Judul
|
:
|
Mengenang
125 Tahun Ziarah Gereja Katolik Paroki Lahurus
|
Editor
|
:
|
P. Puplius Meinrad Buru Berek, SVD
|
Penerbit
|
:
|
Gita Kasih
|
Tahun Cetak
|
:
|
2012
|
Halaman
|
:
|
116
|
ISBN
|
:
|
978-602-9114-15-7
|
Harga
|
:
|
Rp.
|
Status
|
:
|
Kosong
|
LAHURUS: di sinilah sejarah gereja katolik kembali mekar dan
merambah ke berbagai penjuru. Di sini berawal ssebuah peradaban baru, “adat
serani”, hasil peleburan antara ajaran Kristen dan budaya lokal orang
Tetun-Timor. Siapakah yang belum mengenal Lahurus? Bahkan jauh sebelum
Indonesia merdeka nama Lahurus telah terkenal di beberapa media misi Eropa. Sang
misionaris P. Wilhelm Baack, misalnya, menulis dalam satu majalah berbahasa
Jerman di tahun 1914: “Lahurus di daerah pegunungan, terletak di satu lembah
kesukaan, sekitar 600 m di atas permukaan laut. Ke barat terhampar pemandangan
hingga lembah Talau, di ufuk timur terhampar daerah pegunungan di wilayah
Portugis, di tenggara berdiri Lakaan bagai sandaran kokoh dengan ketinggian
1600 m. ke utara pandangan menanjak ke barisan perbukitan…. Sebagai pusat misi
dan tempat kedudukan Raja, Lahurus menguasai semua kampong yang lebih besar di
Fialaran. Lahurus adalah pusat misi Katolik di Belu-Timor…. Di sinilah di bawah
naungan Lakaan, di bawah belaian pucuk-pucuk pepohonan palem yang menjulang, di
dekat sumber air yang membual, saya memulai karya baru, seperti semua
misionaris, sambil mengenang pembangunan menara Babel, kemudian mulai dengan
rendah hati mempelajari bahasa daerah yang dinamakan Tetun. Beruntung bahwa
bahasa ini sendiri tidak terlalu sulit dan P. Mathijsen meninggalkan kamus yang
bagus, lagipula saya masih bersemangat muda. Dalam waktu singkat saya sudah
bisa bercakap-cakap dengan orang Kristen yang datang dalam jumlah banyak untuk
melihat Nai Lulik. Sebagian membawa
serta seekor ayam sebagai hadiah” (Steyler Missionsbote, 1. Heft – Oktober 1914).
Waktu
berlalu, zaman berganti, Lahurus tetap menjadi saksi bisu sejarah yang terus
berkembang. Dasar iman yang diletakkan pada misionaris dan leluhur orang
Fialaran lebih dari 125 tahun silam di atas “Foho Fatuk Lakaan” (gunung cadas, lambing
keperkasaan orang Belu) tetap kokoh hingga hari ini. Dia sang Wadas Lakaan; “St.
Petrus Lahurus – telah menjadi tempat di mana Kristus mendirikan Kerajaan
Sorga, dan lebih dari itu, putra-putrinya pun telah turut menyebarluaskan “Mamfatin
lulik” (Sabda Tuhan) tentang “Fohorai Lalean” (Kerajaan Sorga) ke segala
penjuru dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar