Judul
|
:
|
Putri Komodo, Sebuah Novel
|
Penulis
|
:
|
Michael Yudha Winarno
|
Penerbit
|
:
|
Voxus Media
|
Tahun Cetak
|
:
|
2017
|
Halaman
|
:
|
290
|
ISBN
|
:
|
978-602-73905-1-5
|
Harga
|
:
|
Rp. 90.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
“SAYA TIDAK
MAU ke Malaysia!”
“Engkau harus
berangkat, Fanty!
“Tapi saya
tidak mau tertipu dua kali! Kerja empat tahun hanya dibayar dua tahun, belum
lagi majikan yang biadab! Bapa kan tidak pernah merasakan sakitnya badan yang
diseterika, kepala dibenturin ke tembok, dan kena pukul tiap minggu, ya to?!”
“Ah, itu biasa
saja! Sejak kecil Fanty dan anak-anak lain di sini juga sering kena marah. Dibentak
dan dipukul orang tua pakai tongkat kayu. Memang harus begitu cara membesarkan
anak!” Ada mutiara di ujunng rotan, demikian pepatah lokal mengatakan.
“Enak saja
bapa bicara! Kalau nanti punya anak, akan saya asuh dengan penuh kasih sayang
dan tidak main kasar!”
“Siapa mau
kawin denganmu?! Lebih baik kerja jadi PRT lagi di Arab atau Malaysia. Bisa bantu
biaya obat mama da sekolah adikmu!”
“Saya kan
bukan budak!?!”
“Harus ada
yang berkorban dalam keluarga kita, supaya nasib berubah dan tidak miskin
terus!”
Putri Komodo – Sebuah Novel Human Trafficking
“Putri Komodo membawa kita berkelana
ke Flores. Belajar tentang kekerasan terhadap perempuan, child labor, human trafficking dan sejarah masuknya agama Katholik
di Pulau Bunga. Penulis lihai bertutur tentang alam Flores nan indah,
mistis-magis dan konflik adat patriarki vs kesetaraan gender (walau belum penuh
dan setara karena di gereja Katholik Roma, perempuan masih belum ditahbis
menjadi pastor). Layaknya Dan Brown, Yudha memperkenalkan Opus Dei ke pembaca
Indonesia sesuatu yang belum pernah ditulis. Sebagai novel debut pertamanya,
kerumitan dan banyaknya pelaku di novel ini serta perspektif sejarah plus
geografi geografi global: Inggris dan Amerika menjadi ramuan daya magnet dalam
novel ini. Walau pesannya satu, hapus kekerasan terhadap perempuan dan anak!”
(Damairia Pakpahan, Feminis yang menetap di Jogja)
“Human
trafficking adalah satu bentuk perbudakan pada jaman kita. Flores dan Nusa
Tenggara Timur adalah surganya human
trafficking. Semoga dengan kehadiran novel ini, pemberantasan human trafficking semakin menjadi
perhatian banyak pihak.” (Eman Embu, Candraditya Research Centre, Maumere –
Flores).
“Putri Komodo bertutur dengan
terbuka, jujur dan berani tentang pengalaman kekerasan pada sebagain perempuan
Flores – yang lazimnya masih “tabu” untuk dibicarakan. Dalam diri Fanty – salah
satu tokoh utama novel ini – kita menemukan spirit “resureksi” yang inspiratif
dari seorang korban perkosaan.” (Hermien Y. Kleden, Perempuan Flores dan
Redaktur Senior Tempo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar