Judul
|
:
|
Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni, Pengalaman Masyarakat di Pesisir
Timor Tengah Selatan
|
Penulis
|
:
|
Hary Jocom
|
Penerbit
|
:
|
Satya Wacana University Press
|
Tahun Cetak
|
:
|
2016
|
Halaman
|
:
|
157
|
ISBN
|
:
|
978-602-1047-60-6
|
Harga
|
:
|
Rp.
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Air telah menjadi salah satu isu utama dalam pencapaian
sustainable development goal, karena air mempengaruhi segala spek kehidupan
manusia baik itu persoalan kesehatan, kesejahteraan, budaya dan poliik. Para ahli
memprediksi bahwa pada tahun 2025 dunia
akan mengalami kelangkaan air global yang dipicu oleh factor manusia dan iklim.
Di Indonesia, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Timur, yang merupakan wilayah
semi arid, kelangkaan air menjadi persoalan utama. Kabupaten Timor Tengah
Selatan dengan iklim 10 bulan kering dan 2 bulan basah, masyarakat Timor mampu
bertahan menghadapi persoalan kelangkaan air yang telah terjadi berpuluh-puluh
tahun. Masyarakat mampu menerima keterbatasan sumber daya air yang ada dengan
melakukan upaya coping melalui pembatasan penggunaan air, bahkan untuk
kebutuhan dasar dibatasi pemenuhannya dampak dari minimnya akses masyarakat
terhadap sumber daya air. Pemerintah daerah belum mampu menyediakan kebutuhan
dasar masyarakat secara merata. Masyarakat harus berjalan jauh
berkilo-kilometer dan menempuh waktu berjam-jam ke mata air terdekat. Seolah Nampak
bahwa hari-hari yang mereka lalui dalam kehidupan hanya untuk mencari air. Di tengah
kondisi langkah air, miskin, sumber daya alam yang terbatas, dan iklim semi
arid, masyarakat Timor harus menjunjung tinggi nilai-nilai budaya nekafmese yang artinya saling mengasihi
atau tolong menolong. Nilai-nilai budaya inilah yang memampukan mereka
membangun kohesivitas kelompok, sehingga dapat bertahan dan beradaptasi dengan
kondisi lingkungan yang ada tanpa adanya konflik terkait perebutan sumber daya
air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar