu begitu saja. Hal ini berlawanan dengan bagian-bagian yang bercerita tentang kekerasan militer yang brutal, dilakukan oleh para tentara yang tak ternamai dan tak terlihat. Konteks semacam ini, bagaimanapun, sangat jelas bagi pembaca Indonesia yang punya pengetahuan mendalam atas lingkungannya. Seno menulis dengan jernih, langsung, dan mematahkan banyak aturan-aturan sastra, membuatnya sulit untuk dimasukkan dalam kotak-kotak tertentu. Jazz adalah karya yang seimbang, jujur, dan penulisnya seperti tidak terlalu peduli dengan kecenderungan sastra.” (Andy Fuller) Peneliti sastra dan sepakbola Universitas Melbourne, pengelola readingsideways.net.

Saksi Mata

Judul
:
Saksi Mata
Penulis
:
Seno Gumira Ajidarma
Penerbit
:
Bentang Pustaka
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
155
ISBN
:
978-602-291-190-6
Harga
:
Rp. 55.000
Status
:
Ada

Buku Saksi Mata edisi terbaru ini berisi enam belas cerpen tentang perjuangan manusia untuk mempertahankan atau menyempurnakan kemanusiaannya. Lewat berbagai kasus konflik berdarah, teror ambruknya harapan dan kesepian mencekam. Seno Gumira Ajidarma melukiskan bagaimana perjuangan itu sungguh tidak ringan, bahkan terlampau berat bagi siapa pun. Lebih-lebih bagi manusia yang berada di tengah pusaran konflik itu sendiri.

Semua cerpen yang dikumpulkan dalam buku ini pernah dimuat secara luas di media massa. Upaya kami untuk menerbitkan dalam bentuk kumpulan cerpen adalah dilandasi oleh maksud agar cerpen-cerpen yang memiliki tema dasar sama ini dapat dinikmati secara lebih utuh. Selain itu, penerbitan ini juga mengandung maksud ikut menyemarakkan sastra, sebagai alternatif ekspresi masyarakat dalam upaya memahami dirinya sendiri

Hari-hari itu saya memikirkan harga jiwa manusia. Saya menulis cerita dengan semangat perlawanan, untuk melawan ketakutan saya sendiridan bersyukur telah mendapat pilihan untuk melakukannya. Penguasa datang dan pergi. Cerita saya masih ada.

Sabtu, 15 April 2017

Demi Keadilan dan Perdamaian, DOM CARLOS FILIPE XIMENES BELO, SDB Uskup Dioses Dili – Timor Timur

Judul
:
Demi Keadilan dan Perdamaian, DOM CARLOS FILIPE XIMENES BELO, SDB Uskup Dioses Dili – Timor Timur
Penyunting
:
Peter Tukan & Domingos de Sousa
Penerbit
:
Komisi Keadilan & Perdamaian Dioses Dili & Sekretariat Keadilan dan Perdamaian KWI
Tahun Cetak
:
1997
Halaman
:
474
ISBN
:
979-95191-0-1
Harga
:
Rp. 100.000
Status
:
Ada

Buku ini tidak disusun secara tematis pikiran dan pandangan Uskup Belo, tetapi secara kronologis agar pembaca dapat mengikuti secara seksama pikiran, pandangan dan sikapnya mengenai kehidupan sosial-bermasyarakat dan keagamaan dari waktu ke waktu. Dengan demikian, kita sendiri dapat membuat grafik pemikiran Uskup Belo dalam satu rentang waktu antara tahun 1983-1995.

Terjemahan naskah bahasa Portugis menganut asas: “Seharfiah mungkin, sebebas perlu”. Oleh karena itu gaya bahasa kuria keuskupan tetap terasa, walaupun seringkali kalimat yang panjang dipenggal-penggal agar lebih mudah dimengerti.

Pikiran, pandangan dan sikapnya tentang hidup kemasyarakatan, keagamaan walaupun disampaikannya pada dua belas tahun yang lampau tetapi masih tetap relevan, karena banyak paham dan gagasan yang belum diketahui apalagi dihayati dan diamalkan oleh umatnya sendiri. Buku ini merupakan sumber inspirasi yang kaya untuk mengembangkan pemikiran baru, yang mempunyai jangkauan masa depan yang jauh.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...