Judul
|
:
|
Kicauan Tak
Terdengar, Penggalan Memoar Seorang Aktivis
|
Penulis
|
:
|
Bernadus Barat
Daya
|
Penerbit
|
:
|
WR
|
Tahun Cetak
|
:
|
2016
|
Halaman
|
:
|
364
|
ISBN
|
:
|
978-602-6934-25-3
|
Harga
|
:
|
Rp. 50.000 -
|
Status
|
:
|
Ada
|
“Saya mengenal penulis cukup lama.
Dus Daya adalah sosok yang memiliki semangat juang tinggi. Dan itulah yang saya
kagumi darinya. Saya yakin ia masih memiliki sejuta mimpi yang ingin
diwujudkannya entah untuk kampung halaman maupun bagi Indonesia. Saya kira,
sekarang ini Dus Daya sedang menyusun langkah itu setapak demi setapak. Bagi
saya, Dus Daya adalah aset bagi Manggarai Barat sekaligus aset Indonesia. Hanya
orang tangguh yang dapat memenangkan persaingan dan hanya orang yang setia pada
integritas dirilah yang akan selalu mendapat kepercayaan baik untuk perkara
besar. Selamat berjuang Dus, sukses selalu untukmu.” (Sebastian Salang,
Koordinator FORMAPPI-Jakarta)
“Bernadus Barat Daya, ternyata bukan
hanya seorang politisi, tetapi juga seseorang dengan ragam talenta. Sebanjaran penamaan
berikut bisa menjelaskan sikap, posisi epistemic dan perannya: Dus adalah
seorang penulis, sekaligus intelektual, tokoh adat, aktivis gereja, penikmat
sastra, budayawan, pendidik, tokoh muda, petualang dan bahkan juga seorang
petani. Dus adalah seorang kreator. Seorang penyulut sekaligus penjaga api
idealisme perubahan. Ia ditentang oleh kemapanan dan dibungkam secara berulang
kali. “Kicauan Tak Terdengar” dengan demikian adalah eufemisme yang cerdas
untuk melukiskan bahwa di hadapan dan dalam kebobrokan, kebenaran biasanya
disalahkan bahkan ditendang keluar gelanggang. Tetapi sekali lagi, jika cara
hadir, cara berada dan berke-ada-an seorang Dus begitu menggerakkan. Memberi daya
dan energi kepada siapapun, mulai dari lingkup yang terkecil sampai ke pentas
sosial dan politik (ruang publik). Jika demikian halnya, masihkah kicauan ini
tak terdengar.?” (Kris da Somerpes, Sunspirit)
“Bung Bernad bergerak aktif dan
memimpin perjuangan pemekaran Kabupaten Mabar, bahkan dengan ongkos yang tak
ringan yakni masuk penjara. Buat saya, yang mengenal cukup intens perjalanan
hidup bung Bernad, sikap politik yang gagah demikian terus kita butuhkan, pada
skala lokal maupun nasional, dalam membangunkan bangsa ini dari siuman panjang
yang terlelap dalam dekap kekuasaan despotik, korup dan angkuh. Bung Bernad,
pada titik ini, saya kira masih sangat dibutuhkan komitmen lanjutan untuk
kembali berjuang. Bagi seorang pejuang, ilmu tinggi dan amal besar hanya bisa
dibuktikan di medan laga nyata sebagaimana yang selama ini sudah dirawat dan
ditekuni sebagai rangkaian inti dari titik-titik kisar perjalanan seorang Bernadus
Barat Daya. Sebagai seorang kawan, saya menyambut dengan antusias dan penuh
apresiasi atas terbitnya “risalah politik” ala aktivis sejati ini.” (Robert
Endi Jaweng, Direktur Eksekutif KPPOD-Jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar